Kawan lama

763 118 20
                                    

Setelah di renungkan sekian lama, akhirnya aku mutusin buat lanjutin cerita ini. Aku ga mau bikin kalian kecewa, aku bakal berusah terus lanjutin cerita ini walaupun maaf banget kayanya bakal slow update nantinya. Terimakasih juga buat yang udah vote, komen, masukin cerita ini ke reading list kalian, kalian penyemangatku! Buat sider juga terimakasih ya kalian mau meramaikan ceritaku! ❤

Happy reading gaes!








Hari ini hari Minggu, tumben sekali Mingyu sudah bangun di jam yang masih menunjukkan pukul 7 pagi. Biasanya pria jangkung itu akan memanfaatkan waktu liburnya untuk tidur hingga siang atau bahkan sampai sore hari jika saja Donghyun tidak membangunkannya.

"Tumben udah bangun bang?" tanya Donghyun ketika ia melihat Mingyu sedang bersenandung sambil menyeduh secangkir teh hangat.

Mingyu menoleh ke arah Donghyun yang sedang berdiri di pintu dapur. "Sesekali bangun pagiㅡ" Mingyu melirik tangan Donghyun yang sedang menenteng sepatu. "Lo mau nyuci sepatu? Sekalian cuciin sepatu abang dong dek Donghyun yang ganteng," pinta Mingyu sambil nyengir.

"Punya tangankan bang?" Mingyu mengangguk. "Yaudah, lo cuci sendiri sepatu lo, gausah manja!" Donghyun pergi meninggalkan Mingyu.

"Yeu, belom aja gua kepret tu bocah!"

Mingyu mengarahkan kaki jenjangnya melangkah ke ruang tengah dengan membawa secangkir teh hangat. Teh hangat di Minggu pagi sangat pas untuk menemaninya bersantai, itu yang saat ini ada di pikirannya.

Baru saja ia ingin meletakkan bokongnya di sofa, tiba - tiba saja terdengar suara pintu rumah mereka seperti di ketuk oleh seseorang.

"Njir, siapa dah pagi - pagi gini udah betamu aja, mau numpang sarapan pasti."

Mingyu meletakkan tehnya di meja lalu dengan langkah malas berjalan menuju pintu berwarna coklat tua itu. Saat pintu terbuka, terpampanglah sosok pria yang tersenyum ramah padanya sambil menenteng sebuah kantung plastik berwarna hitam di tangan kirinya.

"Assalamuallaikum bang," sapanya ramah.

"Waalaikumsalam, eh lo, masuk sini."

Kini keduanya tengah berada di ruang tengah. Mingyu mengambil remot yang tergeletak di atas meja lalu menyalakan tv. Pria tadi melihat ke arah tv yang tengah memutarkan film kartun. Ia jadi teringat, dulu saat ia kecil ia sering sekali menonton film kartun di rumah ini bersama mereka.

"Masih suka kartun bang?"

Mingyu mengambil cangkir teh yang tadi ia letakkan di meja lalu meniup teh tersebut. "Kaga, ini tumben aja lagi pengen nonton ginian. Btw, mau teh ga lo? Kalo mau lo buat aja sendiri, masih ingetkan dapur dimana?"

Pria di sampingnya hanya menggeleng. "Lupa gua dapur di mana."

"Sok lupa lo."

Mata pria itu bergeriliya melihat sekeliling rumah Mingyu, tumben sekali rumah keluarga ini sepi. "Adek lo pada kemana bang? Tumben banget ini rumah sepi."

"Donghan lagi nginep di rumah temen seperampasannya, Donghyun lagi nyuci sepatu dibelakang, nah, kalo si Dahyunㅡ"

"Pasti belom bangun?" tebak pria itu.

Mingyu mengangguk. "Iye, gua juga heran dia jadi anak cewe ngapa males bener dah, Donghyun aja yang laki rajin. Curiga kayanya jiwa mereka ketuker."

"Iya juga siㅡeh, bunda juga mana bang? Biasanya kalo gua pagi - pagi ke sini ada bunda yang lagi nyiramin taneman."

"Semenjak si kembar masuk SMP, bunda sama ayah pindah tinggal di Bandung. Mereka tinggal di Bandung soalnya ayah pindah tugas kesana, sekalian juga sih biar bisa jagain nenek sama kakek gua yang juga pindah ke Bandung. Nenek minta pindah kesana, katanya udara di Jakarta kurang bagus buat mereka, polusinya banyak. Jadi kakek sama nenek gua mutusin buat tinggal disana."

Rempong ; DahyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang