"Tak pernah kah kau berpikir untuk mencarikan Minju sosok ibu baru?"
Pertanyaan Jimin sukses membuat Taehyung tersedak hebat. Mereka tengah menikmati secangkir kopi di sebuah kafe. Hanya berdua karena Minju tengah asyik dengan sang mommy. Mereka pun awalnya hanya membicarakan hal hal ringan. Seputar kehidupan mereka di tempat kerja atau perkembangan Minju yang sempat terlewat oleh Taehyung karna kesibukannya.
"Kenapa kau tiba tiba bertanya seperti itu?" Jimin mengendikkan bahu. Jimin sebenarnya tau apa alasan Taehyung. Ia hanya ingin sahabatnya itu mau mengakui. Jika Jimin adalah sosok yang bebal, maka Taehyung itu sosok yang mudah terombang ambing. Jiwanya teramat labil. Mungkin ia terlihat tegas dan keras. Tapi jika sudah berurusan dengan perasaan ia akan kalah.
"Kau tau Ji, aku belum sanggup melepas noona sepenuhnya."
Tak sepenuhnya bohong. Jimin tau itu. Bertahun tahun kenal dan hidup bersama Taehyung membuat Jimin hafal tindak tanduk lelaki itu.
Sedang Taehyung sendiri terlihat sibuk memutar cangkir kopi di depannya. Ia gugup. Tau bahwa tak mudah membohongi Jimin.
Satu menit terlewat begitu saja. Satu menit yang terasa sangat menengangkan bagi Taehyung. Berbanding terbalik dengan Jimin yang terlihat santai.
"Ahra noona atau 'dia' yang tak bisa kau lepas sepenuhnya?" Taehyung kembali dikejutkan oleh pertanyaan Jimin. Entah Taehyung yang tak pandai berbohong atau Jimin yang terlalu lihai.
"Dia siapa?" Bodoh memang. Pura pura tak tahu saat semua sudah terlihat jelas. Taehyung hanya ingin mengelak. Ia belum siap menghadapi apa yang akan Jimin katakan selanjutnya. Bahkan menatap mata Jimin pun terasa sulit.
"Min Yoongi"
Taehyung tercekat. Seingatnya, belum pernah sekalipun ia menyebut nama itu di depan Jimin. Bahkan hingga sekarang, ia hanya berani menyebut nama itu di dalam hatinya.
Sayangnya Taehyung tak tau, berapa banyak yang Jimin ketahui.
"Kenapa dengan Min Yoongi?"
Jimin mendecih. Terlampau hafal dengan tabiat Taehyung yang satu ini. Memilih berpura pura bodoh jika ia mulai gugup.
"Apa masih perlu aku jelaskan? Tae, sudah saatnya kau jujur dengan perasaanmu sendiri. Sudah tak ada lagi yang bisa menghalangi kalian. Aku yakin Ahra noona akan lebih bahagia jika kau mau berjuang."
"Tapi Ji..."
"Sekarang kau tak lagi sendirian. Aku akan ikut berjuang bersamamu. Cukup sikap bodohku dimasa lalu menyulitkanmu. Aku tak ingin pengorbananmu sia sia. Kamu sudah banyak menderita selama ini. Sekarang sudah saatnya kita menghadapi kenyataan. Aku mohon Tae. Demi Minju, demi aku. Dan demi dirimu sendiri."
Taehyung terdiam. Bohong jika dia berkata dia tak setuju dengan ucapan Jimin. Hatinya memang masih tertinggal di tempat yang sama. Tapi dia ingat. Terlalu banyak luka yang telah di torehkan. Terlalu egois rasanya jika ia masih berharap.
Alasan terbesar kenapa ia meragu hanyalah rasa sesal. Ia tak siap hatinya kembali patah. Terlampau banyak rasa sakit dan masa sulit ia terima. Ditambah lagi keberadaan Minju yang tak mungkin ia lupakan.
Jimin tau apa yang menjadikan Taehyung ragu. Bertahun tahun hidup bersama membuat Jimin paham akan perasaan kedua sahabatnya. Ia menghela nafas. Inilah babak paling sulit dari ceritanya. Ia harus lebih berhati hati karna setelah ini ia sudah tak punya kendali apapun.
"Percayalah Tae. Ada saat dimana rindu mampu mengalahkan kecewa. Ada saatnya untuk kamu berdamai dengan masa lalu. Hadapi masa depan dengan lebih ringan. Kamu hanya perlu memaafkan dirimu dan semua akan baik baik saja. Karna aku yakin. Disana, ada hati yang tengah menunggu dalam rindu. Ada hati yang tengah turut berjuang. Kamu bisa Tae."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Day
FanfictionYoongi dan Taehyung yang harus kehilangan cinta pertama mereka. Jimin dan Jungkook yang tak bisa mengalahkan ego mereka. Saat semua menjadi semakin rumit, akankah ada hari baru untuk mereka melangkah lagi?