Wooseok benar-benar mengawasi setiap pergerakan Dahyun. Dahyun jadi merasa begitu risih karena hal tersebut. Ingin protes, tapi tak berani. Ia benar-benar tak nyaman seperti ini. Bahkan, ketika biasanya ia bisa tertawa lepas, kini ingin tertawa saja rasanya sulit, tatapan Wooseok selalu berhasil membuatkan kembali menyembunyikan tawanya.
Dahyun melirik Wooseok yang berada dibangku pojok belakang, danㅡya, pria itu juga sedang melihat kearahnya. Tatapan mereka bertemu beberapa saat, kemudian Dahyun mengalihkan pandangannya pada ponselnya.
"Allahu, dia ngapain sih liatin gue mulu. Gue juga ngga bakalan cepu tentang kelakuan dia kali, takutan banget sih itu orang!" gerutu Dahyun seraya membuat pola-pola pada layar ponselnya.
Brakkk!
Pintu kelas terbuka dan menghantam dinding dengan begitu keras, membuat atensi seisi kelas mengarah kesana. Di ambang pintu, ada Xiao yang tengah berdiri dengan napas yang sedikit terengah-engah.
"RAZIA WOY RAZIAAAAA!"
Mendengar teriakan dari Xiao, seisi kelas menyimpan kembali rasa kesalnya pada pria itu; ulahnya membuat sebagian dari mereka jadi terkejut.
Kelas itu begitu riuh karena panik, mereka sibuk menyembunyikan barang-barang mereka. Seperti para siswi yang mulai menyelamatkan perlengkapan make up mereka, sedangkan para siswa sibuk menyembunyikan rokok dan mungkinㅡhal-hal lainnya.
Berbeda dengan teman-temannya, Dahyun hanya menatap santai pada seisi kelas, memang setiap razia Dahyun selalu santai karna gadis ini tidak pernah membawa make up atau hal-hal yang dilarang dari pihak sekolah.
Dahyun merasakan getaran pada ponsel yang saat ini ada digenggamannya, ternyata dia mendapat pesan dari Wooseok. Pria jangkung itu memintaㅡlebih tepat menyuruhnya agar menghampiri lelaki itu di meja belakang.
Sedikut bingung, tapi melihat Wooseok yang terus mengirim pesan padanya lebih dari 5 kali, membuat gadis itu menurut dan menghampiri Wooseok.
"Apa?" tanya Dahyun setelah sampai di tempat Wooseok.
"Bantu gua."
Dahyun menaikan satu alisnya. "Bantu? Bantu apa? Kenapa harus gue? Kan temen lo banyak."
"Gua maunya elu."
Dasar pemaksa! Dahyun hanya mampu berteriak seperti itu dalam hatinya. Sekedar pemberitahuan, Wooseok jadi sering memaksa Dahyun ini-itu, setelah kejadian tersebut. Awalnya, Dahyun merasa tak masalah, tetapi, beberapa hari ini, Dahyun kesal karena selalu diperintah.
"Ck, apa lagi sekarang?"
Wooseok melihat ke seisi kelas, ternyata teman-temannya masih sibuk menyembunyikan barang-barang mereka. Dirasa sudah aman, Wooseok pun merogoh sakunya lalu mengeluarkan sesuatu, kemudian menyerahkan benda itu pada Dahyun.
Dahyun menatap tak percaya kepada benda yang Wooseok serahkan itu. Mungkin untuk hal lain Dahyun akan setuju, tapi untuk benda itu, tidak, Dahyun tak mau ambil resiko, ini sudah terlalu bahaya.
"LO GIㅡ" Wooseok segera membekap mulut Dahyun, bahaya jika seisi kelas mendengar ocehan Dahyun.
"Diem bego!"
"Lagian lo gila! Ngasih gue kaya gituan!" cerca Dahyun begitu Wooseok telah melepaskan bekapannya.
"Simpenin," bisik Wooseok sambil melirik seisi kelas.
"GAES, OSIS DIKIT LAGI SAMPE!" ingat Moonbin yang bertugas berjaga di depan pintu kelas.
"Buru simpenin!" Wooseok kembali menyodorkan benda itu pada Dahyun.
"Lo boleh deh nyuruh gue ini-itu, tapi untuk benda itu, sorry, Cok, gue ngga seberani itu. Resikonya gede."
"Ngga bakal ketauan elah, santai."
"Pala lu santai! Itu obat woy! Kalo gue ketauan, bisa dikeluarin dari sekolah, bodoh!"
"Ngga, ini aman kok tempat nyimpennya," ujar Wooseok santai.
"Mana ada yang aman, sih? Lagian, ya, kalo lo tau tempat aman, ya lo sendiri aja sih yang nyimpen, kenapa harus gue?!"
"Yakin gue yang nyimpen sendiri, nih?" dengan mantap, Dahyun mengangguk.
"Yaudah sini, lo nya deketan."
"Hah, kok deketan?"
"Iya lah, orang gua mau nyimpen disitu lo," Wooseok menunjuk ke arah dada Dahyun.
Dahyun menyilangkan tangan ke dadanya. "Gila lo!"
"Tadi lo yang nyuruh gua nyimpen sendiri, gimana si lu."
"Ya, m-maksud gue ngga di 'itu' gue juga njir!"
"HAMPIR DEKET WOY!" peringat Moonbin untuk yang kesekian kalinya.
"Buruan Day."
"Ngga mau!"
Karena merasa diburu oleh waktu, Wooseok pun menarik kerah baju Dahyun dan ingin memasuk obat itu sendiri ke dalam sana.
"Anjing! Anjing! Gua aja sini! Mesum banget sialan!" Dahyun menarik tangan Wooseok menjauh, lalu mengambil obat itu.
"Ngadep belakang! Awasin yang lain, jangan sampe ada yang ngintip gue! Lu juga jangan ngintip!"
Wooseok membalikan badannya dan memposisikan dirinya menutupi tubuh Dahyunㅡyang kini sudah menghadap ke arah tembokㅡagar kegiatan Dahyun tidak terlihat orang lain.
"Males amat gua ngintipin lu, punya lu aja tepos."
"Oh, gitu? Yaudah, lo simpen sendiri aja obat lo!" ancam Dahyun.
"Bercanda, baperan amat," Dahyun memutar bola matanya malas.
Beberapa menit kemudian, Dahyun sudah selesai memasukan obat milik Wooseok 'ke sana' dan menepuk bahu Wooseok untuk memberitahu pria itu bahwa ia telah selesai.
"Udah?" Dahyun mengangguk.
"Sini gua liat," Wooseok kembali menarik kerah baju Dahyun.
"Sianjing!" Dahyun memukul tangan Wooseok agar menjauh. Dahyun membenarkan seragamnya dan menatap jengkel Wooseok.
"Ini kalo ketauan gimana?" tanya Dahyun cemas.
"Tenang, ngga bakal ketauan. Kecuali kalo osis grepe-grepe lu, baru ketauan. Lagian, gua sering liat Pinky masukin liptint-nya kesitu pas razia," ucap Wooseok santai.
"Ngapain lo berdua?" tanya Kino yang baru kembali dari luar kelas.
Wooseok hanya menoleh ke arah Kino dan tak berniat menyahuti pertanyaan temannya itu. Sedangkan Dahyun, gadis itu sedikit panik, cukup terlihat di wajahnya.
"Minggir!" Dahyun yang masih panik mendorong Kino dan Wooseok begitu saja lalu pergi meninggalkan mereka berdua.
"Kenapa itu anak?" tanya Kino.
Wooseok mengangkat bahunya acuh. "Lo abis dari mana?" tanyanya sebagai pengalihan.
"Naro rokok," percakapan mereka terhenti karna kedatangan anggota osis ke kelas mereka.
Aku senank stray kids ot9 :')
KAMU SEDANG MEMBACA
Rempong ; Dahyun
RandomTidak pandai membuat deskripsi menarik untuk sebuah cerita. Kalau sekiranya kalian penasaran dengan buku saya, silakan baca saja. Tidak saya private, sengaja. Saya memang ingin cerita saya bisa dibaca banyak orang, tanpa harus mengikuti saya terlebi...