Bab 26

6.4K 490 53
                                    



“ Hai lly, ini aku Call” Call mencoba sebisa mungkin membuat suaranya terlihat biasa saja berharap temannya yang sedang berbicara dengannya ditelepon tidak curiga.

“ Cally, dimana ponselmu? Bukankah ini nomor telepon apartementmu?” Lolly keheranan dalam beberapa minggu ini ia sibuk mempersiapkan fashion shownya. Sehingga, ia dan Call jarang bertemu tiba-tiba dihubungi menggunakan telepon apartement milik Call dulu, ia cukup kaget.

“ Batraiku habis” bohong Call sambil memandangi ponselnya yang disengajanya dimatikan.

“Ooh..  Ada apa Cally? Maaf aku cukup sibuk belakangan ini” tanya Lolly.

Call menunduk dan mendesah berat ” Tawaran pergi ke London dulu masih berlakukan?”

“ Kenapa tiba-tiba? Waktu itu kau mengatakan tidak akan ikut”.

“ Aku berubah pikiran”Call menjawab pelan “ Aku sedang bosan sekarang” sambungnya lagi.

“ Dimana suamimu? Apakah dia tahu tentang hal ini?” tanya Lolly kembali.

Call tidak menjawab langsung karena ia sendiri tidak tahu keberadaan suaminya sendiri yang saat ini mungkin sedang bersenang-senang bersama orang lain.

“ Dia tentu saja mengetahuinya” Call menunduk menatap cincin yang melingkar di jari manisnya.

“ Baiklah, jika memang begitu” kata Lolly percaya.

“ Kapan kita akan berangkat?” tanya Call lupa kapan keberangkatan mereka.

“ Kebetulan sekali kita berangkat malam ini. Untungnya tiket milikmu masih tetap kusimpan. Bagaimana tidak terlalu mendadakkan Cally? Aku rasa tidak karena jadwalnya sudah pasti dari dulu-dulu”.

“ Tidak. Aku akan langsung datang ke bandara nanti” ujar Call.

“ Callista” panggil Lolly.

“ Yah”.

“ Kau baik-baik saja kan?”.

Call mengangguk yang tak mungkin bisa diliat oleh Lolly ‘ Untuk saat ini aku akan mencoba terlihat baik-baik saja lly’ bathin Call.

“ Seperti biasa” jawab Call.

“ Mungkin hanya perasaanku saja” karena Lolly merasa aneh dengan nada suara Call. “ Baiklah  Cally, jangan lupa kabarin aku kalau sudah sampai di bandara ” pesan Lolly sebelum mengakhiri sambungan teleponnya dengan Call.

Call meletakkan ganggang teleponnya ketempatnya sambil mendesah panjang dan menutup matanya. Hatinya terasa sakit bila mengingat ketika pertama kali ia melihat kumpulan foto-foto Arka bersama beberapa orang wanita yang diperlihatkan Fero padanya. Karena Call mengenali wajah wanita-wanita itu. Dia dan wanita itu terlihat sangat dekat jauh dari apa yang diucapkannya dulu.

Dia telah berbohong.

Dia tidak akan pernah berubah.

Dia melukai kepercayaanku.

Berbagai pikiran yang merasukinya saat ini dan itu terus berulang-ulang.

Sebulir air mata yang dari tadi dicoba ditahannya tumpah membasahi pipinya dan Call membiarkannya tanpa menghapusnya. Call menanggis dalam kesunyian.  Ia merasakan sakit didalam hatinya bukan karena cemburu melainkan karena Arka masih menganggap pernikahan mereka hanyalah sebuah kontrak.

Call menyadari satu hal bahwa ia masih belum benar-benar mengenal siapa Arka dan seperti apa dirinya dimata pria itu sebenarnya atau hanya dia yang merasa bahagia dengan kehidupan pernikahan mereka akhir-akhir ini.

Ia akan bertanya tentang foto-foto itu  kepada Arka. Mungkin nanti saat hatinya sudah siap untuk mendengar penjelasan Arka.

⃝⃝⃝

Setibanya  kembali di Indonesia Arka langsung berusaha mencari keberadaan Call.  Ini salahnya karena tidak terlalu peduli dengan keberadaan para pemburu berita itu sehingga ia kembali menjadi sasaran empuk mereka.

Marriage With Mr. Actor (The End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang