19. Peduli Teman (II)

293 58 57
                                    

Suara erangan sarat dengan kejengkelan terdengar saat Seungyeon menarik paksa selimut yang membungkus tubuh Sejeong. Sahabat sekaligus tetangganya itu menolak membuka mata dengan menangkupkan bantal di atas kepala. Seungyeon, sih, tidak peduli dan malah membuka gorden jendela lebar-lebar. Membiarkan sinar matahari membanjiri kamar Sejeong membuatnya tidak bisa tidur lagi.

"Yeon ... Ih! Ganggu," rengek Sejeong dengan suara teredam bantal.

"Rise and shine, Darling," balas Seungyeon dengan nada mengejek. "Udah siang. Mau tidur sampai kapan?"

Sejeong mengerang lagi. Masih menolak untuk bangun.

"Masa mau ketemu Junghyun Oppa mukanya beler gini?"

Berhasil! Kalimat itu serentak membuat Sejeong terduduk dengan muka bantal dan mata bengkak. Seungyeon tertawa melihat kondisi berantakan sahabatnya.

"Siapa bilang gue mau ikut makan-makan nanti malam?!" protes Sejeong terlalu keras untuk ukuran protes biasa.

Seungyeon terkekeh. "Siapa bilang Kim Sejeong udah move on dari Kim Junghyun?!" balasnya.

Wajah Sejeong langsung berubah masam. Ia menjerit sebal ke dalam bantal untuk meredam suara. Seungyeon menepuk pundak sahabatnya bersimpati.

"Gimana, Yeon? Gue pikir gue udah lupa sama semuanya. Tapi ternyata ..." Sejeong meringis dengan mata berkaca-kaca.

"Jangan nangis, ah. Matanya makin bengkak," tegur Seungyeon memeluk sahabatnya. "Nggak apa-apa kalau lo belum lupa sama Junghyun Oppa. Tapi jangan sampai menyiksa diri begini, Jeong."

Sejeong tidak menjawab, tapi semakin tersedu di pelukan Seungyeon. Gadis itu tahu bagaimana menderita sang sahabat saat tetangga mereka sekaligus orang yang ditaksir sahabatnya itu mendadak memutuskan bekerja di LA. Ia pikir Sejeong benar-benar sudah melupakan Junghyun karena ia terlihat dekat dengan Daniel. Tapi sepertinya ia salah.

"Ikut, yuk," kata Seungyeon saat melepas pelukannya dari Sejeong. "Lo nggak bakal sendiri. Ada gue sama yang lain di sana."

Sejeong cuma menatapnya skeptis.

"Orang-orang khawatir kalau lo begini terus, Jeong. Percaya nggak Sungwoon bahkan nyamperin gue cuma buat nanyain kondisi lo," cerita Seungyeon lagi membuat Sejeong terbelalak kaget. Yah, wajar sih. "Dan jangan lupa ada yang khawatir banget sama lo sampai ikutan galau."

"Siapa?" tanya Sejeong dengan suara serak.

"Daniel."

"Daniel?" ulang Sejeong mengigit bibir.

Seungyeon mengangguk. Yakin bahwa Sejeong memikirkan pernyataan Daniel padanya. "Iya, si Kang Choding yang biasanya hahahehe dan senyum 24/7 tadi minta tolong gue nanyain kondisi lo sampai mukanya kerut-kerut khawatir."

Sejeong tertawa. Ia pasti bisa membayangkan wajah khawatir Daniel yang terlihat lucu.

"Gue nggak tahu perasaan lo sama Daniel gimana, tapi kasihan dia kalau lo gantungin gara-gara Junghyun Oppa balik di momen yang enggak tepat. Coba bikin hati dan pikiran lo lebih terbuka tentang siapa yang lebih pantas buat lo sayang," ceramah Seungyeon panjang.

Padahal diam-diam dalam hati, ia terkaget-kaget sendiri bisa bicara sebijak itu di saat ia sama sekali tidak punya pengalaman mengenai hubungan asmara.

Sungguh ironi.

"Ya sudah, sekarang mandi dan dandan yang cantik biar Junghyun Oppa nyesal," kata Seungyeon lalu menarik Sejeong agar berdiri dan mendorong gadis itu ke kamar mandi.

Seungyeon sedang melihat-lihat majalah di atas meja belajar saat tiba-tiba Sejeong bertanya.

"Kalau gue nerima Daniel gimana?"

Senyum Seungyeon mengembang. "Ya kalau itu bikin lo bahagia, kenapa enggak?"

Sejeong mengangguk lagi dan kali ini benar-benar mandi.

Tanpa tahu bahwa ada hati yang patah karena satu dorongan kecil ini.

〰〰〰

Sepulang makan-makan yang ditraktir Junghyun Oppa, Seungyeon dan Jonghyun memutuskan berjalan kaki mengelilingi blok sambil mengemut es krim. Time to digest the food (tapi tetap makan dessert). Mereka terlalu kenyang makan dua puluh porsi Hanwoo bersama para geng tetangga lama, minus para Maknae Squad yang masih berada di asrama sekolah.

Seungyeon tidak kaget ketika Sejeong muncul di restoran bersama Daniel. Tangan mereka saling menggenggam dengan senyum malu-malu di wajah. Memancing kehebohan Jisung dan Seongwoo serta ucapan selamat tulus dari Junghyun. Ada ekspresi sendu di wajah Sejeong yang langsung hilang ketika Daniel memberinya senyuman. Jonghyun melempari Seungyeon pandangan ingin tahu yang dibalasnya dengan ekspresi sok rahasia. Dan di sinilah mereka sekarang.

Menuntaskan janji Seungyeon untuk bercerita.

"Tuh, kali ini aku nggak salah, 'kan?" tanyanya penuh harap pada Jonghyun. "I don't carelessly assume people's feeling, right?" tanyanya lagi menoel-noel lengan Jonghyun yang terbalut hoodie. Berharap mendapatkan pembenaran dari sahabatnya itu.

Jonghyun malah tertawa. "Aku bikin kamu segitu ngerasa bersalahnya, ya, Yeon?"

Seungyeon mencibir. That's understatement of the year. Sejujurnya Seungyeon agak khawatir ketika memutuskan untuk ikut campur masalah Sejeong. Ia masih trauma perihal playing cupid terhadap Jonghyun dan Nayoung tempo hari. Takut ia salah berasumsi lagi mengenai perasaan orang lain dan malah menyakiti mereka.Tapi Sejeong adalah sahabatnya dan ia tidak bisa pura-pura tidak peduli. Itulah sebabnya ia ingin pengakuan dari si PO Kersos.

"Maaf, ya," kata Jonghyun menyerahkan Coconut Delight ke dalam tangan Seungyeon.

Gadis itu mengerjap. Ia bahkan tidak lihat saat Jonghyun membeli susu kotak itu di supermarket saat mereka membeli es krim.

"Iya, udah aku maafin." Seungyeon menarik tangannya dan memasukkan susu pemberian Jonghyun itu ke kantong jaket.

Tapi, tangan Jonghyun menahan tangannya lagi.

"Apa?"

Jonghyun tersenyum. "Makasih. Udah mau jadi kocar. Udah capek-capek ngurusin 17 staf acara."

Aduh, kenapa Jonghyun tiba-tiba jadi cheesy begini sih?

"Nggak usah bilang makasih dulu," potong Seungyeon sadis melepaskan diri dari pegangan Jonghyun lagi. Sengaja benar merusak suasana. "Bilang makasihnya nanti aja kalau udah kelar eval."

Lalu ia meneruskan berjalan lebih dulu.

Jonghyun menyusulnya dan merangkul bahu kanan Seungyeon. "Kalau ada apa-apa cerita, ya, Yeon," tambahnya yang terdengar dekat sekali dengan telinga kiri gadis itu.

Seungyeon mendengus. "Yeeu, sorry, jangan harap aku bakal balas menawarkan diri buat dengar cerita kamu," ledeknya.

"Heh, kocar tuh harus mau mendengar cerita PO," balas Jonghyun memeletkan lidah.

Seungyeon melotot dan menyikut perut Jonghyun. "Dih, itu authority abuse namanya!"

Dan mereka terus berdebat sambil sesekali tertawa sepanjang perjalanan rumah sampai ponsel Seungyeon berbunyi.

Sebuah pesan yang membuat Jonghyun mengernyit melihat nama pengirimnya.

Ha Sungwoon
I guess Sejeong is back to herself now
Humas gc is so damn loud
08:42 PM

-bersambung.-

An. That's it. A glimpse answer of what happened in MoT.
Fyi, MoT have been unpublished. I'll revise some ending parts of MoT after long discussion to explore more of Johye's reactions and Daniel's reasons why he suddenly changed his mind.
-Ki.

The CommitteeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang