01

844 38 0
                                    

     Kanya Faradilla Anugerah, anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan Satya Anugerah dan Ratna Faradilla ini merupakan salah satu siswi terpintar di SMA Merpati. Tercatat sebagai anggota OSIS juga termasuk siswi kesayangan para guru. Mempunyai kulit kuning langsat, rambut panjang hitam pekat, wajah yang terbilang manis dengan disertai lesung pipi mampu membuatnya menjadi salah satu Most Wanted di sekolahnya.

Gadis ini memang mempunyai kehidupan yang terbilang beruntung, terlahir dari keluarga yang sangat berkecukupan dan mempunyai orang tua yang sangat menyayanginya. Tidak heran jika apapun yang ia inginkan akan selalu di berikan oleh kedua orang tuanya itu. Namun, Kanya tidak seperti itu, ia tidak mempunyai niat sedikit pun untuk menghambur-hamburkan segala fasilitas yang orang tuanya berikan. Ia selalu memakai fasilitas itu dengan secukupnya. Ia juga anak yang rajin menabung, ia berpikir bahwa tidak selamanya hidup akan berjalan terus seperti saat ini, ada kalanya hidup itu di atas dan ada kalanya juga dibawah dan ia tidak tahu apa yang akan terjadi kedepannya.

Meskipun Kanya adalah seorang Most Wanted di sekolahnya, namun ia belum pernah merasakan apa itu jatuh cinta. Sudah banyak laki-laki yang menyatakan cinta pada gadis itu, namun tidak ada satu pun yang mampu untuk meluluhkan hatinya. Bagi Kanya untuk merasakan cinta tidak perlu dari orang lain, cinta yang orang tua dan kakaknya berikan sudah lebih dari cukup untuknya.

"Kanya !" Panggil seseorang dari belakang.

Gadis itu menghentikan langkahnya dan berbalik untuk melihat seseorang yang memanggil namanya. "Iya, ada apa Ra ?"

"Gue mau ikut pulang, boleh nggak ?" Tanya Tamara.

"Oh. Boleh kok, ayo !" Ajak Kanya.

Kedua gadis itu pun pergi menuju parkiran sekolah. Dengan cepat Kanya mengeluarkan mobilnya dari jajaran mobil lain.

"Ra, ayo masuk !" Perintah Kanya, karena dari tadi Tamara hanya diam di samping mobil.

"Eh, iya."
Segera Kanya menginjak pedal gas dengan perlahan dan melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.

"Ra, lo hari ini nggak di jemput ?" Tanya Kanya.

"Nggak Ka, soalnya supir gue lagi jemput mama di butik." Jawab gadis berambut pirang itu.

"Oh, gitu."

"Eh iya Ka, lo juga tumben bawa mobil ? Gue kira lo mau di jemput sama bang Rakha." Tanya gadis itu.

"Iya Ra, tadi pagi tuh abang bilang kalau nanti dia gak bisa jemput soalnya ada kuliah siang dan mang jarna juga nganterin bunda ke pasar, jadi kepaksa deh gue bawa mobil sendiri." Jawab Kanya.

"Oh. Ka gue mau tanya nih sama lo, lo mau sampai kapan kayak gini terus ?" Tanya Tamara lagi.

"Kayak gini gimana maksud lo ?" Kanya bertanya kembali.

"Ya maksud gue, kapan lo punya pacar ? Dan ngerasain cinta ?" Tamara kini mulai serius dengan pertanyaannya.

"Ra, lo tahu kan kalau orang tua dan abang gue itu sayang banget sama gue ? dan bagi gue, itu semua udah lebih dari cukup untuk jadi cinta gue." Jawab Kanya.

"Gue tau itu Ka, tapi lo juga harus ngerasain apa itu cinta dari lawan jenis. Ya maksud gue, lo itu udah gede dan cinta itu adalah hal yang paling indah saat masa-masa kayak kita gini." Ucap Tamara yang mulai kesal pada sahabatnya itu.

"Ra, gue percaya bahwa cinta itu akan datang dengan sendirinya tanpa perlu kita rencanain." Jawab Kanya dengan penuh keyakinan.

"Tapi Ka, setidaknya lo itu punya rasa ingin tahu sedikit aja buat ngerasain apa itu cinta. Biasanya juga lo punya rasa ingin tahu yang tinggi, apalagi kalo udah menyangkut urusan belajar." Gerutu Tamara.

Kanya berdecak menghadapi sikap aneh sahabatnya itu. "Ck, Ra lo kenapa sih maksa banget buat gue ngerasain cinta dan pacaran ?"

"Lo mah Ka, susah banget dikasih tahu. Gue tuh cuma mau lo ngerasain apa yang seharusnya lo rasain pada saat remaja kayak gini." Jawab Tamara gusar.

"Iya-iya, nanti gue coba deh saran lo." Ucap Kanya mulai penasaran dengan cinta yang disebut-sebut sahabatnya itu.
Kanya menghentikan laju mobilnya, karena mereka sudah sampai di depan rumah Tamara.

"Ka, kenapa berhenti ?" Tanya Tamara yang tidak menyadari bahwa mereka sudah sampai di depan rumahnya.

"Kita udah di depan rumah lo Ra, makanya jangan main hp terus." Jawab Kanya.

"Hehee, kalo gitu berarti maaf Ka." Ucap Tarama nyengir kuda.
"Ya udah, makasih ya Ka lo udah anterin gue." Tambah Tamara lalu membuka pintu mobil dan keluar dari dalam sana.

"Iya Ra, sama-sama. Lagian satu komplek juga, gue jalan lagi ya Ra." Jawab Kanya menunjukan senyum manisnya.

"Iya Ka, hati-hati."

***

Gadis itu kini telah sampai di rumah orang tuanya. Ia bergegas memasukan mobil merahnya ke dalam garasi, dan menyimpan kuncinya di tempat gantungan kunci yang tertempel di dinding.

"Mang, bunda ada nggak ?" Tanya gadis itu pada supirnya yang sedang sibuk membersihkan motor kesayangan Rakha.

"Ada non, dari tadi ibu di dalam kok. Kalau den Rakha nggak ada." Jawab Mang Jarna.

"Mamang mah, aku tuh nanyain nya bunda bukan abang." Ucap Kanya terkekeh.
Supirnya yang satu ini memang lucu sekali. Dia begitu ramah, baik, juga humoris dan sangat turut sekali pada keluarga Kanya. Hingga tidak salah jika Mang Jarna sudah di anggap sebagai keluarga oleh Keluarga Kanya, begitu pula dengan Bi Sari, asisten rumah tangganya.

"Kan biar sekalian aja gitu non, takutnya nanti non juga nanyain den Rakha." Sahut supirnya itu.

"Iya deh, Kanya masuk dulu ya Mang." Ucap Kanya berlalu pergi.

"Assalamualaikum! Bun, aku pulang." Salam Kanya saat membuka pintu utama rumah itu.

"Waalaikum salam. Bunda di dapur sayang, kamu ke kamar aja dulu. Nanti kesini bantu bunda." Sahut Ratna dari dapur.

Tanpa menjawab Kanya pun melangkah, satu per satu kakinya melewati anak tangga menuju kamarnya. Ia segera mengganti pakaiannya dan menghampiri bundanya yang berada di dapur.

Kanya terkejut mendapati dapur yang sangat berantakan. "Bunda lagi ngapain ? Kok dapurnya berantakan gini ?" Tanya gadis berlesung pipi itu.

"Sayang, bunda lagi bikin cupcake buat tetangga baru kita. Mereka baru pindah kemarin." Jawab Ratna.

"Oh, gitu. Ya udah Kanya bantu ya bun." Tawarnya pada bundanya itu.

"Nggak usah sayang, ini udah selesai kok cuma tinggal beres-beres aja. Kamu anterin cupcake ini ya buat tetangga baru kita." Ucap Ratna sambil memberikan satu kantong kresek berwarna putih pada Kanya.

"Oke bunda, Kanya siap anterin." Sahut Kanya sambil menunjukkan hormatnya.

"Kamu ini ya, udah besar masih aja kayak anak kecil." Ratna tersenyum kecil melihat kelakuan putri satu-satunya.

"Oh ya sayang, kamu anterinya ke rumah yang dekat pos jaga komplek ya!" Tambah Ratna.

"Iya bunda siap, aku berangkat ya." Ucap Kanya berlalu meninggalkan dapur.

***

Kanya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang