Sejak kecil, aku sudah terlampau sering dibandingkan dengan kakak perempuanku. Kami berbeda. Ia cantik, pintar, dan selalu membawa pulang piala setiap mengikuti olimpiade. Digadang gadang menjadi penerus orangtuaku sebagai seorang ilmuwan berbakat dari keluarga Jung.
Sedangkan aku? Hanya si anak bodoh yang terlalu sering mendapat nilai merah. Keluar masuk ruang konseling karena terlampau sering membuat onar.
Intinya, aku hanyalah anak sial.
Tak ada sedikitpun yang membuat orang tuaku bangga dari diriku. Aku tersisihkan di keluargaku sendiri. Hingga saat SMA, aku memutuskan keluar dari rumah. Merantau seorang diri ke Seoul demi meraih mimpi menjadi seorang penari. Mimpi yang dianggap omong kosong oleh keluargaku.
Hidup sendirian di kota besar bukanlah hal mudah. Terlebih aku tak pernah mendapat kucuran dana dari kedua orang tuaku karena aku memanglah kabur. Aku bahkan sangat yakin jika kini namaku sudah dicoret dari daftar ahli waris.
Pagi hingga siang aku sekolah, sedangkan sore hingga malam aku bekerja menjadi seorang pelayan di sebuah toko. Kebutuhan hidup yang makin lama terasa makin mencekik nyaris membuatku masuk ke dunia hitam yang terasa menggiurkan.
Hingga seorang teman dari kelas yang sama memergokiku. Menarikku menjauh sebelum aku sempat terjun.
Aku bersyukur hari itu dia datang dengan omelannya yang menyebalkan. Karena jika ia tak datang mungkin sekarang aku tengah menjadi seorang buronan atau justru sudah membusuk di penjara.
Namanya Kim Taehyung. Satu satunya putra kandung keluarga Kim yang desas desusnya akan memegang perusahaan utama milik keluarga Kim. Anak orang kaya. Yang awalnya kupikir ia sombong dan angkuh seperti kebanyakan calon pewaris tahta.
Nyatanya ia berbeda. Hidup sebagai seorang pewaris begitu berat. Beruntung kakak tirinya berbaik hati menanggung semua beban itu hingga dirinya siap kelak.
Pribadinya menyenangkan, terlalu banyak tersenyum yang kadang terasa menyebalkan. Namun anehnya bisa membuat orang ikut tersenyum melihat senyum konyol itu.
Ia mendengar semua keluh kesahku tanpa pandangan kasihan. Ia bahkan memujiku berkata bahwa aku orang hebat.
Sejak hari itu, Taehyung selalu mengikutiku. Bersikap seolah olah aku adalah seorang pahlawan. Memandangku dengan mata berbinar penuh kekaguman. Yang menjadikanku berhenti menyalahkan keadaan.
Aku bersyukur karena nyatanya hidup tak sesulit yang dibayangkan. Aku bekerja dengan lebih tekun demi membuktikan bahwa mimpiku bukanlah omong kosong belaka.
Tak lama kemudian, seorang pria pindah ke sekolahku. Masuk ke kelas yang sama denganku dan Taehyung.
Dia seorang pria tapi aku tak bisa menampik bahwa dia terlihat menggemaskan. Dengan sepasang mata sipit yang membentuk bulan sabit saat ia tersenyum, pipi gembil yang terlihat lucu juga bibir penuh yang senantiasa menyunggingkan senyum.
Namanya Park Jimin.
Auranya terasa seperti milik Taehyung. Hangat dan menyenangkan.
Kami bertiga menjadi akrab dalam waktu yang singkat. Kepribadian kami yang nyaris sama membuat kami tak merasa kesulitan untuk menjadi dekat.
Aku menyadari bahwa kedua sahabatku itu memiliki kisah cinta yang berbeda. Mereka tak jatuh cinta pada wanita seperti kebanyakan pria. Keduanya begitu tertutup dengan kisah cinta masing masing. Tapi jangan kira aku tak sadar. Keduanya sama sama bodoh dalam menyimpan rahasia.
Jimin menjalin hubungan dengan kakak tiri Taehyung. Sementara Taehyung sendiri, huh, dia masih diam. Tak punya keberanian untuk melangkah sedikit saja. Padahal si pujaan hati sudah makin dekat. Sudah tau juga bahwa si dia punya rasa yang sama. Tapi terlampau takut untuk mengungkapkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Day
FanfictionYoongi dan Taehyung yang harus kehilangan cinta pertama mereka. Jimin dan Jungkook yang tak bisa mengalahkan ego mereka. Saat semua menjadi semakin rumit, akankah ada hari baru untuk mereka melangkah lagi?