Setelah Dahyun mengetahui kalau Moonbin juga mengetahui tentang keadaan Wooseok, ia berniat mengajak Moonbin bercerita tentang Wooseok. Entah kenapa, ia begitu keukeuh, ingin membatu pria jantung itu terbebas dari jeratan obat terlarang.
Pulang sekolah kali ini, Dahyun minta izin kepada ketiga saudaranya untuk memperbolehkannya pulang bersama Moonbin. Kebetulan Moonbin sedang free pulang sekolah nanti, makanya Dahyun memanfaatkan waktu itu. Beruntungnya, ketiga saudara laki-lakinya itu mengizinkannya, mereka sedang ada urusan setelah pulang sekolah.
"Tumben ngajak kesini dulu, Day?" tanya Moonbin sambil mendudukkan dirinya di bangku taman dekat rumah Dahyun.
"Mau curhat gue," Dahyun juga ikut duduk di samping Moonbin.
"Tentang?"
"Wooseok."
Moonbin menoleh ke arah Dahyun. "Lo suka sama dia? Akhir-akhir ini, dia kan ngisengin lo mulu.
Dahyun menggeleng. "Bukan itu, Bin. Gue tuhㅡapa ya, peduli mungkin."
"Peduli? Atas dasar apa lo bisa peduli sama dia? Setau gue, lo sama dia ngga sedeket itu untuk sekedar peduli."
"Memang ngga sedeket itu, awalnya. Tapi, sekarang, gue ngerasa peduli tanpa harus sedekat itu sama dia, Bin."
Moonbin mengalihkan pandangannya dan menatap kelangit "Peduli tandanya sayang, Day. Gue rasa, lo punya perasaan sama dia, walau sedikit."
"Ngga, Bin, bukan gitu. Duh, gimana ya bilangnya," Dahyun bingung mengungkapkan keresahannya pada Moonbin.
"Pelan-pelan aja, nanti cerita lo bakal ngalir, kok. Dimulai dari hal yang ngga terlalu sulit lo ungkapin aja, Day."
"Bin, lo tau Ucok pemakai, kan?"
Terkejut, lantas Moonbin kembali menghadap Dahyun. "Pemakai gimana?"
"Anu, Bin, ngga usah bohong, gue udah dikasih tau sama Ucoknya langsung, kok."
Moonbin menghela napas. "Iya. Lo tau dari mana? Maksud gue, kok, bisa Ucok cerita ke lo hal penting yang selama ini dia tutup rapet. Kaya yang gue bilang diawal, lo sama dia kan ngga sedeket itu. Apa kalian punya hubungan yang sespesial itu di belakang kita?"
"Ya, Allah, Bin, serius, gue sama dia ngga ada hubungan apa-apa. Dia mau cerita mungkin karena gue paksa mulu kali. Danㅡgue tau dia pemakai waktu gue mergokkin dia di belakangan sekolah."
Untuk saat ini, Moonbin memilih untuk pura-pura percaya dengan Dahyun. Padahal, nyatanya ia tak percaya, Wooseok tak semudah itu untuk berbagi kisah hidupnya dengan sembarang orang. Kepada orang dekatnya sekali pun ia masih tak terlalu terbuka, walau sudah dibujuk seperti apa pun. Moonbin akan memperhatikan gerak-gerik keduanya untuk mendapat jawaban atas kecurigaannya.
"Gue mau dia berubah, Bin," ujar Dahyun.
"Ngga semudah itu. Simplenya, gini, kalo emang dia mau berubah, dia udah ngelakuin itu dari dulu, Day."
"Iya, gue tau, tau banget malah. Tapi, gue mau coba bantu dia, mungkin kalo ada yang terus nyemangatin dia buat berubah, ada kemungkinan dia bakal berusaha berubah, kan?"
Moonbin berdiri lalu mengambil batu kecil kemudian melemparnya ke kolam yang ada didepan mereka. Entah dorongan dari mana, Dahyun mengikuti apa yang Moonbin lakukan.
Moobin menghentikan kegiatannya. "Gini, gue seneng banget kalo emang lo sebaik itu mau bantu dia. Gue ngga ngelarang, gue bakal dukung lo juga. Tapi, lawan lo sekarang itu ada dua, Day, selain Ucok sendiri, ada setan yang cukup andil dalam masalah ini. Mereka ngga bakal ngebiarin para pengguna obat sialan itu untuk lepas dari jeratannya. Berat, Day, gue takut lo nyerah ditengah jalan."
"Insyallah ngga, Bin. gue punya tekat bulet untuk hal ini. Sebelum dia lepas, gue akan terus berusaha, sampai kapan pun itu. Ngga janji, tapi gue usahain."
"Selain hal dua tadi, ada satu lagi yang buat para pengguna susah lepas dari obat-obat itu."
"Apa?" tanya Dahyun.
"Obat-obatan yang menurut kita bahaya itu, udah buat mereka nyaman. Jadi, sulit buat dia ninggalin zona nyamannya itu."
"Sebutlah itu zona nyamannya, zona nyaman yang justru merusak akal sama tubuhnya. Gue ngga mau, temen gue terlalu nyaman sama obat itu sampe dia ngga sadar kalo semakin hari, dia semakin rusak," Dahyun menghentikan aksi melempar batunya, kini ia menatap Moonbin.
"Dari cerita dia, gue nyimpulin, dia jadi pemakai untuk dia bisa lari dari masalah yang dia punya. Tapi, caranya salah, Bin, harusnya dia ngga melampiaskan seluruh masalahnya sama obat itu. Emang, gua akui, pas dia make, semua beban yang dia punya hilang, itu pasti. Tapi, begitu efeknya ilang? Semua masalahnya balik lagi, Bin. Malah parahnya lagi, otak sama tubuh dia jadi ngga 100% fit. Fatalnya, bisa aja dia malah ada keinginan bunuh diri."
'Walau emang dia ada keinginan kesana, waktu itu' batin Dahyun.
Moonbin ngangguk dan tersenyum ke Dahyun. "Yap, itu bener, bener banget. Tapi, itu pikiran orang normal. Sedangkan mereka, mereka sih ada pikiran kesana, tapi ya gitu, mereka ngga begitu aja bisa bebas dari zona nyaman mereka."
"Kalo emang lo masih keukeuh buat bantu dia, gue cuma mau ngasih saran buat lo, lo ngga boleh maksa atau pun neken dia. Parahnya, lo suruh-suruh dia berhenti pake cara keras. Itu salah, salah besar. Orang kaya gitu kalo dikerasin malah semakin jadi, lembut aja batu."
"Satu-satunya cara, lo harus perlahan dan melewati pendekatan batin, Day. Tapi, gue yakin, itu bakal alot banget sih, kemungkinan terburuknya, lo sia-sia."
"Denger saran lo, gue agak pesimis, sih. Tapi, gue ngga nyerah, gue bakal ikutin saran lo dan bantu dia!" Moonbin tersenyum cerah, dalam hati ia berharap, semoga, Dahyun berhasil membantu Wooseok.
"Gue rasa lo bisa, Day. Ngeliat dari dia yang mau berbagi sama lo aja itu udah sangat luar biasa. Ya, lo tau lah, dia tertutup banget kan jadi orang."
"Iyakah? Alhamdulillah kalo gitu. Kalo gue berhasil buat dia berubah, gue bakal berterimakasih banget sama lo, Bin."
"Gue seneng sih, akhirnya ada orang yang mau bantu dia selain gue, Kino, Yuto. Jujur, kita udah cape nasehatin diaㅡsaran lagi nih, Day, nanti, disaat lo udah ada di titik jenuh nasehatin dia, lo dihadapin sama dua pilihan. Pertama, lo tetep biarin dia jadi pemakai tanpa berharap dia berubah. Kedua, lo harus terus bimbing dia buat ninggalin obat-obatan itu, jangan lo tinggalin dia, istilahnya kentang lah, yang ada, dia malah tambah parah nantinya lo tinggal gitu."
"Insyallah disaat gue sejenuh apa pun sama dia, gue bakal terus bantu dia. Gue mau dia terlepas sama zona nyaman dia yang sekarang, gue bakal terus rangkul dia dan ngga bakal ninggalin dia," ucap Dahyun semangat.
"Suka kan lo sama dia?" tanya Moonbin curiga.
Dahyun mengalihkan pandangannya dari moonbin. "Ngaco lo!" kemudian, kembali melempar batu ke kolam tadi.
"Kalo emang suka gapapa kali, Day," goda Moonbin lagi.
"Ngga usah rese, deh!" Dahyun menendang tulang kering Moonbin.
"Sakit anjing!" Moonbin meringis kesakitan sambil mengelus tulang kerungnya.
"Ngga peduli."
"Lo udah pernah nyuruh dia berenti, Day?" masih terus mengusap tulang keringnya, Moonbin bertanya.
"Udah. Tapi kata dia susah."
Mereka asik bercerita, sampai tak terasa waktu sudah sore hari saja. "Pulang, yuk, Bin," ajak Dahyun. "Btw, makasi lho, lo mau dengerin keluh kesah gue kali ini."
"Kuy. Sama-sama, semangat, Day, gue tau lo bakal bisa ngerubah dia, gue punya firasat baik tentang itu," Moonbin tersenyum penuh arti ke Dahyun.
Bebelit ngga sih?
KAMU SEDANG MEMBACA
Rempong ; Dahyun
RandomTidak pandai membuat deskripsi menarik untuk sebuah cerita. Kalau sekiranya kalian penasaran dengan buku saya, silakan baca saja. Tidak saya private, sengaja. Saya memang ingin cerita saya bisa dibaca banyak orang, tanpa harus mengikuti saya terlebi...