03

334 27 5
                                    

     Laki-laki berparas tampan itu kini tengah membaringkan tubuhnya di atas kasur, ia kelelahan setelah bermain basket dengan teman-temannya.
Sammuel Nathan Putra, laki-laki dengan tinggi badan mencapai 176 cm itu adalah anak tunggal dari pasangan Ridwan Putra dan Risti Bakala. Ia merupakan siswa terpintar di sekolahnya. Ia memang tidak sama seperti laki-laki pada umumnya, jika laki-laki lain acuh tak acuh terhadap pendidikan maka Sam justru sebaliknya, ia selalu ingin belajar dan mendapatkan hal baru setiap harinya. Baginya pendidikan adalah hal yang utama, ia selalu berpikir bahwa tanpa pendidikan ia tidak akan mampu untuk meraih kesuksesan, maka dari itu Sam selalu menyempatkan waktunya untuk belajar setidaknya hanya dengan membaca buku.

"Mama kenapa sih daftarin gue disekolah swasta tanpa sepengetahuan gue ?" Dengus laki-laki berhidung mancung itu.

Ia kesal bukan main pada mamanya, bagaimana tidak ? Risti diam-diam mendaftarkan Sam di salah satu sekolah swasta ternama di Bandung tanpa sepengetahuannya. Risti memang sengaja menyembunyikan hal ini, jika ia langsung meminta pendapat pada putranya sudah pasti Sam akan menolak. Keputusan ini Risti lakukan untuk melatih kedisiplinan putranya, ia melakukan ini agar Sam mampu untuk mengatur waktu dengan baik sampai ia meneruskan usaha keluarganya nanti. Pasalnya sekolah yang Risti pilih tersebut terbilang bagus dan mempunyai peraturan yang ketat, itu merupakan salah satu pertimbangan Risti memasukan Sam di sana.

"Sam, ayo makan dulu !" Suara teriakan Risti terdengar dari dapur.

"Iya sebentar, tanggung lagi baca buku." Sahut Sam malas.

Sampai makan malam selesai, Risti tidak melihat Sam keluar dari kamarnya. Ia sudah mendungga bahwa putranya itu tengah kesal padanya, dengan nampan yang berisi sepiring nasi serta lauk pauknya dan segelas air putih ia masuk ke dalam kamar Sam. Risti melihat putranya sedang duduk di kursi belajar dengan tangan menelungkup menutupi wajah tampannya, ia menaruh nampan itu di atas nakas dekat tempat tidur dan melangkah mendekati putranya. Perlahan ia mengelus lembut rambut Sam dengan penuh kasih sayang.
"

Kamu kenapa ?" Tanya Risti akhirnya.

Sam terbangun dan merubah posisinya menjadi duduk tegap menghadap mamanya. "Sam nggak papa kok ma." Ungkap laki-laki itu.

"Kamu kesel ya mama daftarin disekolah swasta ? " Tanya mamanya.

"Dikit sih." Jawab Sammuel jujur.

"Sayang, mama daftarin kamu di sana untuk kebaikan kamu juga. Mama mau kamu lebih menghargai waktu, mama juga mau kamu belajar dengan lebih giat lagi dan sekolah itu sudah masuk dalam kriteria mama." Jelas Risti.

"Tapi kan ma, waktu di Bogor aku juga sekolah di negeri kan." Ucap laki-laki itu.

"Justru itu, mama mau kamu cari pengalaman. Tapi kalau kamu gak suka, mama bisa batalin." Sahut Risti dengan nada serius.

"Nggak kok ma, nggak papa. Sam sekolah disana aja, ini juga buat kebaikan Sam kan ?" Ucap Sammuel dengan perasaan bersalah, karena merasa sudah menyakiti hati ibunya.

"Ya udah, besok kamu berangkat sekolah sama Kanya, jadi kamu harus jemput dia." Sambung wanita berusia 40 tahun itu.

"Hah ? Kenapa harus bareng sama orang lain ma ?" Tanya Sam terkejut.

"Kanya itu satu sekolah sama kamu, dan kalau mama lihat dia itu anak yang baik, jadi besok kamu harus berangkat sekolahnya sama dia." Ucap Risti.

"Aku nggak tau, siapa itu Kanya ?!" Tanya laki-laki itu.

"Kamu ini gimana sih ? Baru juga tadi sore kenalan. Kanya itu yang tadi main ke sini, yang kamu liatin diam-diam dari baik jendela." Sahut Wanita itu dengan sedikit kekesalan juga kekehan kecil.

"Mama ngaco nih ngomongnya, mana ada Sam liatin dia, diam-diem pula. Gak ada kerjaan banget." Jawab Sam malas.

"Ngelak aja kamu, udah jelas ketahuan juga. Suka ya kamu sama dia ?" Goda Risti lagi, yang kini membuat Sam makin risih.

"Mama makin ngaco tahu nggak." Sahut Sammuel kesal.

"Ya udah deh, jangan marah. Besok jangan lupa jemput dia ya." Ingat wanita itu.

"Iya ma, besok Sam jemput dia."

"Bagus kalo gitu." Ucap Risti sambil mengelus kembali rambut putranya.
"Sekarang kamu makan dulu, mama udah bawain makanan buat kamu. Awas jangan lupa, nanti maag kamu kambuh." Sambung Risti mengingatkan putranya itu.

"Iya-iya." Sahut Sam melangkah menuju bibir kasur.

"Ya udah, mama keluar dulu." Risti pun keluar dari kamar bernuansa hitam putih itu. Meninggalkan Sam agar ia memakan makanannya.

Setelah menghabiskan makan malamnya. Laki-laki itu pun kembali melanjutkan kegiatannya, ia memasukan beberapa buku ke dalam tasnya untuk besok ia bawa dihari pertamanya sekolah disekolah barunya. Ia memikirkan kembali nama yang mamanya sebut tadi.
"Kanya ? Dia yang tadi kenalan ?" Pikirnya.

"Manis." Ucapnya pelan.

Waktu sudah menunjukan pulul 22.00 laki-laki itu sudah bersiap untuk tidur. Ia membaringkan tubuhnya di atas kasur dan menyelimuti dirinya dengan selimut tebal berwarna senada dengan seluruh isi kamar, yaitu hitam putih. Perlahan memejamkan kedua matanya sampai akhirnya tidur dengan pulas.


***


"Sam kamu udah bangun ?" Tanya Risti sambil mengetuk pintu kamar putranya.

"Iya ma, Sam udah bangun. Lagi siap-siap." Sahut laki-laki itu dari dalam kamarnya.

"Mama tunggu di ruang makan." Ucap Risti.

"Oke ma, bentar lagi Sam turun." Sahut Sammuel, membenarkan posisi dasinya.

Hari ini adalah hari pertama Sammuel bersekolah di Bandung. Ia tidak begitu bersemangat, namun ia siap untuk belajar. Tentu laki-laki itu tidak ingin mengecewakan orang tuanya. Ia tahu mamanya sangat menyayanginya sehingga melakukan ini semua untuknya.
"Pagi ma." Sapa Sammuel, mencium pipi Risti sesaat. Kemudian duduk di kursi sebelah ibunya itu.

"Pagi sayang." Sahur Risti riang.

"Papa kapan pulang ma ?" Tanya Sam setelah meminum susu hangatnya.

"Mama belum tahu, katanya masih banyak banget kerjaan disana. Kemungkinan besar mama nyusulin papa kamu." Jawab Risti menjelaskan.

"Oh gitu, yang penting papa sehat aja disana. Bilangin ma, jangan telalu capek." Ucap anak laki-lakinya itu.

"Iya, nanti mama bilangin papa kamu. Papa juga bilang semangat sekolahnya, jangan malas-malasan. Lebih cepat kamu lulus, lebih cepat kamu kuliah, dan lebih cepat pula kamu bisa gantiin papa, biar dia bisa istirahat." Pesan wanita paruh baya itu setelah menelan makanannya.

"Iya ma, tenang aja. Sam belajar dengan baik kok. Jadi mama sama papa nggak usah khawatir." Sahut Sammuel menenangkan hati Risti.

"Oke, mama percaya sama kamu. Ya udah, sekarang kamu berangkat. Jemput dulu Kanya ya." Ucap Risti setelah meminum air putihnya.

"Iya." Jawab Sam malas.
"Rumahnya yang mana ?" Tanya laki-laki itu.

"Nomor 62 cat cream." Jawab ibunya.

"Sam berangkat dulu. Assalamualaikum." Pamitnya lalu menyalami Risti dan berlalu pergi.

***

Kanya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang