BAB 20

7.5K 544 26
                                    



Untuk pertama kalinya Arka memasuki kamar Call di rumah orang tuanya. Arka menelusuri kamar Call ada berbagai foto Call yang terpanjang di dinding serta di meja riasnya. Kamar Call di dominasi berwarna putih dan coklat bisa dilihat dari perabotan serta warna dinding kamarnya.

" Kau dulunya seorang model juga Call?" tanya Arka saat melihat foto remaja Call yang berada di meja riasnya memegang sebuah piala penghargaan model.

Call mendekati Arka dan melihat fotonya yang dibingkai dengan pigura bewarna hitam " Aku ini termasuk orang yang multitalenta" Call membanggakan dirinya.

" Aku baru tahu tentang ini. Kenapa kau berhenti menjadi model?" tanya Arka antusias yang baru mengetahui sisi lain dari Call.

Call berjalan menjauhi Arka dan duduk dipinggir kasur " Di belakang layar lebih menarik bagiku. Aku merasa bahagia seperti sekarang ini bebas mengekspresikan perasaanku. Tidak harus berpura-pura tersenyum ketika kau sedang merasa sedih di depan kamera." Jelas Call.

Arka yang mendengarnya memahami apa yang dimaksud Call karena ia juga pernah mengalami keadaan seperti itu " Kau tidak ingin mencobanya kembali ke dunia model?" tanya Arka yang sekarang sudah duduk di samping Call.

" Tidak" kata Call tanpa berpikir.

" Sayang sekali padahal tinggi badanmu sangat cocok untuk ukuran model" komentar Arka.

" Terimakasih pujiannya. Aku tidak ingin bersaing denganmu Arka memperebutkan kontrak kerja " canda Call.

Arka terkekeh ringan " Jika bersaing denganmu aku rela kok Call. Tapi aku lebih menyukaimu sebagai sutradara dibandingkan menjadi model" ungkap Arka jujur.

Call menaikan sebelah alisnya " Kenapa?" Call menanyakan alasan dari penuturan Arka barusan.

Arka merebahkan badannya di kasur " Entahlah, mungkin karena kau terlihat keren ketika sudah berperan menjadi sutradara dan jika saat ini kau menjadi model mungkin kita tidak akan pernah bersama" ujarnya.

Call menatap Arka yang sudah menutup matanya " Kau percaya takdir Arka?" tanya Call.

" Hmmmm" gumam Arka.

" Aku juga" kata Call yang ikut rebahan disamping Arka.

" Kenapa tiba-tiba berbicara tentang takdir?" tanya Arka yang menoleh ke arah Call.

" Aku dan kau mungkin sudah di takdirkan untuk bertemu" lirih Call.

Arka diam dan memandangi Call ' Bukan hanya bertemu Call, tapi aku berharap kita akan selalu bersama' kata Arka didalam hatinya.

Arka menarik Call dalam pelukannya " Takdir yang kuharapkan adalah semoga kita berdua selalu bahagia".

Call mengangguk dalam pelukan Arka " Maaf, tadi aku mengerjaimu Arka".

" Tidak masalah. Aku juga harus belajar menangani seorang wanita dari tante-tantemu" kata Arka pelan.

" Mereka semua pasti sangat cerewet tadi".

" Aku sudah terbiasa dengan tipe wanita seperti itu".

Call meregangkan pelukan Arka " Maksudmu dengan sudah terbiasa karena aku?".

Arka kembali memeluk Call erat " Oh ayolah Call. Aku tidak ingin berdebat denganmu. Biarkan kita beristirahat sebentar".

" Kita belum mandi Arka, aku tidak bisa tidur kalau belum mandi".

" Kau sudah harum kok".

" Oke. Aku akan membiarkanmu istirahat setelah itu kita harus mandi" omel Call.

Marriage With Mr. Actor (The End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang