17

121 7 2
                                    

     "Bang, tolong bangunin Kanya. Suruh mandi cepat." Perintah Ratna dari dapur.

"Iya bun." Jawab laki-laki berbadan tinggi itu, melangkah menuju kamar Kanya.

"Kanya bagun! Buruan! Dimarahin bunda tuh." Teriak Rakha dari luar kamar adiknya.

"Iya bang." Sahut gadis itu.

"Cepat mandi." Perintah laki-laki itu.

"Udah."

Rakha tidak percaya dengan ucapan Kanya, ia pun membuka pintu kamar.

"Beneran udah mandi ? Bohong kali." Tanya kakaknya tak percaya.

"Masa bohong sih, lihat nih Kanya udah rapi. Bentar lagi juga keluar." Ucap gadis itu berkacak pinggang bak seorang model.
Ia sudah berpakaian rapi dengan seragam yang ia kenakan. Rambutnya tergerai indah dengan jepitan tertempel disana.

"Tumben-tumbenan kamu jam segini udah rapi. Mentang-mentang udah pacaran sama si Sammuel." Celetuk Rakha.

"Iya lah bang, masa sih dia disuruh nunggu lama. Nggak boleh kan ? Jadi Kanya siap-siap lebih pagi supaya dia bangga punya pacar kayak Kanya." Sahut Kanya menyombongkan diri.

"Sombong amat deh. Awas aja, kalau minta dibeliin es krim, abang nggak bakal kasih." Ancam kakaknya itu.

"Yah jangan dong bang, kok jadi ancam gak beliin es krim sih ? Abang kan baik, terganteng sedunia." Rayu gadis itu sambil menyisir rambutnya.

"Minta aja sama pacar baru." Sahut Rakha dilanjutkan dengan tawa.

"Kan malu bang, masa minta dibeliin es krim sama Sam. Abang kan kakak terbaik sedunia bang, idolaku dari bayi." Rayu Kanya lagi dengan menunjukan mata berbinar.

Gadis itu tidak bisa jika tidak mendapat pasokan es krim dari abangnya. Setiap hari Rabu dan Sabtu sehabis pulang kuliah, Rakha pasti akan membelikan es krim sesukaan adiknya. Itu sudah jadi kebiasan rutin sejak Kanya masih duduk di bangku sekolah dasar. Jika abangnya lupa membelikan dihari itu, maka Kanya akan menagih dihari berikutnya.

"Kamu bisa aja kalo ngerayu. Udah cepat turun, sarapan dulu." Perintah laki-laki itu.

"Ya udah, ayo." Sahutnya, keluar dari kamar meninggalkan Rakha.

"Ini anak ya, pagi-pagi udah bikin kesal aja." Dengus laki-laki berbadan tinggi itu.

Kanya turun ke lantai satu dan langsung pergi menuju ruang makan untuk sarapan bersama. Ratna merasa aneh melihat putri nya yang sudah sangat rapi pagi-pagi begini. Jarang sekali ia melihat Kanya se-semangat ini.
"Pagi bun." Sapa gadis itu.

"Pagi sayang. Tumben kamu udah rapi ?" Tanya Ratna heran.

"Iya dong bun, kan dia itu baru ja..." Seketika ucapan Rakha terhenti karena Kanya membekap mulutnya, mencoba menghentikan ucapan kakaknya yang sedang berdiri diambang pintu. Jika Kanya tidak melalukan hal itu, sudah pasti ia akan diledek sepanjang minggu oleh seluruh orang rumah. Kanya berkaca pada kejadian satu tahun lalu, saat kakaknya ketahuan punya pacar, laki-laki itu diledek habis-habisan oleh ayah dan bundanya, mang Jarna juga tidak mau kalah untuk meledek Rakha saat itu.
"Diem ya bang, awas aja kalau abang bilang sama semua orang." Bisik gadis itu tepat di telinga kanan kakaknya.

"Ya udah lepasin dulu cepat." Ucap Rakha tidak terlalu terdengar jelas.

Kanya pun melepas bekamannya, lalu menatap kakaknya tajam.

"Kalian kenapa sih ? Pagi-pagi udah ribut aja. Tadi ja... apa bang ?" Tanya Ratna penasaran dengan ucapan putranya.

"Iya bun, Kanya sengaja bangun pagi karena dia udah janjian sama Sammuel, katanya mau jemput lagi." Sahut Rakha berbohong. Tapi sebenarnya tidak sepenuhnya bohong sih. Kan benar kalau Kanya akan dijemput oleh Sammuel.

Kanya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang