07

286 27 2
                                    

     "Ayo pulang !" Ucap laki-laki berbadan tinggi itu menghalangi langkah Kanya.

"Lo pulang duluan aja, gue mau rapat OSIS dulu." Timpal Kanya dengan senyumnya.

"Gue tungguin." Sahut Sam dengan cepat.
Kanya terkejut dengan jawaban Sam, seharusnya ia tidak boleh merepotkan orang seperti ini.

"Nggak papa kok, lo duluan aja, takut lama." Ucap Kanya dengan hati-hati.

"Gue gak peduli. Gue tunggu lo sampai selesai." Jawab Sam begitu datar namun keras.

"Ya udah terserah lo aja." Jawab gadis berambut hitam pekat itu.

Sudah hampir dua jam Sammuel menunggu Kanya di depan ruang OSIS. Ia kesal bukan main, jika bukan karena mama nya, Sam sudah pasti akan meninggalkan gadis itu sendirian.
"Shitt ! Lama banget." Dengusnya pelan.

Sam duduk di kursi panjang tepat di depan ruang OSIS. Sesekali ia membuka handphone-nya untuk menghilangkan rasa jenuh, namun itu sama sekali tidak membantu.
K

ini senja mulai datang, awan menunjukan warna jingga yang begitu indah, hembusan angin terasa sejuk menembus kulit laki-laki berparas tampan itu, hingga tanpa ia sadari matanya sudah tertutup sempurna.

"Sam, ayo pulang !" Ucap Kanya pelan sambil menggoyang-goyangkan tangan laki-laki itu agar mau bangun.
Awalnya ia tidak tega membangunkan Sam, laki-laki itu tidur begitu pulas, wajahnya sangat polos seperti bayi, manis sekali untuk dipandang. Namun karena hari semakin sore, dengan terpaksa Kanya membangunkannya. Perlahan Sammuel membuka kedua matanya, ia belum sadar tangannya dan tangan Kanya saling beratautan. Laki-laki itu merubah posisinya menjadi duduk tegap tanpa melepaskan genggaman tangannya.

"Apa ?" Tanya Sam begitu polos.

"Pulang yuk ! Udah sore." Jawab Kanya dengan menunjukan senyum termanisnya.

Sam terpanjat, ia melebarkan pandangannya. Hari sudah hampir gelap dan ia masih berada di sekolah, entah mengapa Sam begitu menikmati sentuhan angin yang begitu lembut menyetuh kulitnya sampai-sampai ia tertidur.
"Ya udah ayo !" Jawabnya lalu berdiri.
Tanpa sadar ia melihat ke arah tangan kanannya yang masih memegang erat tangan Kanya, detik itu pula Sam langsung melepaskan genggamannya. Malu sekali rasanya. Bagaimana bisa ia begitu tidak menyadari bahwa tangannya bertautan dengan tangan Kanya sejak tadi.

"Ayo !" Ucapnya sedikit keras, karena Kanya masih diam di tempat.

"Eh iya-iya." Gadis itu pun melangkah, membuntuti Sammuel.

***

Mereka berdua sudah sampai di halaman rumah Kanya, namun sayang gadis berparas cantik itu tertidur dengan pulas di dalam mobil.

Sam berniat untuk membangunkannya, tapi setelah ia pikir kembali, kasihan jika Kanya dibangunkan, gadis itu kelihatan begitu capek sekali. Dengan gerakan cepat laki-laki itu keluar dari kursi pengemudi, lalu membuka pintu penumpang. Sammuel membopong tubuh mungil Kanya masuk ke dalam rumahnya.

"Kanya kenapa Sam ?" Tanya Rakha yang membukakan pintu gerbang.

"Dia ketiduran bang, gue gak tega banguninnya." Jawab Sam santai.

"Ya udah, lo bawa ke kamarnya di lantai dua." Perintah Rakha.

"Iya bang."
Laki-laki itu pun membaringkan Kanya di atas tempat tidurnya. Melepaskan sepatu yang masih dikenakan gadis itu dengan hati-hati agar ia tidak merasa terganggu. Sekilas Sam memperhatikan wajah manis gadis itu.
"Manis." Ucapnya tanpa sadar, kemudian berlalu keluar dari dalam kamar.

Ia menghampiri Rakha yang sedang fokus pada handphone nya.
"Bang gue pamit ya, udah malem." Ucap Sam langsung.

"Gak mau main dulu ?" Tawar Rakha.

"Lain kali aja deh bang, udah malem. Gerah belum mandi." Tolak laki-laki itu.

"Oh iya, makasih udah nganterin Kanya." Jawab laki-laki berbadan tinggi itu.

***

Kanya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang