- - -
Bintang telah datang menemani bulan agar cahayanya penuh menerangi langit malam. Menjatuhkan sinarnya pada bumi. Menemani seorang gadis yang terduduk di teras rumah bergaya tradisional itu dengan mata yang terus menatap langit bertabur bintang.
Deru langkah lembut terdengar dari arah belakang.
"Sayang, kau sedang melamunkan apa? Kau bisa sakit jika berdiam di luar rumah dengan cuaca yang mulai dingin." Suara lembut penuh perhatian menyapa telinga So eun.
Mu ran halmeoni, wanita paruh baya itu mendudukkan dirinya di samping menantu yang ia sayangi. Meskipun mereka baru beberapa jam kenal, Mu ran merasa dia sangat menyayangi gadis di sampingnya.
Mu ran, mengalihkan pandangan menatap objek yang sedari tadi ditatap oleh menantunya itu.
"Aku merindukan orangtuaku." Jawab So eun setelah beberapa detik terdiam.
"Itu wajar, sayang. Kau pasti sangat merindukannya. Apa lagi sekarang kau tinggal bersama Kim bum. Bersabarlah sayang, kau bisa mengunjunginya jika kau rindu." Ucap Mu ran memeluk So eun.
Kehangatan mengaliri hatinya, So eun merasa terharu dengan ucapan Mu ran. So eun, bisa merasakan ketulusan dalam setiap ucapan dari seorang nenek yang sedang mendekapnya itu.
"Orangtuaku, bukan orangtua yang selalu ada dan berdiam di rumah, halmeoni." Ucap So eun, seuaranya berubah menjadi lirih.
"dan aku memiliki trauma." Lanjut So eun.
"Trauma? Ceritalah padaku. Aku adalah nenekmu sekarang ini."
So eun, merasa ia sangat nyaman berbincang dan bercerita pada Mu ran. Ia berpikir mungkin ini saatnya untuk berbagi kisah. Apa salahnya? Nenek Mu ran adalah bagian dari keluarganya sekarang. Dan So eun menyayanginya.
So eun, akhirnya menceritakan bagaimana ia bisa mendapat trauma tersebut.
Mu ran meneteskan airmata, mendekap erat So eun dengan penuh rasa sayang.
"Kau tak perlu takut. Sekarang keluargamu bertambah dan diriku serta mereka akan melindungimu."
Betapa beruntungnya So eun memiliki orang-orang yang menyayanginya dan melindunginya. So eun menyadarinya dan ia sangat bersyukur. Entahlah So eun tak bisa menjawabnya. Karna itu memang benar.
Mereka menangis bersamaan lalu tersenyum menyalurkan rasa aman untuk masing-masing.
"halmeoni, kau yang terbaik." Ucap So eun mengacungkan kedua jempolnya pada sang nenek.
Akhirnya mereka terkekeh bersama.
"Tapi, bisakah nenek menyembunyikan rahasiaku ini dari Kim bum saem?"
"Baiklah. Sekarang masuklah ini sudah malam. Tidurlah yang nyenyak."
"Siap 86." Ucap So eun dengan secepat kilat mencium pipi sang nenek larru berlari memasuki rumah.
Mu ran tersenyum, terkekeh melihat tingkah laku So eun yang tadi baru saja mengis merindukan kedua orang tua. Tapi, begitu lenyap dengan cepat terhapus dengan senyuman riang yang terpancar dari wajahnya.
So eun memasuki kamarnya dengan wajah yang menyiratkan akan kebahagiaan yang tak bisa ditutupinya lagi. Karena kini dia bisa merasakan hangatnya memiliki keluarga yang selalu ada.
"Bodoh juga gila, kau tersenyum sendiri."
So eun, berhenti melangkah dan mendelik tajam pada Kim bum yang kembali membaca buku ditangannya dengan punggung yang bersandar pada dashboard.
KAMU SEDANG MEMBACA
"VÍNCULO NO VISTO"
FanfictionHanya sebuah kisah dua insan yang dijodohkan orangtua mereka, membuat ikatan tak terlihat, mengikat mereka secara perlahan. Mengikat sesuatu yang tak kasat mata didalam jiwa, yang tak seharusnya mereka sentuh satu sama lain. Membuatnya seakan tak bi...