14

205 14 0
                                    

     Malam ini ia tidak punya tugas sekolah, membaca buku sudah ia lakukan. Laki-laki berparas tampan itu terbaring di tempat tidurnya. Benda pipih di atas nakas bergetar, tertulis sebuah nama disana, ia mengambil ponsel-nya menekan salah satu tombol, lalu mendekatkan benda itu ke telinganya.

Terdengar suara yang begitu keras dari sembrang sana "Yuhu bos!"

"Ada apa lo telpon malam-malam gini ?" Tanya laki-laki itu.

"Jangan nge gas dong bos."

"Ada apa emang ?" Tanya nya kembali.

"Gue, Roni sama si kutukupret lagi kumpul nih. Lo kesini kali, ikutan kumpul. Diem diem bae." Jawab Revan dari sebrang sana.

"Apaan sih ? kutukupret-kutukupret. Nama gue Revin Steven Fernandez yang paling ganteng diantara kalian semua, jangan sembarangan ganti-ganti nama orang. Dosa lo baru tahu rasa." Tukas Revin.

"Suka-suka gue, gue abang lo." Sahut Revan.

"Heh lo berdua ya, malah berantem. Malu diliatin orang, sini hp nya biar gue yang ngomong sama Sam." Ucap Roni, merebut handpone di tangan Revan.

"Elo si bang." Ucap Revin.

"Elo bego." Balas Revan.

"Gue bilang udah !" Sentak Roni kesal.

Laki-laki bertubuh tinggi itu mendekatkan telpon ke telinganya. "Hey Sam, sini ke caffe dekat sekolah. Kita lagi ngumpul nih, masa lo gak ikut gabung. Gak lengkap kita." Ajak laki-laki itu setelah menyeput kopi-nya.

"Males gue, kalian aja lah." Jawab Sammuel.

"Ah lo kok gitu sih Sam, ayolah." Bujuk Roni agar Sammuel mau menyusul mereka ke caffe.

"Iya deh, gue kesana sekarang." Ucap Sam akhirnya.

"Oke kita tunggu." Balas Roni. Kemudian mematikan sambungan telponnya.

***

"Assalamuaikum." Salam gadis berambut hitam itu sambil mengetuk pintu.

"Waalaikum salam." Jawab seseorang sambil membukakan pintu.

"Hai tante." Sapa Kanya, menyalami Risti.

"Hai sayang, tante kangen banget sama kamu." Ucap wanita paruh baya itu.

"Kanya juga kangen tante." Balas Kanya.

"Ayo masuk, sini." Ajaknya sambil merangkul gadis itu.
Mereka berdua duduk di ruang tamu. Bercerita seputar sekolah Kanya dan Sammuel, bagaimana keseharian mereka belakangan ini, dan saling bercanda bersama. Sammuel pun muncul, laki-laki itu menuruni anak tangga dan ia menemukan Kanya yang sedang mengobrol dengan mama nya.

"Hai !" Sapa Kanya saat Sam sudah menatapnya dari atas tangga.

"Hai ! Lagi apa ?" Balas laki-laki itu.

"Main aja kok. Kamu mau kemana ? Rapih banget." Tanya gadis itu.

"Iya, kamu mau kemana Sam ?" Tanya Risti.

"Mau ngumpul sama teman ma, di caffe dekat sekolah." Jawab Sam, langsung duduk di soffa.

"Oh gitu, Kanya gak di ajak ?" Tanya Risti lagi.

"Kalo mau ikut ayo." Sahut Sam.

"Nggak ah, nanti aku malah ganggu lagi. Kan juga gak enak kalo kamu ngumpul sama teman cowok kamu, aku ikut." Ucap Kanya sambil menyunggingkan senyum.

"Ya udah kalo gitu aku berangkat dulu ya ma." Pamit laki-laki itu

"Hati-hati." Sahut Risti.

Setelah laki-laki itu keluar dari dalam rumah. Ia langsung berangkat menuju caffe dengan mengendarai mobilnya. Setelah sampai disana, ia langsung bergabung dengan teman-temannya.
"Akhirnya datang juga lo." Ucap Roni ketika Sam sampai di sana.

"Duduk duduk, kita ngobrol lah. Pesan dulu Sam." Ucap Revan, memberikan daftar menu.

"Oke." Sahut laki-laki itu, membuka lembaran daftar menu.

"Lo lama banget sih Sam ? Ngapain dulu ? Mandi lo ?" Tanya Revin bertubi-tubi.

"Gue gak ngapa-ngapain, cuma tadi di rumah lagi ada si Kanya. Jadi gue agak lama datang ke sini." Jawab Sammuel santai.

"Tunggu. Gimana caranya tuh cewek bisa ada di rumah lo ? Terus kenapa lo harus tinggalin dia bro ?" Tanya Revan heran.

"Ya kan rumah gue sama dia satu komplek. Dia mau ketemu nyokap gue." Jawab Sam lagi.

"Ya walaupun dia mau ketemu sama nyokap lo, bukan berarti lo harus ninggalin dia dong. Lo gak manfaatin kesempatan Sammuel." Ucap Revin yang disetujui anggukkan Revan.

"Kan lo pada yang nyuruh gue kesini. Gue juga udah ajakin, tapi dia-nya gak mau." Tukas laki-laki itu.

"Ya udah lah, masih banyak kesempatan. Jangan terlalu cepat juga kali Vin, santai aja. Biar dia rasain dulu nyamannya sama Sam." Ucap Roni menengahi.

"Iya sih, lo benar juga Ron." Ucap Revin.

"Eh, gimana lo sama si Rain ?" Tanya Revan tiba-tiba.

"Ya gitu deh, masih tahap pendekatan. Belum ada sinyal-sinyal." Jawab laki-laki yang sedang mengunyah makanannya itu.

"Rain mana ? Gue gak tau." Tanya Sam yang tidak mengenal sosok Rain.

"Itu si Raina, anak 11 ipa 3. Dia cantik, putih, imut lagi beh." Jelas Roni.

"Ah, lo yang bener ? Masa model si Revin bening gitu ?" Tukas Sam tak percaya.

"Lo jangan gitu dong Sam. Gini-gini juga gue banyak yang suka, gue lagi milih-milih dulu." Sahut Revin penuh percaya diri.

"Gaya lo Vin, sok-sok-an banget." Ucap Revan.

"Udah-udah. Kita ngobrolin yang lain aja, ngobrolin si bubuk rengginang mah bikin emosi." Ucap Roni.

"Si Kanya sekarang gimana Sam ?" Tanya Revan setelah menyeruput minumannya.

"Ya gimana ? Gitu-gitu aja." Jawab Sam.

"Lo gak gerak banget si. Dingin, cuek." Timpal Revin.

"Hm, gue udah mulai kasih ancang-ancang sih, lagi nunggu waktu. Gue belum terlalu tahu dia." Sahut laki-laki itu.

"Lo mau tau apalagi sih ? Udah baik gitu." Ucap Roni.

"Bener tuh. Percaya sama kita. Dia itu baik, cantik, pinter lagi." Sambar Revin.

"Iya tuh, cocok sama lo. Sama-sama pinter." Tambah Revan.

"Tunggu aja tanggal mainnya." Ucap laki-laki itu, tersenyum miring.

"Oke lah, kita tunggu. Kalau lo butuh apa-apa bilang aja sama kita." Sahut Roni.

"Nah, nanti kita bantu deh buat lo." Ucap Revin.

"Iya-iya, makasih."

Mereka pun melanjutkan obrolan nya sembari bercanda. Banyak hal yang mereka bicarakan sampai larut malam, hingga akhirnya mereka bergegas pulang karena waktu sudah menunjukan pukul setengah dua belas malam.

***






Tinggalkan jejak untuk cerita ini. Mohon berikan vote or comment kalian.
See you again
Thank you💜

Kanya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang