4

934 43 0
                                    

Jakarta, 21 Desember 2017

Gadis pov.

Aku terduduk lemas diruang tunggu rumah sakit, saat mendengar kabar kalau mama sedang sakit parah dan masuk ruang UGD. Berjuta perasaan dan pikiran buruk menghantuiku, dia seolah-olah merasuki hati dan fikiranku. Aku bertambah tidak karuan ketika aku melihat seorang dokter menutup pintu ruangan tempat dimana mama dirawat. Didalam penantianku, aku hanya bisa berdo'a dan pasrah kepada Allah SWT. Agar ibundaku tercinta bisa dibebaskan dari penyakitnya. Dalam do'a itu aku memohon kepada tuhan supaya mama bisa terselamatkan dan bisa kembali beraktivitas seperti sedia kala.

"Ya Allah, sembuhkanlah ibunda hamba, angkatlah semua penyakitnya ya Allah..." begitulah sekiranya do'a yang aku panjatkan pada sang maha kuasa.

Lima belas menit telah berlalu, dan dari kejauhan tampak seorang Dokter berjalan menuju kearah ruang tunggu. Dan Dokter itu berhenti didekatku. Dia kemudian bertanya, "apakah disini ada keluarganya?" lalu aku mnjawab, "Ya ada, saya anaknya. Bagaimana keadaan mama saya, Dok?" ujarku penuh tanya dan pengharapan terhadap kesembuhan mama.

"Alhamdulillah, kami tim medis sudah berusaha keras dan hasilnya mama kamu baik-baik saja," Katanya memberi pengharapan kepadaku.

"saat ini kondisinya sudah berangsur-angsur membaik dan hanya perlu banyak istirahat," Lanjut Dokter menerangkan kondisi mama padaku.

"Syukurlah kalau sperti itu, terima kasih Dokter," Ucapku pada Dokter yang menangani mama dirumah sakit itu.

"Dokter, apa saya boleh menjenguknya?" kataku lagi.

"Oh tentu, silakan," Jawab Dokter itu penuh senyum diwajahnya. Seketika itu kutepis jauh-jauh semua fikiran buruk tentang kondisi mama. Air mata kesedihanku kini tampak mengering dan berganti dengan air mata kebahagiaan.

"Terima kasih Ya Allah, engkau telah memberiku kesempatan untuk berada disampingnya lagi," Ucapku lirih.

Setibanya aku diruang 211, tempat dimana mama dirawat, aku langsung duduk dikursi disamping kasur tempat mama berbaring. Aku membelai rambut mama yang kusam dan mengering itu dengan penuh kelembutan dan kasih sayang. Aku selalu berharap kesembuhan mamaku, Tak lupa kutatap wajah mama yang pucat itu, hampir tak kutemui senyum diwajahnya. Maklum ketika itu mama sedang tertidur, dia belum mengetahui kalau disampingnya ada aku.semakin lama aku menatap wajah mama, maka akhirnya aku menemukan juga sosok keindahan diwajah mama.

Tepat pukul 00.20 WIB, mamaku mengenggam tanganku erat-erat, dan menarik nafas dalam-dalam sebanyak tiga kali. Aku baru sadar kalau itu adalah pertanda ia akan meninggalkanku untuk selama-lamanya. Tiba-tiba garis-garis dilayar berubah menjadi lurus. Tak mampu kuelak lagi, air mataku seketika itu mengalir dengan derasnya hingga membasahi slimut yang ibu pakai. Tangisku pecah saat kupandang wajah mamaku yang sudah tenang meninggalkanku menghadap sang pencipta.

"Mama....mama...jangan tinggalkan aku..," ujarku lemas.

"Selamat Ha....ri...ibu....., maafkan aku yang tak sempat membahagiakanmu..," kataku penuh penyesalan. Mama meninggalkanku pada tangga 22 Desember, tepat dimana seorang anak yang dilahirkan dari rahimnya membenihkan sebuah perhatian dan kasih sayang serta belajar untuk memaknai arti penting kehadiran sosok ibu dihidupnya.

Makassar, 22 Desember 2017

Drrrtttt! Dering ponsel Rani sejak tadi berbunyi, menggangu suasana hatinya saat ini, ia melirik sebentar ponselnya yang di balikkan layarnya ke bawah. Ingin rasanya ia memejamkan mata malam ini, tapi ponselnya itu masih terus berdering, ia menghela nafas panjang dan meraih ponselnya yang berada di meja dekat tempat tidurnya. Ia memakai kacamatanya, Rani biasanya memakai kacamata di saat-saat tertentu, seperti sekarang, dengan ruangan gelap lalu ponsel yang menyala terang.
Setelah melihat nama yang tertera di layar ponselnya, ia lekas berdiri keluar ke balkon kamarnya dan segera mengkatnya.

Kiss In The RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang