7

732 47 0
                                    

"Ran! Kamu sibuk gak?" Sahut Gadis dari arah depan pintu kamar Rani. Melihat Rani duduk di atas kasur dengan laptop di hadapannya, Rani menoleh. "Gak kok," ucapnya santai menutup laptopnya dan melepaskan kacamata yang ia kenakan.

"Aku mau cerita," ujar Gadis setiba di atas kasur Rani.

"Cerita aja, emang ada apa?"

Gadis menceritakan tentang apa yang di alami tadi siang di toko buku itu, dan meminta saran, apa yang harus ia lakukan ?

"Hem, terserah kamu sih mau terima apa gak," respon Rani membuat Gadis sangat tidak puas.

"Kan namanya juga nanya, kalau ada jawaban sendiri mah gak usah cerita," Gadis merubah posisinya yang tadi berhadapan dengan Rani, kini Gadis menurunkan kakinya dari atas kasur dan Rani berada di samping kanan Gadis.

"Iya deh, menurut aku, terima aja," Rani memegang kedua pundak Gadis dengan menatap wajah Gadis yang kini tersenyum.

"Nah kan, gitu lebih enak," balas Gadis.

*****

Gadis Pov.

Baru setengah perjalanan awan sudah menjatuhkan butir-butir hujan yang begitu besar dan menerpa payungku, percikan air pun membasahi sepatu dan kaki celanaku. Sekali-kali angin kencang menerpa payungku, seakan aku ingin dibawa terbang.

"Ahhhhhh kenapa angin nggak sekalian bawa aku keliling dunia... Siapa tahu di sana aku bisa ketemu jodoh aku!" tutur bibir tipis ini yang mulai kedinginan membalah hujan pagi ini.

Aku sudah hampir mendekati halte itu, ini berarti aku tidak akan berlama-lama lagi berhadapan dengan hujan yang menyebalkan ini.
Mataku kembali menatap hal yang sama kulihat setiap harinya, pasangan yang duduk menunggu di halte perpegangan tangan menghangatkan dari dinginnya hujan.

"Ahhhhhh sialan!" bajuku basah semua, mobil itu dengan kejamnya membuat aku basah.

Ingin berniat mengejar, namun lajunya sangat cepat. Tapi sesaat dia berhenti tepat di depan toko buku tempat aku bekerja.
Kupercepat langkah tak peduli celanaku kotor dan basah kuyup, yang penting aku bisa memarahi pengemudi sialan itu.

Saat aku mengetuk pintu mobilnya, dia membuka kaca. Sepertinya dia anak orang kaya, terlihat dari kaca mata mahal yang menutupi matanya itu.
Tanpa memberi aba-aba sedikitpun padaku, seenak jidat dia membuka pintu mobil dengan keras. Lantas aku terjatuh, kali ini badanku sudah basah semua. Aku harus ganti pakaian lagi, tapi untung segalanya sudah aku persiapkan karena tahu akan turun hujan.

"Upppsss maaf!" begitu ucapnya padaku dengan suara keras, melebihi dentuman air hujan.

segera ku bangun dari jatuh, "Kamu nggak lihat aku berdiri di depan pintu kamu!!! Nyebelin banget sih!!! Kamu udah nyipratin aku dengan air kotor sekarang jatuhin aku!" kukeluarkan semua suaraku, berharap dia bisa dengar omonganku yang panjang ini.
Sayang tak ada sahutan darinya, dia hanya menatapku. Dan memegang tanganku.

"Mau ngapain pegang-pegang!" aku memukul tangannya.

"Ehhhhh jadi cewek jangan galak-galak... Aku cuman mau numpang payung kamu!" sahutnya dan dengan cepat menarik payung dari tanganku.
Dia sedikit menunduk karena badannya yang lebih tinggi dariku.

"Enak aja... Udah bikin aku basah kuyup kayak gini, malah minta numpang!"

"Udah jangan cerewet... Sini pegang payungnya, aku mau ambilin kamu jaket!!! Biar nggak ngomel mulu!" Aku menurut saja apa maunya. setelah itu, dia memberikan jaket berwarna hitam dari dalam mobilnya.

"Ini supaya nggak dingin!!! Maaf yah udah bikin kamu basah. Sekarang anterin aku masuk ke sana, aku mau beli buku!" lagi-lagi aku menurut.

Sesampai di toko aku segera masuk ke ruang ganti, untuk menganti pakaian yang sekarang melekat di badanku dengan baju yang sudah kusediakan dari rumah.
Setelah itu segera aku memulai kerja hari ini. Menyusun buku-buku yang baru saja masuk.

Kiss In The RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang