22. Defisit (I)

345 54 28
                                    

"Jadi, intinya semua udah settle berdasarkan hasil survei kemarin, tinggal nunggu masalah bayaran aja?" tanya Taehyun saat mereka berkumpul di sekretariat Kersos untuk RPH laporan paska survei.

Jonghyun mengangguk. "Ini survei terakhir kita soalnya habis ini ujian dan udah masuk puncak musim dingin. Jadi paling kita bisa ke Samga-ri lagi H-30."

Semua BPH dan SC terdiam.

"Dari semua tempat buat city tour yang dicobain kemarin enggak ada yang bisa kasih diskon?" Kali ini Sungwoo-sunbae yang bertanya.

Hari kedua survei kemarin memang dihabiskan dengan mencoba itinerary yang sudah dibuat oleh Jaehwan sebagai pilihan lokasi city tour.

Seungyeon menggeleng. "Peserta kita banyak dan tempat-tempat itu bukan punya pemerintah jadi ... ya gitu." Ia menoleh sekilas ke arah Chungha yang menghela napas dan Hwiseung yang menepuk-nepuk bahu gadis itu tapi justru malah balik dipelototi.

Setiap kali permasalahan dana dibahas, Seungyeon tahu Chungha (serta Jimin dan Hyelin) menjadi orang yang paling stres. Mereka sudah berusaha sebaik mungkin dengan menggiatkan danus dan menghubungi kontak-kontak sponsor, tapi kondisi finansial masih tidak kunjung membaik. Seungyeon bahkan yakin ia bisa merasakan aura Hyelin yang siap meledak kalau disinggung masalah dana usaha. Belum lagi mengingat proposal konser amal kemarin ditolak oleh SC.

Para panitia lain yang dimintai tolong seperti trio bergitar (aka Jaehwan, Donghyun dan Sewoon) atau dancer seperti Hoshi sebenarnya sudah setuju untuk membantu. Namun SC tidak setuju menambah beban kerja para panitia. Sejak saat itu setiap kali rapat, suasananya selalu tegang seperti ini.

Ponsel Jimin berbunyi membuat cowok itu menggumamkan maaf dan izin mengecek pesan sejenak. Wajahnya mendadak menjadi lebih cerah.

"Akhirnya! Kita dapat sponsor obat dari Kemenkes," seru Jimin senang.

"Obat?" tanya Sira-sunbae.

"Iya, semua yang ada di list yang dikasih Seungyeon kayak antibiotik, vitamin dan lain-lain," jelas Jimin bersemangat, kemudian agak lebih kalem. "Mereka nggak bisa kasih dana sih."

Chungha menandai list dana untuk pengobatan dengan puas. "Lumayan setidaknya mengurangi beban."

Daripada itu Seungyeon lebih tertarik dengan alasan kenapa Kemenkes tiba-tiba menjawab proposal mereka. Panitia sponsorship sudah hampir dua minggu dianggurkan tanpa kabar, lalu tiba-tiba mereka berubah menjadi murah hati begini.

"Yang ngurus MoU siapa? Barang-barangnya bisa diambil kapan?" tanya Jonghyun.

"Diurus Seongwoo. Nanti sekalian ditemani Seungcheol sama Yuto buat ambil dan data barang-barang sponsornya," jelas Jimin lagi sebelum menyimpan ponselnya.

Seungyeon semakin curiga mendengar nama Seongwoo disebut, tapi ia diam saja sepanjang rapat berlangsung.

Ketika rapat selesai dan yang tersisa di sekeliling meja rapat hanya Jonghyun, Taehyun, Nayoung, Chungha, Jimin dan dirinya barulah ia menanyakan kecurigaannya.

"Yang ngurusin sponsor ke Kemenkes emang dari awal itu Seongwoo?"

Jimin terlihat ragu menjawab. "Awalnya sih Sangbin, tapi terus tukeran sama Seongwoo."

Tuh, 'kan, kecurigaan Seungyeon terbukti.

"Eh, tapi justru bagus, 'kan, Yeon? Proposal kita jadi tembus sekarang," tambah Jimin buru-buru ketika melihat raut wajah Seungyeon tidak enak.

"Yah gimana nggak tembus kalau pakai backing-an," sungut Seungyeon.

Kalau Kapten Ong adalah seorang pilot, maka Nyonya Ong adalah mantan perawat yang bekerja di kantor pemerintahan. Tepatnya Kementrian Kesehatan dan Seungyeon yakin tembusnya proposal Kersos pasti ada campur tangan ibunya. Walaupun Seungyeon tahu adiknya pasti sudah sangat frustrasi sampai minta tolong pada ibu mereka, ia tetap tidak sepenuhnya setuju pada metode itu.

"Nggak usah sampai sebel gitu, Yeon. Zaman sekarang mana ada sih yang bisa tembus sesuatu tanpa ada backing atau orang dalam."

Sebenarnya Nayoung mengatakannya dengan nada datar tanpa sinisme sama sekali. Layaknya Nayoung yang biasa. Namun entah mengapa Seungyeon merasa tertohok dengan ucapan sang sekum. Ia cuma bisa dongkol sendiri dalam hati.

Taehyun memutar-mutar pulpen dalam genggaman sembari menatap satu persatu BPH yang masih ada. "Jadi, udah saatnya kita pakai jalur 'mengerahkan-koneksi-orangtua'?" tanyanya.

Seungyeon semakin berwajah masam, menatap Taehyun tak suka karena mencetuskan ide itu.

"Jangan lihat gue," tambah Taehyun ketika mereka semua kini menatapnya. "Orang tua gue mah nggak punya koneksi apa-apa."

"Kita pikirkan dulu baik-baik," sahut Jonghyun akhirnya. "Kalau memang benefit-nya lebih banyak, ya apa boleh buat. Lagian kita masih punya kurang lebih 3,5 bulan, 'kan?"

"Tinggal 3,5 bulan, Jonghyun," koreksi Chungha yang ditanggapi si PO dengan cengiran penuh rasa bersalah.

Seungyeon tahu Jonghyun tidak bermaksud untuk membuat masalah defisit dan waktu kerja mereka terlihat kecil. Cowok itu hanya tidak ingin menambah beban para BPH dengan semakin menekankan sempitnya waktu dan justru membuat mereka berpikir asal. Seungyeon yakin saat-saat seperti ini pasti Jonghyunlah yang paling merasa stres. Tapi cowok itu terlalu jago menutupi perasaannya.

Sekretariat Kersos mulai ramai kembali setelah Jonghyun mengumunkan di grup bahwa RPH benar-benar sudah selesai. Beberapa panitia berlalu lalang di dalam sekretariat mengurus pekerjaan masing-masing. Terutama pojok berisik acara bagian penyuluhan karena sedang menentukan kostum dan properti drama. Di meja rapat Seungyeon masih tertinggal dan sedang mengecek satu persatu to-do-list acara yang harus diselesaikan minggu ini.

"Muka lo tadi, Yeon. Sumpah nggak kontrol."

Seungyeon tersentak mendengar celetukan Taehyun. Ia tidak sadar kalau sang Kabem Univ masih ada di sebelahnya. Gadis itu berdecak.

"Yang kapan?"

"Itu pas tadi interogasi Jimin."

"Cuma nanya bukan interogasi," elak Seungyeon mengangkat bahu. "Lo ngapain masih di sini, Hyun? Nanti dilihat sama yang lain ...."

Taehyun juga ikut mengangkat bahu. "Nggak apa. 'Kan tadi kita baru rapat bareng." Lalu bertanya, "kenapa lo nggak suka banget kita pakai cara kayak Seongwoo?"

Seungyeon diam. Mempertimbangkan jawaban yang ia ucapkan, tapi Taehyun sudah bertanya lagi. Membuat gerakan tangan Seungyeon yang sedang menulis terhenti sempurna.

"Karena anak kayak gue?"

-bersambung.-

an.  Lama tidak bersua, hai~~ ucapkan terima kasih pada Sanggyun yang bikin aku kembali menulis.

Yuk, baca ceritanya juga yaa (sekalian promosi)
-Ki.

Yuk, baca ceritanya juga yaa (sekalian promosi)-Ki

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


The CommitteeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang