Selamat Membaca
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Mencintaimu dalam diam memang menyakitkan. Namun, itu adalah pilihan terakhir yang harus aku jalani.
_Valerie Grata Baxter_
◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆
Pagi ini Valerie berencana untuk sekedar hangout di mall bersama teman semasa kuliahnya dulu. Biasalah, anak muda temu kangen. Sekaligus untuk refreshing.
Valerie sudah siap dengan pakaian yang sangat simple untuk sehari-hari, celana jeans panjang serta atasan hitam model sabrina, yang membuat bahunya terekspose jelas. Untuk sepatu, Valerie menggunakan heels yang tidak terlalu tinggi dengan warna senada dengan baju yang dia kenakan saat ini. Rambutnya dia biarkan terurai bergelombang. Untuk sesaat Valerie kembali mematut penampilannya di cermin. Baiklah, setelah merasa sudah cukup. Valerie juga puas dengan penampilannya kali ini.
Velerie mengambil tas dan juga handphone miliknya, dan segera turun melewati tangga. Sesampainya di lantai 1 suara telepon rumah menginterupsinya, membuat dia segera menuju kesana untuk menganngkatnya.
"Assalamualikum...," sapaku Valerie kepada orang di seberang sana.
"Waalaikumsalam Valerie, ini daddy." Daddy? Astaga, Valerie menatap telepon ditangannya khawtir, suara daddy saya ketakutan sekaligus cemas membuat dia merasa tidak enak.
"Ya daddy, ada apa? Kenapa daddy terdengar panik sekali?" tanya Valerie tidak bisa membendung rasa penasarannya.
"Valerie datanglah ke rumah sakit keluarga, nak. Mommy koma." Valerie termenung sejenak, mengembalikan alam sadarnya. Tidak. Dengan terburu-buru dia segera pergi ke rumah sakit karena walau bagaimanapun Olivia sudah dia anggap layaknya ibu kandungnya sendiri.
Dengan tergesa-gesa Valerie mengambil kunci mobil dan segera ke rumah sakit. William. yah, Valerie teringat dengan William. Tanpa berpikir panjang dia segera menghubunginya.
Di sepanjang jalan dengan mengendarai mobil, Valerie tak henti-hentinya menghubungi William. Namun, nihil. hingga saat ini dia tidak mengangkatnya.
Brengsek. Valerie sesekali mengumpat. Apa yang sebenarnya dilakukan William sampai-sampai sangat sulit untuk mengangkat handphonenya. Valerie terus menggerutu pelan. Apa sebegitu tidak inginnya kah William mengangkat telepon darinya? Entah darimana pemikiran itu datang dan mengganggunya.
Tanpa terasa dia kini telah sampai di parkiran rumah sakit. Ahh, Bastard. I hate you. batin Valerie.
Tapi, tunggu. Valerie teringat akan sesuatu. Kenapa dia tidak terpikir untuk menghubungi perusahaan lelaki itu saja? Astaga. Mungkin karena terlalu kalut sehingga Valerie menjadi lupa, tanpa berpikir lagi Valerie pun segera menghubunginya.
"Selamat pagi, ada yang bisa kami bantu?" ujar seorang wanita di ujung sana.
"Iya, ini dari Mrs.Johnson. Tolong beritahukan pada Mr.Johnson bahwa ibunya koma. Terima kasih."
"Baik nyonya, akan saya sampaikan." Valerie langsung menutup telepon dan segera turun dari mobil.
Dengan tergesa-gesa dia turun dari mobil menuju reseptionis. Banyak sekali mata yang memandangnya memuja tapi dia tidak punya waktu untuk peduli. Lagipula dia sudah biasa dengan tatapan itu.
Setelah reseptionis memberitahukan ruangannya. Langsung saja aku menuju ruang rawat Olivia, sesampainya di sana. Dicdepan ruangan Olivia dirawat. Sudah ada Daddy dan banyak lagi orang lainnya, yang Valerie tahu adalah keluarga dekat William.
KAMU SEDANG MEMBACA
WILLIAM: Because Love Takes a Fight √ {#1 Johnson's Series} {COMPLETED}
Romance(Follow terlebih dahulu sebelum baca) Book 1 of Johnson's #2 Billionaire (18 Februari 2020) #11 Billionaire (21 Februari 2020) #10 Billionaire (23 Februari 2020) Aku akan usahakan untuk update 1 bab... Ketika cinta adalah sebuah perjuangan, maka tak...