1 5

554 41 1
                                    

Rani Pov

"Akhir-akhir ini kayaknya kamu sama Raka sering bareng yah?"

"Ah, gak kok, Ra, kebetulan aja sih. Mungkin."

Aku menjawabnya dengan nada bergetar, lalu menyamarkan jawabanku. Sambil menyerut just yang dipesan beberapa saat lalu, sebelum Ira duduk di sampingku.

"Ah, yang bener? Kayaknya udah lengket aja tuh tiap ke perpustakaan?" Ira nampak masih kurang puas dengan jawabanku, dia berusaha menggali terus.

"Biasa aja Ra, belum ada apa-apa," jawabku singkat sambil tersenyum pelan.

Ira meminum justnya dengan cepat. Ia bertanya lagi.

"Ran, kalau 'belum' itu artinya 'akan ada' ya? Aku sih gak terlalu ngerti bahasa. Tapi, kayaknya gitu kan yah?"

"Wuih, kamu pintar mengintrogasi yah?" Aku terpaksa menjawab dengan pertanyaan lain. Berusaha menyelamatkan diri dari pertanyaan yang tidak mampu kujawab.

Ira tertawa terbahak bahak sambil memukul lenganku, "udah ngaku aja Ran, kamu suka kan sama Raka?"

Pertanyaan Ira barusan menohok dadaku. Dara mengalir begitu deras dipikiranku. Menghanyutkan aku menuju kejadian beberapa hari yang lalu. Menunjukkan kepadaku potongan-potongan adeganku bersama Raka.

Terlalu sering bersama dapat membangun sebuah kedekatan yang khusus. Lebih dari orang-orang lain di sekitarmu. Tanpa kita menyadarinya.

                              *****

Gadis mulai menyalakan laptopnya, beberapa detik ia membuka internet mencari tahu setiap profil kampus yang ada di kota Makassar, hanya ada 3 universitas negeri di sini, Universitas Hasanuddin (UH) universitas Islam negeri (UIN) dan universitas negeri Makassar (UNM)
entah bagaimana Gadis tidak tertarik dengan ketiga universitas itu. Sedangkan hampir semua orang berbondong-bondong ingin masuk di kampus itu.

Gadis diam sejenak, "aaarrrgggg," Gadis mengerang, karena setiap Gadis berfikir malah Gilang yang muncul di kepalanya.

Ingin rasanya Gadis menanyakan pada Gilang, di kampus mana ia akan melanjutkan pendidikannya?

Tok! Tok! Tok!

Suara ketukan pintu yang berasal dari luar kamar Gadis.
Knop pintu kamar Gadis mulai bergerak.

"Boleh masuk gak?" Sahut Rani, memunculkan kepalanya di ujung pintu.

"Masuk aja," ucap Gadis mulai menutup laptopnya.

Rani terlihat ragu, hingga duduk di atas kasur Gadis.

"Kenapa sih?" Tanya Gadis memulai pembicaraan.

"Mau nanya, tapi gak penting juga, cuman kalau udah ngomong jangan di tanggepin yah?" Ujar Rani.

"Maksudnya gimana sih Rani? Mau ngomong tapi gak usah di tanggepin ?" Gadis menggaruk pelipisnya dengan satu telunjuk kanannya.

"Ihh gak gitu, maksudnya gak usah kebawa suasana gitu," Rani memperjelas ucapannya.

"Hem, ya udah, ngomong aja, kenapa?"

"Kan Gadis lebih tua nih dari Rani, jadi mungkin Gadis lebih banyak pengamalan atau setidaknya Taulah yah, kalau semisalnya, kalau nih yah Dis, kalau ada cowok yang suka sama kamu itu gerak-gerik nya kek gimana sih?" Pertanyaan Rani berhasil membuat Gadis terkekeh, Rani memanyunkan kedua bibirnya.

"Nah kan, kalau tau gini aku gak usah ngomong," Rani menurunkan Kudua kakinya, mulai berdiri tapi di tahan oleh Gadis.

"Elaah, santai kenapa, jangan baperan," ujar Gadis yang berhasil membuat Rani duduk kembali.

"Emang kenapa kamu nanya kek gitu?" Tanya Gadis yang masih di iringi dengan tawanya.

"Yah, gak kenapa-kenapa, cuman pengen tau aja."

Gadis mulai serius menatap Rani.

"Yah gimana yah, Gadis sih gak tau betul kek gimana, tapi yang pasti cowok kalau suka sama cewek itu pasti selalu ngikutin, perhatian, kalau ada apa-apa tentang cewek itu pasti selalu ikut andil meskipun sebenarnya dia gak bisa, ehh tapi nih yah dia pasti berusaha untuk menghibur cewek itu kalau lagi sedih," ujar Gadis.

Rani mulai membayangkan semua perilaku Raka padanya, mencoba menghiburnya di saat ibunya meninggal bahkan ikut bolos dengannya, memberinya air minum di dalam kelas, selalu mau ikut di setiap kegiatan kelompoknya, padahal yang lain cuek aja ehh tapi itu semua belum bisa di katakan kalau Raka suka sama Rani.

Rani menggeleng-gelengkan kepalanya, berusaha menyadarkan diri dari lamunannya.

"Kamu kenapa sih?" Tanya Gadis memegang lengan kanan Rani yang berada di atas kepalanya.

"Hah? Gak kok," Rani malah menceritakan hal yang baginya tidak mungkin, sedangkan Rama? Sedikit pun ia tidak membicarakannya.

"Ohiyaa, aku lupa, aku mau nanya nih sama kamu," ujar Gadis.

"Apaan?"

"Kamu kenal Gilang gak ?" Tanya Gadis membuat Rani berfikir sejenak, seperti sedang mengingat.

"Gilang yah ? Hem, aku sih gak tau banyak siapa-siapa aja yang sekolah di sana, ehh tapi ada deh 1 orang yang aku tau namanya Gilang, tapi dia senior aku, kenapa Dis?" Kali ini Rani yang balik bertanya pada Gadis, ia mengenakan nafas kasarnya, ia baru sadar jika ia menanyakan Gilang pada Rani berarti Gadis harus terima resikonya, yaitu harus menceritakan sedetail mungkin siapa itu Gilang dan darimana ia mengenal Gilang.

"Ehh Ran, gimana sama naskah drama kamu? Udah kelar belum? Atau mau aku bantuin?" Gadis mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Belum sih, masih ada beberapa kalimat baru selesai," jawab Rani membaringkan pundaknya kebelakang.

"Udah santai aja, gak usah buru-buru, toh acaranya juga masih ada seminggu lagi, bisalah kamu ngerjainnya besok atau lusa," Gadis memegang bahu kiri Rani.

                              *****

Raka masih bingung apa yang harus ia lakukan sekarang, padahal ia sudah punya nomor id line Rani, kurang apa lagi? Bukankah ia bisa memulai pendekatan dengan Mengechatnya?

Raka membuka ponselnya, mulai menyentuh aplikasi line yang berwarna hijau, mencari nama Rani. Di kolom chat Raka menuliskan pesan, yang belum selesai satu kalimat, sudah di hapusnya lagi, entah berapa kali Raka melakukan itu.

"Aduh Raka, gak biasanya Lo kek gini, mulai aja dulu," celoteh Raka di depan ponselnya.

Dengan hati-hati, Raka kembali menuliskan pesan yang menurutnya sangat basi, pertanyaan apa ini ? Sudah terlalu kuno.

Malam Rani, udah tidur belum?

To : RaniMputri

Raka menepuk pelan jidatnya, membuatnya terbaring di atas kasurnya. Ia melempar ponselnya ke samping, menjauh dari genggamannya, sesekali Raka mengalihkan pandangannya menatap ponselnya berharap ada notif dari Rani. 5 menit berlalu, waktu rasanya sangat lambat berlalu, Raka bangkit dari tidurnya berdiri di depan tempat tidur, mulai berjalan seperti setrika yang tak kunjung sampai.

"Aarrrgggg," Raka mendecak kesal.

Ting !

Raka berlari menuju kasurnya yang tadinya akan keluar kamar, tapi setelah mendengar suara ponselnya, ia kembali kebelakang.

From : RaniMputri.

"Belum, ada apa?"

Buseeet! Dari 10 menit lamanya nungguin balasan dari Rani, dan akhirnya jawabannya seperti ini?
Hai Raka, memangnya balasan apa yang kau harapkan? Bukankah itu sudah sesuai dengan Chatmu yang pertama.

Raka mengacak-acak rambutnya, Raka bingung apa yang harus di katakan selanjutnya? Untuk membiarkan pesan Rani nganggur sepertinya di sayangkan, di luar sana pasti banyak yang ingin saling kirim-kiriman pesan dengan Rani, sedangkan Raka? Termasuk orang yang beruntung. Secara saingannya adalah Rama cuy, siswa paling terkenal ganteng, tajir di sekolahnya.


Bersambung. . .
Untuk kedepannya sepertinya bakal slow update deehh, lagi sibuk banget soalnya huhu. Tetep pantengin kiss the rain yah dear 😊

Kiss In The RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang