26

39 9 0
                                    

     Kanya : Hari ini aku rapat, kamu pulang duluan aja. Aku nggak apa-apa kok, nanti pulangnya dijemput abang.
Begitulah isi pesan yang Sammuel terima. Laki-laki itu masih duduk dikursinya, ia sedang mengerjakan tugas kelompok bersama teman-temannya. Ia tidak membalas pesan itu, melainkan langsung menelepon gadisnya dan menjauh dari teman-temannya.
"Aku bakal tunggu kamu, aku masih ngerjain tugas sama Roni dan yang lain. Nanti aku jemput kamu." Ucap laki-laki itu langsung setelah Kanya menjawab teleponnya.

"Jangan khawatir, aku udah bilang sama abang. Kamu duluan aja ya." Sahut Kanya menolak. Ia tidak mau terus bergantung pada Sam. Lagi pula Kanya bukan anak kecil yang harus diantar kemana pun dia pergi. Kanya sudah besar, dan ia bisa menjaga dirinya sendiri.

"Tapi sayang, aku gak mau ninggalin kamu sendiri."

"Aku nggak sendiri Sam, banyak orang disini. Udah ya, kamu jangan khawatir." Ucap gadis itu meyakinkan.

"Ya udah kalau gitu, jangan terlalu sore pulangnya, jangan lupa telepon aku kalau udah sampai rumah."

"Iya Sam. Aku matiin ya teleponnya."

"Iya."
Setelah itu Kanya mematikan sambungan teleponnya, gadis itu masuk ke dalam ruang OSIS.

"Hai, Nya!"

Kanya menoleh mendengar namanya dipanggil. "Iya, kenapa ?" Sahutnya.

"Kamu benar pacaran sama Sam ?" Tanya gadis yang kini berdiri didepannya itu.

"Iya, emangnya kenapa ?" Tanya Kanya penuh selidik.

"Nggak, aku cuma tanya aja. Kamu tahu kemarin Sam pergi ke cafe ?" Tanya Tishya, nama gadis itu.

"Maksud kamu apa Shya ?" Tanya Kanya lagi.

"Bukan gue, Nya." Ucap Tishya langsung, karena ia tahu isi pikiran Kanya.

"Dia ketemu sama perempuan, rambutnya panjang, dan senyumnya juga manis, tapi kelihatannya dia sakit. Mereka ngobrol berdua, kebetulan waktu itu gue lagi beli latte disana dan gak sengaja liat mereka." Sambung Tishya menjelaskan.

"Oh, iya. Gue gak tahu Sam kemarin pergi." Ucap gadis itu.

"Lo gak marah sama dia ?" Tanya Tishya.

"Gue percaya sama dia, gue yakin dia nggak bakal ngelakuin hal macam-macam dibelakang gue." Sahut Kanya dengan menunjukkan senyumnya. Kanya berbohong, jujur saja ia khawatir dengan ucapan Tishya. Ia takut apa yang gadis berponi itu katakan adalah benar. Ia takut Sam melakukan sesuatu yang buruk dibelakangnya. Namun Kanya tidak mau menunjukan kecemasannya, ia hanya diam dan melihat ke sekitar.

"Sorry, Nya. Gue nggak maksud buat manas-manasin lo atau apa, tapi gue cuma ngasih tahu lo aja, takut lo kenapa-kenapa setelah tahu yang gue ceritain ini." Ucap Tishya mencoba menenangkan kecemasan Kanya.  Gadis itu tahu Kanya cemas, sangat jelas terlihat dari senyum Kanya yang terkesan dipaksakan.

"Makasih Sya, lo udah berbaik hati kasih tahu gue tentang ini."

"Iya sama-sama. Gue duluan ya." Ucap gadis itu berlalu pergi.

***

Kanya tiba di rumah pukul empat sore. Ia berjalan tanpa semangat. Rasanya aneh, ia cemas dengan hal yang sudah dia dengar tadi. Ia harap Sam bisa menjelaskan hal itu. Kanya percaya Sam, laki-laki itu sudah berjanji untuk tidak menyakitinya dan Kanya yakin Sam tidak akan mengingkarinya. Tapi di satu sisi Kanya tahu kemungkinan itu pasti ada, kemungkinan Sam untuk menyakitinya itu ada, dan jika semua itu benar Kanya tidak tahu apa yang harus ia lakukan.

"Kamu udah pulang ?" Tanya seseorang dari ruang makan. Rakha, laki-laki itu sedang menikmati mie instan kesukaannya. Menyantapnya dengan sangat lahap hingga tetes terakhir kuah mie, kemudian  ia menenggak segelas air putih yang berada didepannya hingga jakun laki-laki itu naik-turun.

Kanya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang