➖ Sebelum The Committee #3

173 25 11
                                    

Hari berangkat kersos, dua tahun yang lalu.

"Yeon?"

"Ya?"

Seungyeon gelagapan dan langsung menyimpan ponsel ke dalam kantong jaket yang dipakainya. Seongwoo yang menyetir dan duduk di depan bersama Jonghyun mencibir tak suka karena ia mengabaikan panggilan Jonghyun barusan. Mungkin Seongwoo masih sensi karena pagi-pagi sudah disuruh mengantar Jonghyun dan Seungyeon ke kampus. Seongwoo sekarang sudah tingkat satu kuliah di kampus yang sama namun fakultas yang berbeda dengan Seungyeon, jadi dia sudah mendapatkan SIM dan bisa menyetir mobil.

"Nuna belum bersihin telinga ya?" sindir Seongwoo sinis.

Sayang sekali kepalanya malah kena jitak Seungyeon dari belakang. "Heh! Sembarangan!"

"Adaw!" Seongwoo mengusap kepala dengan sebelah tangan. Untung kemampuan menyetirnya bagus. "Makanya kalau orang lagi ngajak ngomong tuh didengar! Malah sibuk sama HP!"

"Oh gitu ya cara bicaranya sama Nuna yang sudah menyelamatkan kamu dari kandidat calon pacar yang posesif," Seungyeon balas menyindir membuat Seongwoo jadi terkekeh.

Sejak adiknya masuk kuliah, Seungyeon jadi sering mendapat teror baik melalui pesan, aplikasi obrolan sampai akun media sosial. Isinya hampir semuanya sama: jauhi Seongwoo. Ya ampun, tidak tahu saja mereka kalau Seungyeon bisa sih adiknya sudah dijadikan hadiah giveaway. Lebih baik Seungyeon mengadopsi si kecil Woojin daripada Seongwoo yang overly protective.

Seungyeon mengangkat kedua tangan yang sudah kosong untuk menanggapi gerutuan Seongwoo. "Udah nggak pegang HP lagi tuh! Mau ngomong apa?"

"Jangan lupa pesan Eomma, kalau udah sampai kabari ke rumah," Seongwoo mengulang petuah ibu mereka. "Jangan jauh-jauh sama Jonghyun-hyung, nanti hilang nggak ada yang mau cari. Jangan lupa makan. Jaket? Jaslab? P3K? Charger? Udah dibawa semua 'kan?"

Tuh, 'kan ... overly protective.

"Iya, Seongwoo. Tenang aja. Perginya cuma seminggu kok, astaga!"

"Ya, tetap aja!" Seongwoo ngotot, lalu menoleh pada Jonghyun. "Pokoknya Hyung, jangan biarin Nuna dekat-dekat sama yang namanya Ha Sungwoon. Nuna kelamaan jomblo, jadi gampang baper padahal cuma di--ADAW! KOK AKU DIPUKUL LAGI?!"

"Mulut! Suka sembarangan ya!" geram Seungyeon yang sebenarnya gatal mau mencubit mulut Seongwoo. Tapi menimbang si adik sedang menyetir dan berisiko perjalanan tambahan menuju rumah sakit, niat mencubitnya terpaksa dibatalkan.

Jonghyun tertawa saja menonton dua kakak-beradik itu bertengkar. Sudah biasa. Setelah banyak janji dan meyakinkan bahwa Jonghyun benar-benar akan menjaga Seungyeon (termasuk dari ancaman modus Sungwoon), barulah Seongwoo berhenti mengoceh. Dia menurunkan mereka di lapangan parkir auditorium universitas yang dijadikan tempat berkumpul.

"Hati-hati, ya, Nuna dan Hyung. Jangan lupa-"

"Iya!" potong Seungyeon cepat sebelum Seongwoo mengulang ceramah untuk ke sekian kali. Ia memberi Seongwoo pelukan untuk terakhir kali sebelum mengambil barang-barang dan mengikuti Jonghyun mencari teman-teman peserta yang lain.

Sira-sunbae menyapa dan mereka berdua absen dulu ke Eunji-sunbae yang menjaga absensi. Mereka mencari bus yang ditumpangi setelah diberitahu nomor bus untuk loading barang bawaan. Syukurlah Seungyeon dan Jonghyun berada di bus yang sama. Kejutan! Ternyata semua peserta ditempatkan di bus yang sama.

"Yeon! Sini, Yeon!" panggil Namjoo yang menunjuk satu kursi kosong di sebelahnya. "Duduk sama aku ya?"

Seungyeon senang saja dan berterima kasih pada Namjoo yang sudah menyisakan satu kursi untuknya. Jonghyun duduk bersama Sungjae di sebelah kursi mereka soalnya Sungjae tidak bisa jauh dari Namjoo.

"Eh? Deketan ya kita?"

Sungwoon tersenyum lebar saat Seungyeon menoleh ke belakang. Ternyata dia duduk bersama Taehyun tepat di belakang Namjoo dan Seungyeon.

"Emang kalau jodoh nggak bakal ke mana," tambah Sungwoon lagi dengan dramatis.

Jodoh? Aduh!

"Jangan digodain, woy!" tukas Yuta yang duduk bersama Taeyong di belakang kursi Jonghyun dan Sungjae membuat Seungyeon ingin berterima kasih. "Anaknya baper entar tanggung jawab lo, Hasung."

Tidak jadi berterima kasih pada Yuta! Sebal!

Taeyong tertawa keras sementara Sungwoon cuma tersenyum simpul. Seungyeon diam saja sambil berusaha menenangkan detak jantungnya. Kadang ia sering digoda begitu oleh teman cowok yang lain, tapi reaksinya tidak pernah seperti ini. Biasa saja. Seungyeon tidak tahu Sungwoon serius atau bercanda, tapi saat ini ia berusaha keras menahan supaya tidak ada semburat merah di pipinya.

Bus mulai berangkat meninggalkan area kampus saat Seungyeon merasa ponselnya bergetar.

Ha Sungwoon
Kalau nanti rumahnya deketan juga
Berarti beneran jodoh

"Yeon?"

Dua kali. Seungyeon gelagapan menyimpan ponsel dan kaget menyadari tiba-tiba Jonghyun sudah duduk di sebelahnya.

"Loh? Namjoo?"

Jonghyun menunjuk dengan jempol ke kursi yang seharusnya dia duduki. "Minta tukar sebentar. Katanya mau ngobrol penting."

Seungyeon cuma membulatkan mulut dan mengangguk-angguk paham, lalu membuka ponsel lagi. Ia belum memutuskan akan membalas apa. Untungnya Jonghyun tidak bertanya siapa yang barusan mengiriminya pesan. Dia hanya menatap lurus ke depan dan berkata, "jangan lupa kabarin Seongwoo."

Ah, iya. Seungyeon sampai lupa pada adiknya.

Satu hal lagi yang tidak Seungyeon sadari hari itu bahwa pada akhirnya ia lupa membalas pesan Sungwoon karena ketiduran. Ia juga tidak sadar ketika terbangun dengan kepala bersandar di pundak Jonghyun saat mereka tiba di lokasi kersos bahwa Jonghyun tidak bertukar kursi lagi dengan Namjoo sepanjang perjalanan.

"Misi sukses ya?" Taeyong menepuk bahu Jonghyun saat mereka turun bus.

Jonghyun menggeleng dan mengangkat bahu sementara Seungyeon malah bingung.

"Misi apa sih?"







-bersambung.-

an. aku kangen ff ini gara2 liat foto TY sama JR di teel. kalian kangen juga ga? Ehehehe

 kalian kangen juga ga? Ehehehe

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 17, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The CommitteeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang