13

1.8K 129 7
                                    


"Evan?"

"Apa kabar mu mil?"

Mila segera bangkit dari kursinya.

Bayangan beberapa bulan yang lalu berkelebat di otak nya.

Evan berjalan.

Duduk di bangku hadapan mila.

"Aku boleh kan duduk disini?"

"Maaf aku harus pergi."

"Mil...." evan menahan tangan mila.

Mil menoleh.

"Maaf.. Aku tidak punya waktu, kumohon mengertilah," mila menyentak tangan evan yang menggenggam lengannya.

Evan ikut bangkit dari tempat duduknya.

Berdiri tepat di depan badan mila.

Suara waiter membuat keduanya menoleh.

"Pak.. Bu.. Pesanan nya datang dan ini nota tagihan nya."

Bola mata mila bergerak gelisah.

Sial! . Dia lupa kalau suaminya memesankan makanan.

Otak cantik nya terus berfikir.

"Iya mba,"

Mila membuka tas dan dompet nya dengan tergesa.

"Berapa jumlah nya?"

"Silahkan ke kasir."

Hingga suara bariton seseorang membuat mila menghela nafas lega.

"Ada apa kau berdiri baby?"

Kevin berjalan melewati evan.

Mila langsung memeluk kevin.

"Kita duduk ya, kau rindu padaku makanya mau nyusulin?" titah kevin.

"Enggak."

"La terus?"

Mata mila melirik pada evan. Mengisyaratkan kalo semua ini karna dia takut evan.

Kevin mengikuti arah pandang mila.

"Kau?" rahang kevin mengeras.

"Itu evan?" tanya kevin pura2 tidak tahu.

Mila mengangguk.

"Kenapa lo kesini?" tanya kevin dingin.

"Gue cuma mau minta maaf sama istri lo tentang kejadian malem itu."

"Gaperlu. Masih ada keperluan lain?"

"Santai bro. Kita bisa berteman kan?"

"Apa lo kata? setelah apa yang lo lakuin sama istri gue. dengan santai nya lo ngajak kita menjalin pertemanan?" geram kevin.

Jika boleh jujur ia masih sangat marah pada evan tapi apa boleh buat.

Kita harus saling memaafkan bukan? karna bagaimana pun ini juga salah nya dan mila. Tidak sepenuh nya salah evan. Singa tidak akan mengamuk jika tidak dipancing.

"Apa itu salah?"

"Jelas itu salah bodoh. Lo lupa sama apa yang lo lakuin?"

"Gue inget kok. Makanya tadi gue minta maaf."

"Kalo el~" ucapan kevin terpotong.

"Vin. Es krim aku mana?" dengan suara menggemaskan satu ini.

Sungguh, mila tidak bisa menahan keinginan nya makan es krim yang dari tadi masih dalam genggaman kevin.

Kevin menghela nafas berat. Udah tau lagi marah- marah dengan santai nya minta es krim. 'Sabar vin, kalo dimarahim ntar nangis.'

Kevin tersenyum.

"Ini sayang. Kita makan sekalian ya."

"Sekarang mau lo apa?" tanya kevin dingin.

"Minta maaf sama kalian berdua. Kalian maafin gue kan?"

"Gue bener2 berubah. Gue pengen ngerubah diri gue biar lebih baik. Gue gak akan mengusik kebahagiaan kalian lagi. Gue janji!"

"Jujur gue masih marah banget sama lo. Tapi kalo gue lihat dari sorot mata lo menyiratkan akan penyesalan."

Kevin menarik nafas. Hendak melanjutkan ucapannya.

"Gue maafin lo!" lanjutnya.

"Tapi nggak sepenuhnya. Karna otak gue masih belum percaya sama lo." ucapnya lagi.

"Setidaknya kita bisa jadi temen kan?"

"Tapi dibatasi."

Evan memutar kedua bola matanya malas. "Astaga! Terserah lo deh. Eh kalian ga nawari gue makan bareng? makanan lo banyak tuh. Keburu dingin."

"Gak modal." cibir kevin.

"Terima kasih. Saya akan memakannya dengan senang hati." ucap evan.

Merekapun mulai makan siang bersama.

"Eh ngomong2 kalian gak pengen tau nih. Kok gue bisa slamet dari insiden kepala gue ditutuk sama mila?"



19Desember2017

Misunderstanding {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang