#18. Benang Berwarna Merah

771 82 8
                                    

'Jika topeng yang selama ini ku pakai terlepas, masihkah cintamu milikku?'

Sepanjang perjalanan pulang tak ada satu katapun yang terucap dari bibir tipis milik Andra. Pemuda beralis tebal itu memilih mengendarai mobil dalam diam. Sama sekali tak menyahut apa saja yang diucapkan Agatha. Pikirannya melayang pada tabung berisi obat-obatan milik Ale, sahabat istrinya.

Bahkan tanpa memeriksanya lebih lanjut Andra tahu obat apa itu. Dengan melihat tampilan dan bentuknya saja Andra tahu jenis apa obat dalam tabung itu. Aripiprazole obat jenis Antipsikotik siapapun yang tahu kegunaan obat ini pasti akan berpikiran yang sama dengan Andra.

Bagaimana bisa obat sekeras ini ada ditangan sahabat isterinya? Bagaimana bisa pengguna obat macam ini masih bebas beraktifitas. Dan berada dilingkungan kantor pada umumnya? Tanpa pengawasan sedikitpun? Bahkan Andra bingung harus mulai dari mana?

Sesampainya dirumah tak ada satu katapun yang keluar dari mulutnya. Andra memilih menyendiri dalam ruang prakteknya, selepas membersihkan diri. Agatha sendiri yang memang sudah tahu watak sang suami hanya ikut diam. Andra, suaminya akan diam dan tak dapat di ganggu oleh siapapun jika ada yang sedang ia pikirkan atau sedang dalam masalah.

Yang membuat Agatha berfikir keras adalah, saat tabung berisi obat-obatan yang Agatha yakini vitamin milik Aletta kini diambil oleh Andra. Bahkan membawanya serta kedalam ruang prakteknya. Agatha berinisiatif membuatkan teh hijau untuk suaminya selepas membersihkan dirinya.

"Ini diminum dulu!" Agatha meletakkan secangkir teh hijau yang masih mengepulkan asap.

"Makasih ya!" Dengan lembut, Andra menyambut teh hijau buatan Agatha yang mampu membuatnya tenang bahkan hanya dengan mencium aromanya.

"Aku mau ngomong sama kamu!" Suara lembut milik Andra menghentikan langkah Agatha yang hendak keluar dan membiarkan Andra sendiri.

"Penting!" Lanjutnya tanpa mau dibantah. Agatha membalikkan tubuhnya, duduk dikursi yang ada dihadapan Andra.

"Soal apa?"

Agatha melihat Andra menutup kedua matanya, menyembunyikan kedua bola mata hitam jelaganya.

"Jangan kasih tau aku kalo kamu sendiri enggak yakin, Ndra. Jangan kasih tau siapapun termasuk aku kalo kamu sendiri masih ragu. Aku ngerti, menjaga privasi pasien kamu adalah sumpah yang harus kamu tepati." Dengan lembut Agatha menggenggam telapak tangan Andra yang ada di atas meja. Membaca kegelisahan sang suami yang seperti ragu dengan keputusannya.

Andra yang merasa ada tangan hangat yang menggengam telapak tangannya pun membuka mata, dan tersenyum penuh sayang pada Agatha. Sungguh beruntung dirinya mendapat istri seperti Agatha yang selalu mengerti posisi suaminya. Yang tanpa perlu bercerita Agatha tahu isi pikiran Andra dan kegelisahannya. Yang bisa dengan lembut menenangkan hatinya.

Andra membalas genggaman tangan sang istri,"Ini bukan soal pasien-pasien aku." Andra dapat melihat dahi Agatha mengerut karena bingung.

"Terus soal apa?"

"Ini soal rahasia aku!" Dengan mantap tanpa keraguan Andra menjawab kebingungan Agatha. Andra siap membuka rahasia yang beberapa bulan ini ia simpan. Dengan sang istri Andra siap untuk bercerita.

※※※

Jarum jam melewati angka tiga dini hari, namun sama sekali tidak menyurutkan langkah Dimas untuk datang ketempat ini. Tempat para manusia malam. Tempat para bedebah busuk mencari kenikmatan dunia.

Dimas bukan salah satu bedebah busuk itu, ia datang untuk menjemput Aletta gadis masalalunya. Jika bukan karena telepon dari gadis yang ia cintai, Dimas takkan sudi meninggalkan ranjanganya hanya untuk datang ke tempat hina ini.

Rankle ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang