Penyesalan

948 182 19
                                    

Gadis bermarga Kim itu kini sedang merebahkan diri di atas kasur tercintanya. Sedari tadi, pikirannya terus saja tertuju pada Wooseok. Bukan karna Dahyun menyukai pria itu. Tidak. Tidak sama sekali. Ia hanya bingung, mengapa Wooseok bisa melakukan halㅡyang bisa dibilang bodoh seperti itu.

Ayolah, seluruh siswa di sekolah Dahyun pun sudah mengetahui bagaimana nakalnya seorang Jung Wooseok. Tapi, untuk memakai obatan seperti itu? Oh, tidak, Dahyun baru mengetahui hal tersebut.

"Arghhhh! Kenapa gue jadi mikirin dia, sih?" Dahyun menarik selimutnya hingga menutupi seluruh tubuhnya.

Dalam keadaan bingung, ia mengguling-gulingkan dirinya di atas kasur. Pikirannya terus tersita oleh Wooseok. Dahyun kesal dengan Wooseok sekarang, karena sudah berhasil menyita sebagian dari pikirannya.

Terdengar helaan napas panjang dari gadis itu, apa ia harus menceritakan hal ini kepada yang lain? Jika iya, pada siapa? Apa tak masalah menceritakan hal tersebut pada orang lain? Ya, Tuhan, ini sungguh mengganggu pikiran Dahyun.

"Tidur aja dah gue," Dahyun memilih tidur agar pikirannya tidak terus tertuju pada Wooseok.




***


"Anjir, gua kurang tidur nih gara-gara ngerjain sejarah," keluh Sinb seraya mendudukan dirinya di samping Dahyun.

"Salah sendiri, kemaren gue lagi nyontek sama Eunseo, lo malah sibuk gibahin anak sebelah bareng Pinky."

"Iya, abis parah juga sih anak sebelah, katanyaㅡ"

Bel tanda pelajaran pertama berhasil memotong ucapan Sinb yang Dahyun sendiri sudah tahu; anak kelas XII IPS 3 ada yang dikeluarkan karena ketahuan hamil.

Dahyun terlihat gusar, butiran-butiran keringat kecil telah membasahi dahinya. Raut wajah panik terlihat jelas ketika guru yang terkenal killer di sekolah ini meminta mereka mengumpulkan tugas yang kemarin telah diberikan.

Sebenarnya Dahyun panik bukan karena ia tak mengerjakan tugas tersebut, ia panik karena buku tugasnya tak ada di dalam tasnya. Padahal, seingatnya, kemarin, setelah menyalin tugas milik Eunseo, ia telah memasukkan buku tersebut ke dalam tasnya, kenapa sekarang bisa tak ada?

Satu-persatu murid di kelas ini maju dan meletakkan buku tugas mereka di meja guru. Sambil mereka mengumpulkan, indra penglihatan guru tersebut meneliti ke penjuru kelas, memastikan seluruh muridnya mengumpulkan tugasnya.

"Kenapa lo?" tanya Sinb yang baru kembali dari meja guru dan melihat muka Dahyun panik.

"Mampus, Bi, buku gua ngga ada!" seru Dahyun panik.

"Hah, serius lo?"

"Serius, Bi. Orang kemaren jelas-jelas udah gue masukkin tas kok."

"Kemaren pas di rumah, Donghan ada minjem buku lo ngga? Atau dia ngambil gitu aja dari tas lo? Biasanya itu anak kan begitu."

Dahyun menggeleng. "Ngga, Bi, Donghan minjem tugas Donghyun. Kemaren gue denger Donghyun ngomel-ngomel ke Donghan gara-gara nyontek tugas dia mulu."

"Coba cari lagi di tas lo, nyempil kali," Sinb ikut mengutak-atik tas milik Dahyun.

'Apa jatuh dibelakang sekolah, ya? Tapi, perasaan udah gua pungut semua deh, bukunya,' batin Dahyun.

"Ada berapa anak yang tidak masuk?" tanya sang guru, sambil menghitung jumlah buku di mejanya. Dahyun berdoa dalam hati, semoga Tuhan membiarkannya lolos dari guru killer tersebut kali ini.

"Masuk semua bu, kecuali Wooseok, mungkin dia telat lagi," jawab Eunseo, selaku sekretaris di kelas ini.

"Disini kurang 2 buku lagi, 1 buku sudah dipastikan milik Wooseok. Lalu, siapa diantara kalian yang belum mengumpulkan?"

Rempong ; DahyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang