t

674 126 4
                                    

Sudah berjalan 2 bulan gue gaketemu sama Jisung. Yap, gue bener - bener serius meningkatkan nilai dan itu berhasil. Gue udah ga kerja - kerja lagi. Hyorin dan Hyunbin sepakat mau bantu gue dalam hal finansial dan dibantu oleh Jaehwan juga selaku pacarnya Hyorin. Akhirnya, orang itu berguna juga walau tidak dalam dunia perkuliahan.

Semenjak hari dimana Hyunbin berhenti bekerja di agensi Jisung, Jisung udah gapernah ngontakin gue lagi. Dia bener - bener gaada kabar. Padahal sebelumnya dia gencar banget datengin rumah dan spam chat gue. Ya... mungkin dia udah punya pacar baru. Gue mencoba ga peduli aja untuk saat ini.

Hyunbin selalu ngingetin gue kalo gue gaboleh inget - inget Jisung lagi. Dia bilang, usaha gue selama ini bakal sia - sia aja kalo gue ngelakuin itu. So, gue bertekad dengan pilihan gue. Toh cowok masih bisa dicari lagi.

"Hyunbin, bisa ga turunin aku di perempatan jalan ini?" kata gue sambil membuka seatbelt.

"Mau kemana? Udah pulang aja aku anterin"

"Please, kali ini ajaaa. Aku ada urusan"

"Bukan tentang Jisung kan?"

"Bukan"

Akhirnya dengan berat hati, Hyunbin nurunin gue. Setelah berterimakasih dan pamit, Hyunbin tancap gas dan pergi dari hadapan gue. Maaf bin, gue harus bohong sama lo. Kali ini urusan gue sama Jisung harus jelas.

Kalo gue kenal dia dengan baik, maka perpisahan yang gue lakuin harus dengan baik juga.

Gue menuju ke kantor agensinya dan disambut oleh receptionist yang udah gue kenal. Kan pernah kerja disini hehe. Setelah menunggu 5 menit, Jisung datang. Sempat terlihat ekspresi kagetnya yang ditunjukkan, tapi dia berwajah datar lagi.

"Ada apa kesini?" tanya Jisung.

"Aku ingin bicara denganmu"

"Mari kita ke ruanganku."

Tak ada percakapan diantara kita. Benar - benar diam sampai kita berdua masuk ke ruangan Jisung. Ruang CEO.

"Apa yang ingin  dibicarakan?"

"Aku hanya ingin meminta maaf untuk semua ini, Jisung - ssi"

"Tak perlu minta maaf. Mungkin aku yang salah sudah terlalu berharap padamu."

"Tidak, aku salah. Aku benar - benar mengakui kesalahanku ini. Jadi, aku ingin kita berpisah secara baik - baik."

"Berpisah? Oh.. karena kau sudah menemukan penggantiku ya?" ujar Jisung yang membuatku kaget.

Pengganti apaansi?

"Maksudmu?"

"Aku sudah tahu kalau kau sekarang dengan Hyunbin, anak buahku. Aku hanya tau diri saja, dia jelas lebih tampan dariku. Semoga kau bahagia dengannya."

Tanganku reflek menamparnya.

"Ya! Kamu apakan aku?!"

"Kamu membuatku marah, Jisung!"
"Aku menghindarimu karena aku fokus dengan pendidikanku. Kau tahu aku tak mungkin melakukan hal kotor begitu. Hyunbin? Astaga, kau memang gila."

"Lalu, mengapa kamu memeluk dia?" Jisung terbata - bata menyelesaikan kalimatnya.

"Dimana?"

"Di Kampus mu"

"Dia bilang ingin berhenti kerja untuk fokus membantuku. Kupikir karena kita teman, aku memeluknya untuk membuatnya tenang. Jangan konyol, Jisung."

"Maaf.. aku telah salah paham. Aku sampai berhenti memerjuangkanmu dan berusaha melupakanmu. Maafkan aku, hiks"

"Mari kita berpisah untuk sekarang. Terimakasih atas waktu dan pengorbananmu untukku. Seorang roranda mungkin tak pantas, tapi aku selalu mendoakan yang terbaik untukmu"

Gue meninggalkan ruangan Jisung dan menunggu lift terbuka.

"TUNGGU!"

Jisung berlarian ke arah gue . Dia memeluk gue dengan erat.

"Aku cinta kamu," sebut Jisung menggunakan bahasa indonesia.

"Tapi aku tidak." jawab gue menggodanya.

"Kau berbohong."

"Jelas aku bohong. Tapi lebih baik begini, daripada terus bersamamu. Maafkan aku, aku sudah memilih pilihan yang terbaik."

"Bisakah kita mulai dari awal?"

"Tidak. Aku ingin putus." gue melepas pelukan Jisung dan masuk ke dalam lift.


Maaf sung, kali ini gue gamau membuat diri gue terlena. Gue cuma takut, disaat waktunya gue pergi dan gue sama sekali gabisa ngelupain lo.

Disaat Tuhan memberi gue kesempatan, gue harus memanfaatkan itu. Walaupun kesempatan yang diberikan adalah ninggalin lo, Yoon Jisung.

desire ㅡ Yoon Jisung✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang