5 : : BACK

1.4K 140 4
                                    

Kau terlihat tenang, namun pada faktanya, kau tengah menanggung begitu banyak beban di dalam sana.

~One Gift for Alvan~

...

Jika ditanya apa yang ingin seorang Alvaranda katakan sekarang maka dengan tidak segan-segan dirinya akan mengatakan...

Welcome to the h*ll

Cowok berkemeja kotak-kotak abu itu menutup pintu mobilnya dengan kasar, tak ada satu orangpun yang tidak mendengar suara bantingan pintu itu. Alvan menyandang ranselnya, mulai berjalan menjauhi halaman parkiran. 

Sambil berjalan, ia mendongak sejenak memperhatikan hamparan langit biru, bukan bermaksud sombong atau apa, tapi ia hanya ingin menenangkan pikirannya, mencoba mengontrol emosinya ketika memasuki daerah terkutuk ini. 

Universitas tampak ramai, berbagai jenis manusia berjalan, berkumpul, bahkan ada yang tertawa cekikan bersama anggota kelompok yang disebut dengan pertemanan. Berusaha mungkin Alvan menggeleng pelan, mengalihkan pandangannya dari pemandangan yang tidak mengenakkan itu. 

Heran, sewaktu sekolah, banyak orang mengatakan sungguh menyenangkan menjalani kehidupan di kampus. Bisa mengenakan pakaian bebas, jadwal libur yang terkadang bisa di bilang cukup banyak, dan tidak begitu banyak aturan yang mengikat seperti sekolah. 

Tapi nyatanya? 

Diam-diam Alvan menghembus napas panjang, menyusuri koridor universitas seraya memandang sekelilingnya datar. Memang benar apa yang diasumsikan anak-anak sekolah. Pakaian bebas, banyak libur, dan tidak banyak aturan. 

Tapi percayalah, disaat keluar dari masa-masa sekolahlah seseorang akan mulai merasa kehidupan yang sesungguhnya, betapa anehnya sifat-sifat seseorang, dan nilai-nilai moral yang dulunya harus berpegang teguh kini dapat mulai goyah, mungkin parahnya lagi manusia akan cenderung dengan gampang melanggar nilai-nilai moral itu tanpa rasa bersalah. 

Membenarkan apa yang salah seolah-olah adalah hal yang wajar. Entah pikirannya yang terlalu polos sekarang, atau memang fakta dunia sekejam itu, Alvan tidak pernah tahu.  

"Uh..." 

Langkah Alvan terhenti seketika, sebelah alisnya terangkat tidak senang, mencoba memperhatikan makhluk yang baru saja menghentikan langkahnya. 

Ingat orang semalam? Yang berani berkenalan dengannya dan mengganggu ketenangannya? Jika ingat, itulah orang yang tengah berhadapan dengan dirinya sekarang. 

"Lo bisa minggir? Gue mau jalan," suruh Alvan datar.

Cewek yang baru saja keluar dari ruangan musik itu mengernyit, langkahnya tampak sedikit limbung akibat peralatan-peralatan musik yang berada di tangannya, ada bass drum, crash, hit hat dan cymbal stand. Ukuran perlatan musik itu dapat dikatakan sangat tinggi bila dibandingkan tubuh pendek cewek itu. 

Berusaha mungkin Via melihat orang di depan melalui celah-celah peralatan musik yang di bawah. "Ah!" teriak cewek itu lalu bergeser pelan-pelan untuk tidak menghalangi langkah Alvan. "Iya, maaf." 

Tanpa jawaban, Alvan langsung melangkah maju, kembali menyusuri koridor, tanpa melihat cewek itu. 

___

ATSFN SERIES : One Gift for AlvanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang