34. Menjelang Hari-H

216 43 39
                                    

D-4.

Ruang sekretariat berantakan. Ada kardus-kardus yang belum dibentuk, bahan untuk bingkisan yang belum dibungkus, spanduk, umbul-umbul dan banner sponsor, serta macam-macam barang lain. Saking berantakan bisa bikin pusing yang lihat. Oleh sebab itu, Sewoon—atas permintaan Kenta—sudah menempelkan kertas di depan pintu dengan huruf besar-besar bertuliskan: 'YANG TIDAK BERKEPENTINGAN MOHON JANGAN MASUK DULU."

"Kok kalimatnya nggak efektif gitu, Yang?" tanya Chaekyung menunjuk tulisan 'mohon jangan'.

"Kalau nulis 'dilarang masuk' kesannya jahat banget. Sekre 'kan ruang bersama. Jadi, ditulis 'mohon jangan' aja biar sesuai sama kesadaran sendiri," jelas Sewoon.

"Bisa, Woon, bisa."

Donghyun sok-sokan bertepuk tangan mengapresiasi. Padahal di balik punggung Sewoon berkata tanpa suara 'kenapa anak perlap nggak ada yang waras'. Lalu pinggangnya dicubit oleh Euna dan dilempar gulungan selotip oleh Kenta yang tersinggung.

Tidak ada yang suka packing saat kepanitiaan. Pekerjaan ini perlu ketelitian, tapi juga butuh orang banyak agar selesai cepat. Sungguh dilema. Seungyeon dan Kenta terpaksa membagi-bagi kelompok packing agar lebih mudah dengan diketuai oleh staf perlap. Tak lupa dibekali daftar yang sudah mereka susun dengan susah payah.

Hasil rakor berkali-kali.

Meja kursi yang biasa dipakai untuk rapat sudah ditumpuk di pinggir. Ruang sekretariat dibagi jadi empat sudut packing: pengobatan, pembangunan, penyuluhan dan barang-barang divisi lain. Sudut penyuluhan paling ramai. Ada Haein, Johnny, Dawon, Minra, Wonwoo, Chaeyoung, Bambam, dan Yoobin yang ikut membantu. Mereka sedang memasukkan camilan dan alat tulis ke dalam plastik, lalu diikat. Bingkisan untuk anak SD.

"Hitung coba udah berapa," kata Haein pada Johnny.

"Baru lima puluh."

"Aduh, masih 150 lagi," keluh Wonwoo, tapi tetap dilanjutkan.

Di sisi lain, pengobatan juga sama sibuknya. Satu kardus untuk alat sirkumsisi. Satu kardus diisi alat kesehatan seperti stetoskop, termometer dan sphygmomanometer (atau alat tensi). Kemudian membagi vitamin dari satu botol besar ke plastik kecil. Belum lagi menempelkan instruksi minum obat ke plastik masing-masing.

"Ya ampun!" Johye menepuk jidat.

"Kenapa?" Mirae sudah was-was ada yang kurang.

"Lupa ambil fotokopian status pasien, rujukan sama kertas resep," kata Johye panik, lalu segera berlari menuju pintu.

Seungcheol sudah mau mengikuti. "Sini aku temani ambilnya."

Tapi Minhyun menarik kerah si staf perlap dari belakang. Menahannya pergi. "Udah lo di sini aja. Biar Jaehyun yang temani Johye."

Jaehyun tidak perlu disuruh dua kali langsung menyusul Johye ke tempat fotokopian.

Beda lagi dengan pembangunan. Pipa dan alat berat lain tidak bisa ditaruh di sekretariat, jadi mereka pinjam gudang Pusgiwa. Yang ada di sekretariat cuma barang-barang kecil seperti lem, sarung tangan kerja, baju kerja, dan lain-lain. Packing pembangunan memang harus disegerakan karena alat-alatnya akan dibawa saat advanced.

"Yang pegang daftar lengkap alat dan bahan per kardus siapa?"

"Aku sama Seungyeon," Kenta menjawab pertanyaan Jonghyun.

"Ini Minki cari anak perlap buat taruh banner sama umbul-umbul sponsor," Jonghyun menunjuk Minki dan stafnya yang membawa banyak barang sponsor di tangan.

Kenta langsung sigap menyuruh Chaeyoung untuk mengurus barang sponsor dulu dan membuat tim penyuluhan mengeluh.

"Nona Mirae mau dibantu nggak?" celetuk Minki dari seberang ruangan malah menawari tim pengobatan. Padahal yang lebih butuh bantuan adalah tim penyuluhan.

The CommitteeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang