I Miss You

257 32 0
                                    

Seorang pria tampak tengah menikmati suasana cafe yang ia kunjungi. Matanya tak henti memperhatikan detail cafe. Dari ujung ke ujung. Sesekali ia bergumam lirih. Terkadang berdecak sebal karena beberapa aksesoris yang dirasa tak sesuai dengan dekorasi cafe.

Merusak pemandangan. Gumamnya lirih.

Ia terlihat tengah menunggu seseorang karena ia selalu mengalihkan pandangan ke pintu masuk tiap ada pengunjung yang datang.

Tak lama, seorang pria tinggi datang mengenakan kemeja putih yang digulung hingga siku, celana bahan berwarna hitam serta kacamata baca berbingkai hitam.

Langkahnya tegas dan panjang.

Si pria pertama mendengus. Tapi ia berdiri menyambut pria yang baru datang dengan memasang senyum lebar.

Mereka berpelukan sebentar.

"Kau tampak sedikit berbeda Jungkook. Bagaimana kabarmu?"

Pria yang menunggu alias Jungkook, hanya terkekeh pelan. Ia duduk disusul pria satunya. Si pria yang baru datang memesan minum pada pelayan lalu kembali menaruh atensi pada Jungkook.

"Aku baik hyung. Kau sendiri bagaimana? Aku lihat kau masih betah membujang."

Yang ditanya hanya mendengus sebal. Mengabaikan pertanyaan Jungkook dan memilih menikmati kopi pesanannya yang baru diantar pelayan.

"Oke. Aku salah. Maafkan aku. Omong omong, kenapa kau menggunakan kacamata?"

"Ah, aku membaca laporan keuangan saat perjalanan kesini. Aku lupa melepasnya ternyata." Pria itu melepas kaca matanya. Diletakkan di atas meja begitu saja.

"Ck, kau tak berubah rupanya. Masih seorang Kim Seokjin yang gila kerja. Tak heran jika kini usahamu merambah kemana mana."

Seokjin hanya tertawa pelan. Melemparkan tatapan mengejek pada sosok di depannya.

'Sepertinya dia lupa bercermin pagi ini.' Batin Seokjin.

"Oh ya. Sejujurnya hyung, aku tak terlalu suka dengan dekorasi cafemu ini." Seokjin mengedarkan pandangannya. Mencari tau bagian mana yang tak disukai oleh juniornya saat ia kuliah di L.A dulu.

"Ah, kalau maksudmu tentang figure Mario Bross di sudut sana maaf saja. Tapi itu favoritku. Lagi pula sudut itu memang diperuntukkan untuk remaja. Jadi kurasa tak masalah."

Jungkook mendengus. Ia tau kalau sahabatnya itu penggila tokoh Mario Bross. Di apartemennya saja penuh dengan segala macam aksesoris tokoh berkumis tebal itu. Mulai dari figure, boneka, hingga pajangan berbentuk piring dan cangkir. Bahkan Seokjin memiliki 2 pasang baju tokoh Mario Bross yang sama persis dengan yang asli seukuran tubuhnya. Yang merah dan yang hijau. Entah untuk apa kedua baju itu.

"Kau sudah mengunjungi adikmu? Kudengar dia sudah mengambil alih perusahaan milik ayah kalian."

"Iya. Semenjak ayah masuk rumah sakit beberapa minggu yang lalu, ibu melarang ayah untuk bekerja. Jadi Taehyung harus kembali ke Seoul untuk mengambil alih. Tapi anak itu menolak untuk tinggal bersama ayah dan ibu karena tak ada sekolah yang dekat dengan rumah kami. Jadi dia menyewa apartemen di dekat perusahaan yang juga dekat dengan sekolah Minju."

"Kenapa harus menyewa saat dia mampu membeli sebuah penthouse paling mewah di kawasan itu?" Jungkook angkat bahu. Ia sendiri heran dengan pola pikir adiknya itu.
"Ah, aku lupa. Aku sudah melakukan permintaanmu. Tapi sayang, dia sudah tak tinggal disana."

Jungkook langsung menegakkan tubuhnya. Tak sabar menanti ucapan Seokjin berikutnya.

"Aku dengar, dia kabur 5 tahun yang lalu. Tak lama setelah keberangkatanmu ke L.A. Cukup sulit melacaknya kembali karena dia seperti menghilang begitu saja. Apalagi itu sudah cukup lama."

Seokjin diam sejenak, meminum kopinya sedikit lalu melanjutkan penjelasannya.

"Tapi bukan Kim Seokjin namanya jika hal seperti itu tak bisa ku tangani. Aku mendapat info bahwa ia mengajar di sebuah sekolah tari di daerah Gwangju. Sekolah baru tapi lulusannya sudah banyak yang masuk ke agensi agensi besar di Seoul. Aku langsung menuju ke Gwangju saat itu juga namun lagi lagi aku kehilangan jejak. Dia sudah terlanjur mengundurkan diri dan pindah ke luar kota. Ditambah lagi pihak sekolah seperti enggan memberi tahu kemana ia pindah. Begitupun temannya. Orang yang kau cari ini benar benar licin Kook. Rasanya seperti mencari pemimpin mafia saja."

"Memang. Ayahnya mantan anggota mafia di Meulberne dulu." Ucap Jungkook lirih. Ia tau fakta itu saat mencoba mencari tau keberadaan Jimin secara langsung 7 tahun silam. Pantas saja ia kesulitan menemukan Jimin.

"Kau bilang apa Kook?"

"Ah tidak ada. Lalu, kau tak dapat info apapun lagi?"

"Ada, dan itu cukup mengejutkan. Kau tau bukan jika ayahku sangat suka menanam saham di agensi agensi kecil yang sedang berkembang dan punya potensi? Salah satu agensi itu adalah milik Kim Namjoon, teman baik dari pemilik sekolah tempat Jimin mengajar dulu. Entah kenapa aku punya firasat bahwa tuan Kim itu punya hubungan dengan Jimin." Jungkook terkejut, tubuhnya menengang. "-maksudku dengan keberadaan Jimin." Tubuh Jungkook langsung rileks. Ia tak siap jika ternyata Jimin sudah benar benar berpaling darinya.

"Dan ternyata benar saja. Saat aku berkunjung ke agensi itu dengan alasan mewakili ayahku, aku bertemu dengan Jimin. Tapi dia tak seperti foto yang kau perlihatkan dulu. Terlihat sangat dingin dan acuh. Benar benar berbeda. Aku saja sempat tak percaya bahwa dia Jimin-mu. Aku sampai berkali kali memastikan bahwa dia benar benar orang yang sama."

"Dia bukan Jiminku kan?" Potong Jungkook. Gelengan Seokjin mematahkan hati Jungkook.

"Dia memang Park Jimin. Jimin-mu yang kau cari."

Jungkook menjatuhkan diri pada sandaran kursi. Tangannya memegang erat pinggiran meja. Perasaannya campur aduk. Dia senang tapi juga bingung dan sedih.

"Ini beberapa foto serta data diri Jimin yang berhasil ku dapat. Dia benar benar misterius hingga aku hanya mampu mendapatkan itu." Seokjin menyerahkan sebuah amplop coklat yang sejak tadi di bawanya. Jungkook langsung membuka amplop itu. Menumpahkan semua isinya di atas meja dengan kasar dan mengambil beberapa foto. Air matanya mengalir seketika. Jimin-nya benar benar terlihat berbeda.

Tubuhnya terlihat semakin kurus. Pipinya tirus dan sorot matanya terlihat tajam. Ekspresinya sangat dingin dan kaku. Seolah olah tak ada perasaan di sana. Surai hitam yang dulu terlihat agak panjang, berubah menjadi abu abu dan pendek. Telinganya penuh dengan tindikan.

Tak terlihat kesan lembut sedikitpun pada sosoknya.

Perhatiannya terhenti pada sebuah foto. Di sana, terlihat Jimin tengah menggendong seorang anak laki laki. Ekspresinya terlihat sangat lembut. Sayang wajah anak laki laki itu tak terlihat karena membelakangi kamera. Ia mencari foto lain saat Jimin bersama anak itu. Ia penasaran, siapa yang berhasil mengembalikan Jimin pada sosoknya yang dulu.

Jungkook mendapatkannya. Dan ia semakin terkejut.

Anak itu adalah Kim Minju. Keponakannya. Anak semata wayang Kim Taehyung.

'Sayang, apa yang terjadi padamu? Sesakit itukah deritamu? Kenapa kau bisa bersama Minju? Taehyung, apa yang kau sembunyikan dariku? Apa yang lakukan dengan Jiminku? Lihat saja. Aku akan segera mengambil milikku. Dan kupastikan kau mendapat balasan atas perbuatanmu, adikku.'

tbc

Buntelancimol's note:
Maaf, tapi untuk beberapa cast tidak akan saya buat menjadi gay disini. Saya mencoba mengambil latar keadaan saat ini. Dimana lgbt masih sangat tabu di masyarakat. Mungkin mengecewakan. Tapi saya pastikan bahwa yang benar benar gay di sini adalah Taehyung dan Yoongi. Untuk cast lain masih ada kemungkinan untuk mereka menjadi straight. Tidak ada cast yang saya buat benar benar jahat, disini konflik yang terjadi hanya karena konflik batin masing masing tokoh. Bukan karena pihak luar. Terima kasih sudah mau membaca ff amatiran ini.

Maaf juga jika chapter ini kurang memuaskan. Disini saya mencoba melihat dari sudut pandang JK. Seperti resume di awal. Jk dan Jm adalah tokoh dengan ego yang tinggi. Jadi mungkin kedepannya kalian akan melihat tokoh Jk yang benar benar berbeda dengan Jk di awal awal chapter.

Happy reading

The DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang