1 3

565 47 14
                                    

Rani Pov.

Setelah menemani Gadis dari Bimbingan belajar, kami mulai berjalan kaki pulang sejauh delapan blok.

Kami sedang menyusuri jalan. Mobil ini melewati kami dan melempar puntung rokok yang masih menyala keluar ketrotoar tempat kami berjalan. Aku berlari mengejar mobil itu, menjerit agar berhenti. Kali ini aku lebih marah, karena tindakannya itu bisa melukai kakakku. Mobil itu berhenti. Gadis memohon padaku agar tidak mendekat, tapi sekarang aku sudah mendidih dan siap melakukan apapun.

Pengemudi pria itu keluar, tampak jahat, tapi aku siap menghadapinya. Dia pikir dirinya tangguh, si rambut berminyak.

"Kau mau apa?" Tanyanya. Benar-benar cerdas.

"Kau melempar rokokmu yang masih menyala keluar jendela dan hampir mengenai Kakakku. Tolong pungut rokok itu dan minta maaflah padanya," aku tidak takut, tapi jantungku berdegup kencang. Dia tertawa dan bilang aku sinting, tapi lalu kukeluarkan notes dari tas Gadis dan mulai mencatat pelat mobilnya.

"Apa yang kau lakukan?"

"Kau akan kulaporkan ke polisi. Kau tahu kan, ada denda karena membuang sampah di kota ini? Kau bisa memicu kebakaran, belum lagi membakar kakakku," bisa kulihat dia mulai gelisah, mungkin sedang dalam masa percobaan atau apalah. Dia bergerak-gerak gelisah sekarang dan aku menikmati ketidaknyamanannya.

"Puntung rokok itu sudah ada di sana," kataku sambil menunjuk.

Kami melihatnya, masih mengepulkan asap, Baranya menyala samar di rumput. Dia jelas tidak ingin memungutnya.

Dia memelototiku tapi berjalan menghampiri puntung rokok itu dan memungutnya, memadamkannya di rumput, dan menjejalkan nya ke dalam saku Jeansnya.

"Maaf," ucapnya saat melewati ku naik kembali ke mobilnya, dan menjauh dengan sangat kencang.

Aku menang! Gadis mendekatiku kukira dia akan menyelamatiku, Gadis mulai menangis.

"Gue gak percaya Ran," gadis mendelik sengit

"Gue ngelakuin ini demi Lo Dis."

"Untuk kali ini gue maafin Lo, bagaimana kalau pria tadi ternyata Balik menyerang kita? Sedangkan kita hanya wanita-wanita lemah Ran," Gadis mulai merangkul ku, kurasakan butiran air membasahi pundakku.
.
.
.

Gilang pov.

"Gilang!" Suara seorang wanita memanggilku. Aku menoleh menuju arah pintu masuk cafe tepat kearah Gadis sedang berjalan mendekatiku. Aku melambai sambil tersenyum kepadanya. Gadis masih mengenakan seperti seragam kerjanya. Rambutnya digerai hingga di depan pundaknya.

"Jadi sepanjang ini rambutmu."

"Hai Gilang, baru pulang sekolah?" Tanya Gadis kepadaku. Mudah sekali di tebak. Dari celana abu dan baju putih yang kupakai. Pasti siapapun mampu menembak jika aku baru pulang sekolah.

"Ya Gadis. Kamu juga yah?" Aku membalas pertanyaan dengan basi.

"Iya."

"Rencananya kamu mau kuliah dimana ?" Tanyaku padanya, berusaha mencairkan suasana.

"Aku maunya sih di..."

Suara deringan telepon mendadak memotong jawabannya yang belum rampung. Aku menoleh kepadanya sedang memperhatikan nama yang tertera di layar ponselnya. Alisnya menyatu, seiring otot dahinya berkerut.

"Ntar yah Lang..." Katanya kepadaku. Kudengar nada yang berbeda dari suaranya, nampak lebih berat. Kemudian dia berjalan menjauh sembari mengangkat telfon tadi. Lalu dia berjalan makin jauh, meninggalkan aku yang terpaku memandang punggungnya, hingga dia menghilang di balik pintu.

Tidak butuh waktu lama untuk menunggu Gadis, baru saja aku berdiri dari kursiku, Gadis berjalan kembali ke arahku.

"Kamu mau kemana?" Tanya Gadis memandangiku.

"Mau ke toilet," aku berbohong, yang sebenarnya aku ingin menyusulnya tadi.

                                  *****

Raka Pov.

"Baik teman-teman semua, mari kita rapat," suara Deri mengambil alih forum dari keributan di dalam kelas.

Sepanjang rapat, beberapa orang memang menjadi terlalu serius. Sudah cukup dengan menunjukkan kehadiran saja, karena aku tidak terlalu terikat kepengurusan.

Rapat ini terlalu menyita waktu. Cukup waktu yang bisa dilewati untuk mengamati beberapa teman yang jarang aku temui. Beberapa dari mereka suka sekali menunjukkan bahwa mereka tahu sesuatu dengan cara yang berlebihan. Ada yang benar-benar tahu dan ada yang sok tahu juga. Ada pula yang benar-benar mendengarkan dan belajar dari apa yang mereka dengar. Entah mengapa Deri sanggup bertahan berbicara dan mendengar berbagai macam orang seperti ini. Namun begitulah, dengan demikian aku tau alasan mengapa Deri menjadi ketua. Dia mengendalikan semuanya dengan baik, terlihat dengan jelas sepanjang rapat.

Namun, yang tak bisa kupingkiri, ternyata ada yang benar-benar menyita perhatianku dari segalanya sepanjang rapat itu.

Rani.

Aku larut menyimak Rani seperti ia menyimak rapat. Bagaimana ia mencatat, bagaimana ia menyisir rambutnya yang lepas menghalangi matanya kembali kebelakang telinga, serta bagaimana dia mendorong kecamatannya yang melorot dengan jarinya dan bagaimana-bagaimana yang lain.
Beberapa kali aku harus pura-pura sibuk atau menoleh ke tempat lainnya ketika ia tak sengaja menoleh ke arahku. Sial sekali, aku merasa seperti pencuri. Sialnya lagi, aku sempat memergoki Boy tersenyum penuh kemenangan memergoki aku tengah memperhatikan Rani. Sial dua kali.

                               *****
Gilang Pov.

Malam ini kulalui dengan bersih-bersih di kamar, meski dipikiranku masih mengganjal kejadian dengan Gadis tadi. Pertanyaan-pertanyaan lalu lalang tentang Gadis yang selalu saja bersikap aneh setiap mengangkat telfon di depanku.

Jangan-jangan itu dari kekasihnya?

Segera kubuang jauh-jauh pemikiran itu, aku tidak mau percaya. Tapi bagian diriku menolak itu. Bahwa adanya kemungkinan Gadis telah memiliki kekasih.

Ah, mungkin teman kerjanya.

"Ga, ada motor kan ? anterin gue pulang yah, motor gue lagi di bengkel," Hito tiba-tiba mengagetkan ku dari belakang.

"Iya To, bisa."

"Nah, gitu dong," Hito kemudian merangkulku sembari mengajakku berjalan ke arah depan.

Aku menyalakan motorku, kemudian menoleh ke sebuah rumah di depan yang kukenali adalah rumah Gadis. Pikiranku kembali meneriakkan namanya.

"Woy bengong aja..." Hito menepuk pundakku sekali lagi, setelah duduk di kursi belakang dan berjalan beberapa kilo meter dari rumahku.

"Siap komandan," jawabku.

Motorku kembali berputar menuju arah rumah Hito. Menerobos bunyi jangkrik dan lampu-lampu rumah yang temaram. Para penghuni perumahan pasti sedang membuka pintu mimpi masing-masing. Sementara pikiranku masih memikirkan Gadis. Dan kemungkinan-kemungkinan cerita yang sedang terjadi di mimpinya.

Bersambung. . .
Hayo, kalian disini team siapa? TeamGG atau TeamRR ? 😅

Kiss In The RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang