BLTF || Bab 12

5.7K 244 5
                                    

Mohon maaf lahir batin guisssnyaa...

Selamat Membaca
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Kau, kau yang kucintai ibarat rumus logaritma yang sangat sulit dipecahkan dan juga membingungkan sehingga sulit untuk ku pahami dan mengerti.

_William Maxwell Johnson_

◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆

Sejak tadi William telah tiba diruangannya itu. Tapi, dia masih belum melakukan apapun. Bukan karena tidak ingin, hanya saat ini dia sedang tidak bisa fokus. Akal dan hatinya tidak sejalan. Bagaimana mungkin dia bisa melaksanakan pekerjaan jika pikirannya saja sedang tidak di tempat.

Dia terus memandangi dasi yang dia kenakan hari ini, dasi yang Valerie kenakan padanya, dasi yang William berikan padanya di pertemuan terakhir mereka semasa SMA.

William mulai bimbang, dia bingung,  dia bahkan tidak mengerti dengan Valerie. Dia mampu memutarbalikkan dunia lelaki itu secara terus menerus. Dia bisa membuat William mencintainya. Tapi, dia juga bisa membuat William berubah haluan menjadi membencinya.

Seperti saat ini, dia berhasil membuat William bingung bahkan sangat bingung dengannya. Soal dasi yang dikenakannya, dia saja yang telah memberikan bahkan sempat lupa pernah memberikan dasi ini. Jika saja Valerie tak memperlihatkannya tadi, William bisa menjamin tidak akan pernah mengingatnya.

Sebenarnya, jika ingin diperhatikan sekilas. Dasi ini, hanya biasa saja layaknya dasi pada umumnya. Namun, bukan itu yang menjadi perhatiannya, melainkan makna dari dasi ini sendiri.

Valerie, entah apa alasannya sampai wanita itu masih menyimpan tanda mata yang William berikan. Dasi ini mampu membuat William mengingat kejadian di hari itu. Hari terakhir dia bertemu dengan Valerie. Hari pelulusan SMA kala itu.

Flashback on

Hari ini adalah hari pelulusan di SMA William, artinya hari ini adalah hari terakhirnya berada di Indonesi karena kedua orangtuanya akan pindah ke New York yang menyebabkan William pun harus ikut pindah.

Di sini lah William sekarang, di sebuah danau yang memang sangat indah yang menjadi tempat favorit bagi wanitanya. Wanitanya? William hanya bisa tersenyum miris mengingatnya. Dia, dia yang sangat William cintai bahkan sampai saat ini masih tetap pada pendiriannya untuk menolak. Williampun tak tahu apa penyebabnya.

Baiklah lupakan itu, William seperti orang yang terkasihani rasanya. Kalian ingin tahu mengapa William berada di sini? Tentu saja karena aku menunggu Valerie. Dia ingin berpamitan padanya.

"Hai William maaf yah aku lama." Itu suara Valerie mengagetkan William.

"Oh Hai it's ok. Tidak masalah. Aku juga baru datang kok," jawab William santai dan mempersilahkan Valerie duduk disampingnya.

Setelah Valerie duduk, William langsung saja to the point dengan maksud meminta Valerie datang ke sini, "Valerie aku akan pergi."

Valerie menatap William serius, "Pergi. Where you want to go?".

William berbalik menatap Valerie sendu namun hanya sebentar, karena setelah itu William membuang tatapannya ke danau hadapannya, "New York," singkatnya.

Valerie kembali menatap William dalam, tatapan itu, tatapan yang sangat sulit untuk siapapun artikan, "Sure. Kau akan meninggalkanku?"

William berdiri di hadapan Valerie dan memegang pundak seraya menatap matanya, "Aku tidak akan meninggalkanmu, Valerie. Aku pergi untuk kembali. Percayalah."

"Apa maksudmu, William?"

"Yah, aku pergi untuk kembali. Suatu nanti aku akan datang mencarimu dan jangan pernah menghindariku lagi karena aku akan mengejarmu sampai kemanapun,"

"Aku akan menunggu janjimu, William," jawabnya menatap William dengan tatapan yang lagi-lagi sendu.

William melepaskannya dan mengambil sesuatu dari tasnya untuk diberikan pada Valerie, "Sebelum aku pergi. Aku ingin kau menyimpan dasi ini untukku. Aku mau, ketika kita bertemu, kau memakaikan dasi ini untukku." Yah William memberikannya sebuah dasi.

Valerie tersenyum dan mengambil dasi yang diberikan dan menyimpan di tas miliknya, "Aku juga punya sesuatu untukmu, simpam kalung ini yah. Dan pasangkan dileherku jika nanti tuhan mengijikan kita berjumpa."

William mengambilnya dan menyimpannya di saku baju miliknya. Belum sempat William berkata-kata, Valerie sudah berlari menjauh meninggalkannya sendiri.

William tidak ikut berlari mengejarnya, dia tetap berdiri di sina. Dia tahu Valerie butuh sendiri dan berpikir sama seperti William.

Aku janji, Valerie. Aku akan kembali dan menjemputmu. Ketika aku kembali, aku bahkan tidak akan peduli jika kau terus menolakku, batin William.

Flashback off

Kring...kring...kring...

Dering telepon membuyarkan lamunan William akan masa lalu. Dia mendesah berat menatap telepon kantor miliknya itu. Sebenarnya William malas untuk mengangkatnya tapi tetap saja dia harus melakukannya.

"Ada apa?" tanyanya dingin.

"Maaf tuan, nyonya muda meminta saya memberitahukan kepada anda bahwa Mrs. Johnson, ibu anda sedang terbaring koma di rumah sakit." Ujar sekretaris William menyampaikan informasi itu.

William diam mematung. Batinnya terus saja bertanya-tanya apa yang kini telah terjadi pada Olivia.

William segera mengakhiri telepon itu dan berlari menuju parkiran yang disediakan khusus untuknya di perusahaan ini. Sesampainya di sana dia melajukan mobilnya dengan ugal-ugalan. William bahkan tidak peduli dengan kendaraan lain yang terus mengklakson memprotes.

"Astaga mom, please. Tidak lagi. Tidak, tidak. Jangan sampai itu terjadi. Aku tidak akan pernah bisa membayangkan itu." William berujar lirih.

Dia ingat sekali, dulu ketika William masih duduk di bangku kuliah, Olivia sempat mengalami hal yang sama. Olivia mempunyai riwayat penyakit jantung yang sangat berbahaya, oleh karena itu William tidak ingin sampai Olivia kembali koma.

Kurang lebih 15 menit William akhirnya sampai di rumah sakit keluarganya. Johnson's hospital. Dia tidak lagi bertanya kepada perawat di rumah sakit ini karena Olivia memang mempunyai ruangan khusus yang pastinya mewah.

Dengan tergesa gesa William terus berjalan menuju ruangan yang dia cari. Tapi di tengah-tengah perjalanan, dia teringat akan sesuatu. Olivia mengidap penyakit jantung dan kini penyakit jantungn itu kambuh. Jika penyakit jantungnya kambuh, berarti ada orang yang membuatnya kambuh atau memancingnya. Tapi, siapa?

"Oh shit," William tidak akan mengampuni orang yang telah melakukan hal itu.

Sesampainya di depan ruangan, semua orang menatapnya. Namun, ada satu orang yang menatapnya sangat tajam. Tatapan itu terlihat sangat kesal seperti akan menerkam William. Oh double shit.

TBC.

◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆

Book of 2 and 3 dari BLTF sudah aku post yah, silahkan mampir ke lapak Queen Elysa dan Elden untuk lanjutan dari cerita ini.

◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆

WARNING!!!
PLAGIAT DILARANG MENDEKAT! HARAP MENJAUH!

◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆

Don't forget to follow my instagram: @nurfitrianipratiwi

WILLIAM: Because Love Takes a Fight √ {#1 Johnson's Series} {COMPLETED}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang