10 : : Like Children

1.2K 116 26
                                    

Bermain dengan anak-anak merupakan satu kegembiraan yang tiada tara. Tak dapat ternilai dengan hal apapun di masa-masa ini.

Ya, ketika bersama anak-anak entah kenapa rasanya begitu bahagia. Melihat senyuman mereka, tatapan, dan tawaannya seolah menjadi kebahagiaan tersendiri bagi ketiga sahabat itu sekarang.

Adam mendaratkan tubuh, duduk di bangku besi. Cowok itu tersenyum puas, seraya mengusap bulir-bulit keringat dengan punggung tangannya. "Gila, gue enggak nyangka kita bisa bawa mereka ke sini."

Nial yang tadinya sudah duduk di bangku itu hanya tersenyum menyeringai, ditatapnya kesepuluh anak-anak itu, serta Via yang berada di tengah-tengah mereka.

Time zone. Nial ingat, betapa keras kepalanya Via ingin mengajak anak-anak itu ke tempat bermain seperti ini, lumayan ramai, dengan arena permainan yang cukup menarik.

Mulai dari mandi bola sampai arena balapan virtual pun ada.

Entah berapa lama dirinya, Adam, dan Via menabung untuk memenuhi kenginan anak-anak ini. Jika para remaja seusia mereka biasanya menghabiskan waktu untuk hura-hura, belanja hanya untuk pamer belaka, maka Nial mengakui bersama Via dan Adam membuat dirinya berbeda.

Bersama mereka Nial dapat merasakan masa muda sekaligus belajar menjadi dewasa dalam waktu yang bersamaan, bersama mereka Nial dapat mengerti pentingnya arti tulus untuk menghargai sesama. Tentunya tanpa tuntutan dan nada miring yang dulu sering didengarnya.

"Sama," jawab Nial tersenyum sinis, memerhatikan sekeliling arena bermain.

Adam mendesis. Cowok itu mengerling ke arah samping sejenak, lalu ikut memerhatikan arena bermain. "Gue bisa gila beneran kalau ketemu orang hemat bicara lagi kayak lo."

Nial tersenyum sinis, dibalikkannya badan, kini memerhatikan luar arena bermain. Dari mall itu tampak cowok seusia dengannya tengah, dari kantong yang dipegangnya bisa diketahui cowok itu baru saja keluar dari toko buku. Dan seperti biasa...

Tatapan matanya tampak tidak peduli, seraya menyesap segelas minuman di tangannya sesuka hati. "Kayaknya lo bakal ketemu lagi orang kayak gue."

Adam mengernyit, lalu membalikkan badan. Kedua mata bundarnya memerhatikan objek yang baru saja dipandangan sahabatnya itu.

Seketika Adam menahan napas, tampak pasrah. Setengah mengasihani diri. Cowok yang dikenalnya, baik dirinya, Nial, dan terlebih lagi Via.

"Gue gila beneran."

🎁🎁🎁

"Kak Via! Kak Via!"

Suara teriakan anak-anak itu terdengar jelas di telinga Via dan sungguh terkadang Via kelimpungan dibuat anak-anak ini.

Adam dan Nial?

Lupakan, kedua cowok itu memang menyebalkan, bukan mau membantunya, malah seru-seruan duduk di sana.

Adam menjulurkan lidah, setengah mengejek Via.

Via berdecak, menjulurkan lidah membalas ejekan Adam. Sedangkan Nial? Ya, si kaku itu memang tak pernah mengejeknya paling-paling hanya bicara dengan kalimat dan senyuman sinisnya.

Namun tetap saja menyebalkan bukan?

Dan herannya, semenyebalkan apapun mereka, tak henti-hentinya Via ingin bersama kedua orang itu. Entahlah persahabatannya terlalu erat hingga layaknya keliarga, dan semuanya merasa terlindungi antar satu sama lain.

ATSFN SERIES : One Gift for AlvanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang