BLTF || Bab 8

6K 269 10
                                    

Jam berapa kalian baca ini?
.
.
.
.
.
Selamat Membaca
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

William menambah volume suara desahan dari pengeras suara miliknya. Dia tahu bahkan sangat tahu jika Valerie saat ini ada di depan pintu kamarnya. Rumah ini memang difasilitasi dengan CCTV di hampir setiap sudut rumah.

Tapi tunggu? Apa yang dia lihat, Valerie seperti sedang, menangis? But, why? Dia yang memulainya bukan? Dia yang membuat William seperti ini. Dia yang membuat seorang William yang dulu mencintainya kini berubah menjadi sosok yang kejam tanpa adanya hati nurani.

William kembali mengingat mengapa seperti ini. Mengapa dia berubah dari sosok yang sangat peduli pada Valerie hingga sekarang, sosok yang akan menjelma menjadi sosok yang tak berhati nurani. Maybe?

Flashback on

Hari ini, bagi William adalah hari yang sangat membahagiakan. Bagaimana tidak, besok adalah hari pernikahannya dengan wanita yang selama ini dia inginkan. Wanita yang selama ini mampu membuatnya mengerti arti mencintai bahkan menyayangi, hanya dia yang William inginkan. Hanya dia yang William harapkan. Dia, dia wanita yang William sayangi setelah ibunya.

Kini dia berada di depan rumah wanitanya, kekasihnya, hidupnya, belahan jiwanya. Dia datang bertujuan untuk menunjukan cincin pernikahan pada Valerie.

William menatap kotak bludru biru yang berada ditangannya dengan penuh cinta sesekali dia menciumnya. William sudah tidak sabar lagi ingin melihat reaksi Valerie. Namun, baru saja dia sampai di depan pintu, sebuah obrolan yang berasal dari ruang tamu menginterupsinya.

"Kak, kau tahu? aku rasa dia sudah jatuh dalam permainan kita. Buktinya dia sangat mencintaimu, bukan?" Itu suara Marcel, yah William mengenalnya, bahkan sangat mengenalnya. Tapi apa yang mereka dia bicarakan. Jebakan? Tapi jebakan apa?

"Yah, I think so, kau tahu, bahkan aku bisa melihat dari tatapannya. Liat saja, aku akan membuat dia bahkan memohon pada kematian. Aku akan menghancurkan dia, sehancur-hancurnya. You can seeing later. It's so hard for me. But i think i must can do it. Believe me?"

Apa lagi ini, rencana? Tapi rencana apa? Siapa yang ingin Valerie hancurkan? Siapa yang mencintai Valerie? Apa itu aku? Apakah Valerie akan menghancurkanku? Tidak...tidak... aku tidak boleh salah paham padanya. Aku mencintainya. Aku harus percaya itu. Cinta butuh kepercayaan bukan? batin William.

"So? Apa rencana kita selanjutnya?" William masih mendengarkannya, dia juga penasaran dengan kejadian selanjutnya.

"Aku akan membuat dia semakin mencintaiku, setelah itu aku akan menghancurkan dia, ambil semua hartanya. And then, the last aku akan buang dia layaknya sampah___." Stop! Cukup sudah, William tidak ingin lagi mendengarnya. Dia yakin, DIA yang ada dalam pembicaraan kakak beradik itu.

Setelah itu William pergi meninggalkan rumah Valerie dengan perasaan hancur lebur tak berbentuk dam tak tersisa. Hatinya bagai tersayat belati yang sangat tajam. Bahkan karena ketajamannya membuat dia seperti hidup tak berarah. Kedengaran menjijikkan memang. But, what should i do? It's me

Flashback off

Suara lift membuyarkan lamunannya. Shit, bodoh kenapa dia harus mengingat lagi? Kejadian yang merubahnya menjadi 180 derajat lebih kejam dari biasanya.

WILLIAM: Because Love Takes a Fight √ {#1 Johnson's Series} {COMPLETED}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang