Andin tengah berkumpul bersama teman-temannya Chaca dan Mita. Di sana juga ada Daffa. Namun ekspresi Daffa kali ini berbeda. Sepertinya ia sedang berada dalam mood yang kurang baik.
"Nanti gue sama Daffa mau jalan-jalan ke air terjun daerah-daerah sana," pamer Andin pelan pada sahabatnya.
"Oh iya, air terjun yang lagi ngetrend itu kan? Ih ... gue mau ikut din ...," rengek Chaca.
"Nggak bolehlah. Lagian emang lo mau Cha di jadiin obat nyamuk."
Daffa yang mendengarkan pembicaraan yang cukup membosankan baginya itu hanya terdiam malas.
Sebuah mobil honda jaz berwarna silver datang ke parkiran sekolah menarik perhatian hampir seluruh siswa, termasuk Daffa, dan Andin CS. Belum pernah ada yang membawa mobil seperti itu sebelumnya. Lantas siapakah orang yang ada di dalam sana?
Kening Daffa mengkerut memperhatikan mobil itu secara rinci.
"Kak Devon?" serunya.
Daffa segera melepaskan tangan Andin yang sudah sejak tadi terkait di tangannya.
"Daff kok dilepas sih?" Andin menggerutu.
Namun Daffa tak memperdulikannya dan memilih menghampiri mobil itu. Memang benar, Devonlah yang turun dari mobil itu.
"Kak, lo ngapain ke sini?" Daffa yang baru sampai di sana langsung bertanya pada kakaknya itu.
Namun sangat menakjubkan. Dua orang lain turun dari mobil mewah itu dari pintu depan dan belakang.
"Fathur? Jean?" Daffa keheranan, apa yang sebenarnya terjadi di sini?
Kali ini Jean kembali menjadi pusat perhatian dengan tatapan orang-orang yang terlihat menjijikan baginya. Ada yang menatap sinis, ada yang menatap curiga, dan tatapan aneh lainnnya.
Ia tak terbiasa dengan tatapan itu. Karna sebelumnya ia hanya melihat tatap orang yang sedikit ketakutan jika melihatnya. Jean hanya terdiam sedikit menunduk.
"Kak, lo kok bisa sama Jean?"
"Tadi pas mau berangkat, gue kan lewat rumahnya, nah gue liat mobil dia nggak nyala. Makanya gue ajak bareng." Daffa hanya ber-oh ria mendengar cerita kakaknya itu. Pikirannya masih menerawang sesuatu. Ada yang aneh menurutnya.
Selesai menurunkan koper milik Jean di bagasinya. Devon segera masuk ke mobil lagi tanpa pamit. Daffa semakin mengkerutkan keningnya.
"Bentar, bukannya rumah Jean itu deket kak Gia ya? Berarti kak Devon nggak mungkin ngelewatin rumah Jean. Tadi juga dia bilang nggak bisa nganterin gue karna ada meeting di Bandung. Masa nganterin Jean bisa? Wah ada yang nggak beres nih," gumamnya pada diri sendiri.
Daffa baru menyadari mobil Devon telah melaju meninggalkan parkiran itu.
"Arghh sial," umpatnya.
Kemudian Daffa melihat Jean meninggalkan tempat itu dan hendak menyusulnya. Namun lengannya tertahan oleh tangan Fathur.
"Lo inget perjanjian kemarin kan bro," ucapnya sembari tersenyum licik.
Suasana antara Daffa dan Fathur semakin menegang. Mereka saling menatap tajam. Lalu Daffa menepis tangan Fathur yang memegangi lengannya dan pergi.
***
Semua murid sudah berada di dalam Bus yang akan segera melaju. Daffa terlihat duduk di kursi panjang paling belakang bersama Andin, Chaca, dan Mita. Di depan Daffa terdapat Rayhan dan Nico. Sedangkan Jean, ia duduk bersama Fathur di bus lain.
Semua murid bersorak ceria begitu mobil melaju. Banyak hal yang di lakukan sepanjang perjalanan, bernyanyi, makan snack dan sebagainya. Tidak halnya dengan Daffa yang hanya terdiam menatap ke luar jendela.

KAMU SEDANG MEMBACA
Thantophobia
Ficção AdolescenteThantophobia (n.) the phobia of losing someone you love. [Cover by @whistleeu_] [Sedang proses revisi part 2] Kisah seorang gadis yang jarang bicara karna sebuah luka dimasa lalunya-Jeane. Dan seorang laki - laki yang baru saja masuk ke sekolah baru...