15

240 13 0
                                    

Happy reading☺️


     "Hari ini aku mau ajak kamu ke suatu tempat." Ucap laki-laki berparas tampan itu.

"Kemana ?" Tanya gadis yang kini berdiri di depannya.

"Rahasia, nanti pulang sekolah aku jemput kamu ke kelas. Jangan kemana-mana sebelum aku datang." Jawab Sam menyunggingkan sedikit senyum samar yang hampir tidak terlihat.

"Iya, nanti aku tunggu ya." Sahut Kanya dengan senyum nya.

"Jangan senyum lebar-lebar, nanti banyak yang suka." Tukas laki-laki itu saat melihat senyuman Kanya.

"Biarin dong." Balas Kanya memperlebar senyumnya.

"Kamu cuma boleh senyum kayak gitu sama aku, nggak sama yang lain." Ucap Sam sambil mengusap rambut Kanya.

Gadis itu hanya membalas dengan senyum. Hatinya sungguh riang, seperti ada letupan disana, melayang terbang hingga angkasa mendengar Sam mengatakan hal yang belum pernah ia dengar sebelumnya. Tanpa bisa mengeluarkan kata-kata, ia hanya bisa menggigit bibir bawahnya, pipinya sudah bersemu merah karena malu. Sungguh laki-laki tinggi itu membuatnya tidak bisa bernafas dengan teratur, rasanya ia kekurangan oksigen.

"Udah, jangan senyum terus. Kamu bikin aku gak bisa ngatur detak jantung ku." Ucap Sam tiba-tiba.
Gadis itu semakin gila. Merah di pipinya sudah tidak bisa disembunyikan lagi.

"Abisnya kamu bilang kayak gitu, aku malu." Balas Kanya gugup.

"Kenapa malu ? Aku serius Kanya Faradilla Anugerah."

"Putra." Sambungnya kemudian tertawa kecil.

"Apaan sih ? Udah sana masuk kelas." Ucap gadis itu, mendorong Sam pergi.
Ia benar-benar sudah tidak bisa menahan diri, ingin sekali rasanya berteriak menunjukan betapa bahagianya dirinya hari ini. Laki-laki itu sangat istimewa, ia mampu membuat gadis yang belum merasakan cinta seperti terbang setinggi-tingginya. Membuat perasaannya tak menentu, meninggalkan rasa tak biasa dalam hati, memaksa untuk selalu bersama. Sammuel Nathan Putra, ia telah berhasil membuat gadis berlesung pipi itu merasakan arti cinta dengan hal-hal sederhana.

"Kenapa tuh muka ? Dari tadi senyum-senyum terus." Tanya Tamara heran, karena sahabatnya itu tak berhenti tersenyum sejak masuk kelas.

"Nggak papa kok." Jawab Kanya singkat.

"Lah, ini orang diajak ngomong jawabnya singkat banget." Dengus gadis berambut pirang itu.

Kanya ingin sekali menceritakan semuanya pada Tamara, tapi Kanya tahu sahabatnya itu pasti akan teriak-teriak histeris jika Kanya menceritakannya. Jadi gadis itu hanya bisa diam dan menyunggingkan senyumnya yang melengkung sempurna.

***

Jam pelajaran sudah habis, bel pulang sekolah sudah berbunyi nyaring. Gadis itu menunggu, seperti yang sudah dijanjikan sebelumnya. Ia menunggu dengan hati gembira, tak henti bibirnya melebar saat mengingat kejadian tadi pagi.
Tak lama yang ditunggu pun datang.
"Hei, ayo pergi." Ajak laki-laki berparas tampan itu sembari menarik tangan Kanya.

"Kita mau kemana sih ? Kok kamu bikin aku penasaran." Tanya gadis itu.

"Udah, ikut aja." Jawab Sam singkat.

Saat keduanya baru mengambil dua langkah, Tamara memanggil sahabatnya dari belakang. Kanya pun berbalik, gadis berambut pirang itu berlari mendekat.
"Ka, gue mau ke rumah lo sore ini. Mau nanyain PR Matematika yang harus dikumpulin besok. Soalnya gue gak ngerti." Ucapnya langsung.

"Gak bisa Ra, gue ada urusan sehabis pulang sekolah." Balas Kanya.

"Tapi Ka..." Ucapan Tamara berhenti saat menyadari Sammuel sedang berdiri di samping sahabatnya dan menggenggam tangan gadis itu.

"Ya udah, nanti gue chat aja deh. Duluan ya. Bye." Lanjut gadis itu sambil berlalu pergi menjauhi Kanya dan Sammuel.

"Dia suka aneh gitu ya ?" Tanya Sammuel menatap gadis yang kini menghadap ke arahnya.

"Kadang-kadang sih." Jawab Kanya tersenyum.

Mereka berdua pun sampai di tempat tujuan. Sam menuntun Kanya, ia tidak melepaskan genggamannya sedetik pun. Dada gadis itu bergemuruh, merasakan hal yang sungguh tak biasa. Sam mengajak nya ke sebuah bukit, dimana mereka dapat melihat matahari terbenam. Mereka duduk di sebuah kursi panjang di sana, merasakan terpaan angin lembut menembus kulit, menyaksikan senja yang begitu indah. Sang surga sudah siap untuk tenggelam dan  berganti posisi dengan rembulan, ia menjadi saksi kebahagian untuk kedua remaja itu. Benar-benar hal yang tidak akan pernah bisa di lupakan.

Keduanya bungkam, diam tanpa kata. Merasakan detak jantung yang tidak biasa, merasakan getaran yang begitu hebat. Sampai akhirnya Sammuel membuka suaranya. "Akhirnya aku bisa ajak kamu ke sini." Ucap Sammuel tersenyum.

"Aku gak tahu harus bilang apa, tapi satu, aku benar-benar gak bisa jauh dari kamu. Aku senang memperhatikan kamu, bahkan saat pertama kali kita ketemu di rumah ku. Aku perhatikan kamu dari jendela kamar. Aku memang dingin, cuek, dan nyebelin. Tapi aku mau kamu tahu sesuatu.  Aku tahu ini memang terlalu cepat. Aku suka sama kamu Ka. Jujur sepertinya aku mencintai kamu." Ungkap laki-laki itu akhirnya.

"Mungkin tuhan sudah merencanakan ini, buat aku ini memang nyata. Gak ada yang namanya kebetulan untuk hal seperti ini, aku yakin semua sudah tertulis dalam nasib kita. Aku tahu selama ini aku merasakan sesuatu yang aneh, aku merasakan hal-hal yang berbeda dari biasanya. Aku belum pernah merasakan ini sebelumnya, dari sekian banyak laki-laki yang dekat dengan aku, cuma kamu yang mampu untuk membuat aku sebahagia ini, segembira ini. Dan kamu membuat aku percaya bahwa cinta itu memang ada dan nyata. Aku juga percaya, bahwa yang Tamara bilang itu benar, kalau cinta itu menyenangkan. Aku yakin ini memang rasa itu. Iya aku mencintai kamu Sammuel." Balas Kanya berkaca-kaca.

Laki-laki itu pun menggenggam tangan Kanya, berharap ia dapat membuat gadis itu tenang. "Aku akan selalu ada buat kamu, aku janji, dan gak akan pernah ada yang lain selain kamu."

"Aku percaya. Kamu harus bisa pegang janji kamu." Tukas gadis itu.

"Iya, aku akan jadi yang pertama dan terakhir buat kamu. Kita akan selalu saling percaya, jangan pernah egois. Kita akan selesaikan semua masalah dengan hati-hati. Aku akan selalu buat kamu nyaman." Balas Sammuel.

"Biarkan senja menjadi saksi kebahagiaan. Dia akan selalu mengingatkan kita akan apa yang sudah terjadi hari ini." Ucap Kanya dengan penuh senyum.

"Karena senja akan menjadi hal yang paling kita  tunggu saat sore hari tiba." Sahut Sammuel.

"Aku sayang kamu Ka." Ucap laki-laki itu.
Kanya hanya membalasnya dengan senyuman.

"Katakan pada dia bahwa aku akan menjadi senja dan fajarnya, yang selalu mengawali dan mengakhiri setiap hari-hari indahnya." Batin gadis itu, mengeratkan genggamannya.

***

Dug dug ser sendiri bikin part ini, rasanya gimana gitu. Mohon maaf kalo ini gak romantis menurut kalian, aku bingung mau nulis juga.
Semoga suka💜
Don't forget to vote and comment
Salam dari penulis amatir😚💜

Kanya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang