Bab 22

6.3K 493 32
                                    


Drttttt...drttttt...

" Call" panggil Arka dengan nada yang pelan.

" Hmm" jawab Call yang tetap fokus melihat atraksi sulap di atas panggung.

Arka mendekatkan bibirnya ke arah telinga Call karena wanita yang duduk disampingnya tidak memperdulikan handphonenya yang dari tadi bergetar " Kurasa ada panggilan masuk sekarang di handphonemu" bisik Arka memberitahu.

Call mendelik. Dengan segera Call mengambil tasnya yang diatas meja dan mencari handphonenya. 5 panggilan tak terjawab dari Fero.

Drrrrttt... Drtttttt...

Fero kembali menelepon Call.

Tanpa menunggu lama Call menerima panggilan tersebut " Hallo Fer, ada apa?" tanya Call.

" Kau lagi dimana Call? Berisik sekali disana?" Fero yang tak menjawab pertanyaan Call.

" Aku lagi menemani Arka menghadiri acara amal".

" Pantasan dari tadi aku meneleponmu tidak diangkat" kata Fero " Call, kita sekarang menghadapi masalah yang serius" ujar Fero langsung tanpa menunggu lama untuk mengutarakan maksudnya menelepon Call.

Call memperbaiki duduknya dan berusaha tenang " Apa maksudmu? Aku tidak mengerti, jelaskan pelan- pelan".

Arka yang duduk disamping Call hanya bisa memperhatikan Call yang tampak serius berbicara dengan lawan bicaranya di telepon. Sesekali Call mengerutkan dahinya. Ia akan bertanya saat Call sudah mengakhiri panggilan teleponnya.

" Penulis naskah kita mengalami kecelakaan di Lombok dan sekarang dia sedang berada di rumah sakit untuk dirawat" Fero menjelaskan masalah yang sedang dihadapi oleh kru film tentu saja Call juga terlibat di dalamnya.

" Bukankah seharusnya dia berada di Jakarta menyelesaikan revisi dari naskah yang kuminta kemaren?" kata Call tak percaya dengan apa yang barusan didengarnya.

Fero menghembuskan nafas panjang " Kita semua sudah sama-sama tahu, jika Jo adalah salah satu penulis yang memiliki karakter unik. Dia akan menulis dan memikirkan idenya dimana-mana tidak bisa menetap di satu tempat".

Call meringis karena ia mengerti apa yang dimaksud Fero barusan " Bagaimana keadaannya sekarang? Apakah dia sudah merevisi apa yang kuminta?" tanya Call.

" Menurut assistennya kondisinya tidak terlalu baik dan kabar buruknya adalah naskahnya baru setengah yang telah diperbaiki olehnya".

Call terdiam memikirkan apa yang akan terjadi dengan proses syuting filmnya. Debutnya sebagai seorang sutradara sudah berlangsung lama. Setiap film yang disutradarainya tidak mungkin pernah luput dari suatu masalah. Tapi kali ini masalah datang cukup banyak.

Arka melirik ke arah Call " Kau baik-baik saja Call?" gumam Arka yang sudah tidak tahan melihat aksi Call yang meremas tisu dari tadi.

Call mengangguk dan mengulas sebuah senyuman tipis menandakan bahwa dia baik-baik saja.

" Kirimkan alamat rumah sakit yang merawat Jo sekarang. Aku akan berangkat kesana dan tolong pesankan tiket pesawat untukku" kata Call pada akhirnya hanya hal itu yang terlintas dalam pikirannya saat ini.

" Kau yakin Call? Kau tidak perlu kesana. Masih ada Tito dan aku yang akan bersedia mengantikanmu Call".

" Tidak apa-apa, film ini adalah tanggung jawabku termasuk kalian semua. Aku akan pulang ke apartementku dulu mempersiapkan pakaian yang akan kubawa. Jangan lupa pesanku tadi Fer".

" Baiklah Call" jawab Fero menuruti keinginan Call.

Call memasukkan handphonenya kembali kedalam tas. Tidak perlu menunggu lama untuk melihat reaksi Arka dengan apa yang baru saja didengar olehnya.

Marriage With Mr. Actor (The End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang