Selamat Membaca
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Jangan pernah mencintai jikalau kau belum mampu untuk mempercayai, karena dasar mencintai adalah mempercayai.
◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆
Usai berbincang dengan kedua orang tua William, Valerie berniat menenangkan diriku di taman belakang rumah ini. Dia membutuhkan ketenangan untuk bisa berpikir jernih, dan tidak mungkin dia kekamarnya karena di sana sidah pasti ada William.
Valerie duduk di salah satu bangku yang memang telah disediakan di sini. Matanya menyiratkan kehampaan dan kosong. Terkadang dia berpikir, mengapa dia selalu hidup dalam kekurangan? Dia pun pernah berpikir jika tuhan tidak pernah adil padaku. Secara materi, memang benar Valerie merasa cukup. Tapi apa gunanya materi tanpa kebahagiaan? Tidak jarang dia merasa iri dengan kehidupan rakyat biasa. Mereka hidup serba kekurangan, tapi mereka bahagia, karena orang-orang yang mereka sayangi berada di sekitarnya.
Sedangkan Valerie, dia memiliki segalanya. Ingat, segalanya kecuali kebahagiaan.
Kebahagiaan? Tuhan mungkin menutup kebahagiaan untuknya, bagaimana tidak? Bahkan sejak oranhtuanya masih bernyawapun dia tidak mendapatkan kebahagiaan dari kedua orangtuanya. Mereka jarang di rumah, mereka selalu mementingkan pekerjaan. Valerie sadar jika mereka seperti itu karena dia juga. Tapi, apakah tak ada sedikit waktupun untuknya dulu?
Di tengah pemikirannya itu, tiba-tiba ada yang memegang pundaknya dari arah belakang, "Hei."
Itu Angel, Valerie mengerutkan dari menatap wanita dihadapannya, apa yang dia lakukan di sini? Valerie yakin, ketika dia datang ke tempat ini, tempat ini masih kosong.
"Jangan melamun, nanti kau bisa kesambet," katanya yang tanpa Valerie sadari, Angel telah duduk disampingnya.
"Ah, Tidak. Aku hanya penasaran, kenapa kau ada di sini?" gelagap Valerie. Entah mengapa dia berfirasat buruk dengan kehadiran Angel saat ini.
"Aku baru pulang dari club," ujar Angel dengan santai membuat Valerie terkejut.
"What?"
"Biasa saja, Valerie."
"Baiklah," Valerie merasa tidak enak hati karena telah bereaksi berlebihan kepada Angel.
Setelah itu tidak ada lagi pembicaraan yang terjadi. Valerie terlalu larut dengan pemikirannya sendiri. Sedangkan Angel? Dia sibuk sendiri dengan telepon genggam ditangannya, entah apa yang dia lakukan.
Untuk beberapa saat terjadi keheningan diantara keduanya, sampai akhirnya Angel kembali angkat bicara, "Sudah aku bilang jangan melamun, Valerie. Ini aku bawakan coklat panas untukmu," ucapnya seraya menyodorkan cangkir yang berisi coklat hangat pada Valerie.
Valerie kembali dibuat kebingungan dengan situasi ini, darimana Angel membawa coklat ini? Setahunya tadi dia tidak membawa apa-apa saat duduk di samping Valerie.
"Kapan kau mengambilnya?" tanya Valerie heran.
"Sejak tadi aku mengambilnya , kau saja yang melamun terus sampai-sampai tidak menyadarinya," kata Angel santai.
"Tadi sebelum aku ke sini, aku melihatmu, dan berencana buat itu yah sekalian saja aku buatkan untukmu," lanjutnya.
Lagi. Entah kenapa Valerie merasa ragu dengan apa yang Angel katakan. Dia merasakan bahwa itu bukan kebenarannya, wanita itu berbohong. Tapi dia segera membuang pikiran negatifnya jauh-jauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
WILLIAM: Because Love Takes a Fight √ {#1 Johnson's Series} {COMPLETED}
Romance(Follow terlebih dahulu sebelum baca) Book 1 of Johnson's #2 Billionaire (18 Februari 2020) #11 Billionaire (21 Februari 2020) #10 Billionaire (23 Februari 2020) Aku akan usahakan untuk update 1 bab... Ketika cinta adalah sebuah perjuangan, maka tak...