18. Peduli Teman (I)

285 67 41
                                    

"Makanan, nih, makanan," seru Kenta heboh saat petugas pengantar makanan sudah tiba di depan ruang sekretariat.

Mirae menghampiri petugas itu sambil menyerahkan uang patungan perlap dan acara sedangkan Minhyun dan Jaehwan membantu membawakan bungkusan makanan ke dalam. Yah, lumayan banyak berhubung ada 18 orang divisi acara ditambah 6 orang divisi perlap termasuk tak ketinggalan Dongho, si koor logistik.

Yap, betul sekali. Mereka baru menyelesaikan rapat koordinasi acara-perlap yang memakan waktu hampir tiga jam. Untung hari ini hari Jumat, jadi tidak masalah mereka memonopoli ruang sekretariat sebagai tempat rapat sampai malam begini. Seungyeon pikir sudah tidak ada panitia yang mau kembali ke sekretariat. Tapi ternyata begitu ia melapor di grup BPH kalau mereka sudah selesai, ruang sekretariat langsung dihampiri para panitia.

"Duh, wanginya enak banget," ujar Hwiseung yang baru masuk sekretariat sambil mengelus-elus perut dengan ekspresi lapar.

Joshua yang kasihan melihat tampang si koor Pubdok memberinya satu suapan jajangmyeon dan diterima Hwiseung dengan penuh terima kasih.

Minhyun sedang mengomel-omel karena tadi Seungcheol meninggalkan sampah, namun langsung bungkam setelah dipelototi Mirae lalu dibantu gadis itu membersihkan ruang sekretariat. Asal tahu saja, tiga tempat sampah berbeda warna yang ada di depan ruang sekretariat Kersos adalah ide Minhyun.

Seungyeon membuang sampahnya sendiri untuk mencegah Minhyun mengomel lagi dan ia bertemu dengan Sungwoon. Koor Humas itu terlihat kaget saat mereka tidak sengaja berpapasan seperti ini. Mungkin karena mereka sudah lama tidak berada dalam situasi yang hanya berdua. Bukannya Seungyeon bermaksud menghindar, tapi ia memang sengaja betul meminimalkan kontak dengan Sungwoon. Kalau tidak benar-benar butuh masalah jobdesc, mereka bahkan tidak saling berkomunikasi.

"Jangan kayak habis lihat hantu gitu, dong," protes Seungyeon saat melewati Sungwoon setelah selesai membuang sampah.

Sungwoon terkekeh membenarkan letak kacamata bulat di wajahnya. "Ya lagian malam-malam begini di lorong berambut panjang, 'kan, jadi mirip," guraunya.

Wah, kapan terakhir kali mereka saling lempar candaan seperti ini? Kalau Taehyun ada pasti dia megap-megap tidak percaya.

"Eh, tapi serius, aku kemari karena ada perlu sama kamu, Yeon," tambah Sungwoon lagi. Ia membiarkan Seungyeon yang lebih dulu masuk ke dalam sekretariat.

"Oh, masalah oprec peserta?" tanya Seungyeon.

Percakapan mereka terhenti sesaat karena beberapa staf acara pamit pulang pada sang kocar. Tak lupa diiringi ucapan 'jangan lupa istirahat' yang direspons dengan senyum-senyum tak jelas oleh duo J acara.

"Bukan," jawab Sungwoon mengikuti Seungyeon duduk di salah satu kursi. "Oprec lancar-lancar aja."

"Terus?"

"Masalah Sejeong nih."

Kening Seungyeon langsung berkerut. "Emang Sejeong kenapa?"

"Kamu masa nggak nyadar dia agak aneh belakangan ini?" Sungwoon malah balik bertanya.

"Tuh, 'kan!" Seungyeon berseru heboh. Refleks karena tidak menyangka ada yang merasakan keanehan yang sama dengannya. Ia sudah mencurigai hal ini sejak kemarin. Apalagi ditambah ucapan Seongwoo dan penyangkalan Sejeong. "Emang sampai ganggu kerjaan humas?"

Kalau sampai Sungwoon saja sadar berarti memang sudah parah.

"Kerjaan sih jalan terus, tapi belakangan dia sering minta tukar kalau harus ke FT," jelas Sungwoon mengingat-ingat. "Terus biasanya di grup humas sering heboh bareng Sungjae tapi belakangan jadi pendiam."

Melihat kecemasan di wajah Seungyeon, Sungwoon menambahkan. "Aku tahu mungkin ini ranah pribadi, makanya aku bicara langsung sama kamu sebagai teman dekat Sejeong. Sebelum dia makin menarik diri."

Ucapan Sungwoon ada benarnya. Berarti Seungyeon harus bergerak cepat. Mungkin ia harus minta bantuan Jonghyun dan geng para tetangga kali ini.

"Kamu nggak pulang?" tanya Sungwoon lagi mengingat sekretariat sudah semakin sepi.

"Iya, mau balik bareng Jonghyun. Dia lagi rapat bareng sama Nayoung, Chungha, Sira Sunbae dan Sungwoo Sunbae," jawab Seungyeon. "Hyelin mana?"

Sungwoon melirik jam tangan. "Masih rapat AIESEC di FEB. Ini mau aku jemput bentar lagi."

Bersamaan dengan itu, Jonghyun masuk ke ruang sekretariat. Kelihatannya rapat kecil tadi sudah selesai. Ia tidak terkejut melihat Sungwoon dan Seungyeon bicara berdua, tapi tidak terlihat senang juga. Jangan sampai ia ngambek lagi seperti beberapa hari lalu.

Kedatangan Jonghyun membuat Sungwoon langsung berdiri dan berpamitan untuk menjemput Hyelin.

"Ngobrolin apa?" tanya Jonghyun dengan mata masih mengekori Sungwoo sampai menghilang di balik pintu sekretariat.

Seungyeon mencubit lengan Jonghyun lalu menyeretnya keluar setelah berpamitan dengan yang lain. "Curigaan amat. Aku ceritain sambil pulang. Kamu parkir Taek di mana?"

〰〰〰

Saat Seungyeon menuruni tangga dari kamarnya di lantai dua, ia sedikit terkejut ketika menyadari ada tiga cowok di ruang tengah; adiknya—Seongwoo, Daniel dan Jonghyun. Mereka berkumpul di depan televisi yang layarnya menampilkan games.

"Wah, pagi-pagi udah ramai aja," komentar Seungyeon melewati mereka untuk mengambil minum ke dapur.

"Nuna mau ke mana?" tanya Seongwoo melihat Seungyeon sudah mandi dan rapi di akhir pekan begini.

Seungyeon mendudukkan diri di sofa tepat di belakang para cowok yang duduk bersila di karpet depan televisi. "Mau ke rumah Sejeong," jawabnya sambil meneguk segelas susu yang dituangnya dari karton di kulkas.

"Ah, kebetulan banget," kata Daniel menghentikan sementara permainannya dan berbalik menatap Seungyeon. Sungguh hal yang tidak biasa mengingat Daniel tidak pernah berhenti main game cuma karena ingin bicara. Ia bahkan menyerahkan stick PS pada Seongwoo yang kini bertanding melawan Jonghyun.

Alis Seungyeon terangkat. "Kebetulan apa?"

Daniel menghembuskan napas. "Nuna pasti udah tahu, 'kan, Sejeong Nuna kelihatan aneh belakangan ini? Lebih pendiam sama agak menarik diri?"

"Iya, terus sampai bikin kamu galau?" goda Seungyeon membuat cowok bermata sipit itu memerah wajahnya dan menggaruk tengkuk tak nyaman.

"Yaa gitu deh ..." Daniel tergagap terlihat merasa bersalah.

Kecurigaan Seungyeon terpancing. "Kang Daniel, kamu emang sama Sejeong habis ngapain, hah?! Ayo, ngaku!"

Setelah dipaksa barulah Daniel menceritakan semua hal yang terjadi belakangan ini. "Tapi ya itu intinya kalau Nuna mau ketemu Sejeong Nuna, tolong ditanyain aja kenapa," tambahnya jelas khawatir.

Seungyeon mengangguk masih merasa ada yang ganjil. "Tapi masa Sejeong begini karena ditembak sama kamu, Niel? Yakin nggak ada masalah lain?"

Daniel menggeleng. Terlihat benar-benar clueless.

Tepat saat itu, permainan PS berakhir dengan munculnya tulisan game over besar-besar di layar.

"Omong-omong, nanti malam kalian ikut, 'kan?" tanya Jonghyun yang kini menyerahkan stick PS kembali pada Daniel.

"Mau ke mana?" tanya Seungyeon bingung.

Seongwoo yang menyahut. "Nuna nggak baca info dari Jisung Hyung di grup? Baru-baru ini Junghyun Hyung balik dari LA terus ngajakin kita makan-makan."

Informasi itu membuat pemahaman langsung membanjiri otak Seungyeon.

Semua terasa klik sekarang.

-bersambung.-

An. I want to shift focus a bit to not just what happened inside the committee but also the outside factor that affected it.
Stay tuned.
-Ki.

The CommitteeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang