BAB 25

7.1K 445 25
                                    


Dan alasanku mulai mempercayai dirinya adalah bukan karena dia hadir oleh pesona hidupnya ataupun janjiinya terhadap masa depan yang akan kami lalui bersama. Tapi, karena hatinya perlahan-lahan terbuka untuk berbagi masa lalu ataupun masa sekarang. Memikirkannya pernah terluka akan masa lalunya membuatku berhati-hati agar aku tidak mengoreskan kembali rasa frustasinya yang selama ini ditutupi olehnya. Aku bisa merasakan dari penolakan yang diberikannya padaku untuk tidak pernah membahasnya.

Aku ingin tahu seperti apa dia melalui jalannya dulu?  Terlalu sulitkah dia untuk menghapus kenangan itu hingga ia selalu menyimpannya. Mungkin aku baru mengenalnya dalam hitungan bulan, tetapi aku tidak bisa menahan untuk tidak bertanya.

Ketika dia mengatakan bahwa menyukaiku. Hatiku tak dapat untuk tidak merasakan desiran yang selama ini sudah kulupakan. Seberapa sukakah dia dengan diriku? Apakah aku wanita pertama yang benar-benar dia sukai? Atau ia hanya menyukaiku sesaat dan hanya bermain dengan perasaanku.

Kini ia menatapku dengan kedua matanya bahwa ia serius untuk menceritakan semuanya. Dan aku hanya bisa mengangguk setuju karena aku ingin mendengar setiap kata-kata pengakuannya yang selama ini terkunci rapat olehnya.

Genggaman tangannya yang hangat pada tanganku dapat menghapus dinginya malam bukan hanya itu tetapi juga rasa kegugupanku saat ini.  Dan aku membiarkannya membawaku kemana saja. Asalkan dia tidak melupakan janjinya untuk menceritakan hatinya yang dulu pernah dijalaninya.

Call menarik tangannya dari genggaman tangan Arka saat menyadari bahwa saat ini mereka akan sampai di apartement tempat tinggal mereka berdua “ Maksudmu dengan kencan adalah kita akan pulang?” tanya Call tak percaya.

Arka yang duduk disebelahnya menjawabnya dengan tenang “ Kita akan berkencan sesuai dengan yang kuucapkan tadi”.

Call ingin bertanya kembali tetapi Arka sudah memasuki area parkir dan akan menepi untuk memarkirkan mobilnya.

“ Sebelum kencannya dimulai, kita harus membeli beberapa cemilan dan minuman dulu di minimarket” kata Arka mengajak Call ke minimarket yang terletak di lantai satu.

Call pasrah mengikuti kemauan Arka. Ia berjalan disebelah Arka sambil melirik pria itu. Arka bersikap seperti biasanya sama sekali tidak menunjukkan tingkah yang aneh.

‘Dia sedang tidak mengerjaikukan?’ Pikir Call.

“ Call ada sesuatu yang ingin kamu minum malam ini? Soda atau jus?” tanya Arka saat mereka berdiri di lemari pendingin yang berisikan berbagai jenis minuman ringan.

“ Soda” pilih Call.

“ Sebaiknya kamu meminum jus saja. Soda tidak baik untukmu”  kata Arka memasukkan jus jeruk ke dalam keranjang belanjaan sedangkan dia memilih soda untuk dirinya sendiri.

Call menaikkan sebelah alisnya.

Mereka berdua kembali berjalan menuju rak-rak snack. Kali ini Arka sama sekali tidak menanyakan pendapat Call tentang cemilan apa yang harus mereka beli selanjutnya.

Arka memasukkan beberapa jenis snack yang Call sering dapati Arka selalu memakannya.

“ Kentang goreng ini ketika aku masih remaja sewaktu di London, aku pernah menjadi model untuk iklannya dan itu adalah iklan pertamaku” Arka memberitahu Call sambil mengangkat kaleng kentang goreng bewarna merah ke hadapan Call.

“ Ternyata kentang goreng yang kukenal selama ini adalah awal perjuangan dari kehidupanmu dulu” ujar Call asal.

“ Begitulah” Arka yang tidak tahu kalau Call berpura-pura tertarik dengan kentang goreng kesayangannya.

Marriage With Mr. Actor (The End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang