#25. Obrolan tiga Pria

815 86 22
                                    

"Dan kepolosan memiliki kekuatan jahat yang tak terbayangkan. Pada kenyataannya setiap manusia memiliki topengnya sendiri"

.
.
.

Setelah sepakat dan dua cangkir kopi sudah berada di hadapan mereka. Dimas menatap Pandu lekat, antara yakin dan tidak yakin akan mengatakan hal ini. Sedangkan Pandu yang di tatap lekat hanya mengernyit heran. Dan bertanya dalam diam, hal penting apa yang akan disampaikan Dimas.

"Gue bingung mau ngomong dari mana!" Akhirnya Dimas menemukan suaranya, mengeluarkan kalimat yang malah membuat Pandu bertambah bingung.

"Gini deh serah lo aja gue mah. Kalo menurut lo ini penting-"

"Penting banget ini mah!" Potong Dimas seketika.

"Ndu, gue sama lo udah kawanan lama. Dan selama ini baik lo sama gue gak ada kemunafikan diantara kita. Gue sama lo selalu terbuka, gak ada yang ditutup-tutupin, ya cuma gimana ya Ndu. Gue udah anggep lo kaya sodara gue sendiri. Gue juga yakin lonya jga anggep gue sodara. Kita belajar dan susah bareng di Negeri orang. Kita-"

Omongan panjang Dimas terhenti seketika saat tangan Pandu yang hebas dari secangkir kopi terangkat.

Pandu meletakkan secangkir kopinya dengan santai,"Sebenernya lo mau ngomong apa? Muter-muternya udah kejauhan! Bisa to the point aja enggak?" Protes Pandu.

"Ya gue bingung mau ngomong masalah ini dari mana kemana bro. Gue gak tau gimana cara ngasih tau lo kalo Aletta itu mantan gue. Dan sekarang gue sama dia main belakang tapi semua itu gue lakuin cuma mau tau apa yang lagi dia rencanain. Ndu, gue ini lagi nyusun kata perkata gimana ngasih tau ke lo kalo si Aletta itu bahaya. Dan sampe sekarang gue gak ketemu juga gimana caranya!"

"Lo udah ngomong barusan!" Balas Pandu sedikit kaku. Secara tidak sadar sahabatnya ini mengakui hubungan antara dirinya dengan tunangannya. Pandu tidak masalah akan fakta ini, toh ia sudah tau sejak malam itu.

Yang membuat Pandu heran adalah perkataan Dimas tentang rencana dan Aletta yang berbahaya. Memangnya ada apa dengan tunangannya itu.

Belum sempat Dimas maupun Pandu bersuara, pintu ruangan milik Pandu terdengar diketuk. Sesaat setelah itu sosok tampan dengan tubuh berisi masuk dengan senyuman khasnya.

"Wiih ada si Dimas! Lagi ngobrol apaan nih? Serius ini pasti!"

"Santai aja sih Ndra. Lo tumbenan kemari?" Pemuda lain berstatus sahabat Pandu lainnya itupun tanpa basa-basi langsung duduk setelah meletakkan tas hitamnya di sebelahnya.

"Ya for you information aja ya Dim, gue Andra Wicaksana sekarang punya hak buat keluar masuk kantor ini! Because of? Karena separuh nyawa gue ada di kantor ini" dan jawaban ala Andra sukses membuatnya dihadiahi lemparan bantal soffa oleh Dimas.

"O iya lupa gue, congratulation ya buat hubungan lo sama Aletta!" Dan ucapan selamat dari Andra membuat Dimas memasang wajah kaget. Melihat Pandu dan Andra secara bergantian.

"Itu muka lo B aja dong broo! Jadi gini, gue sama ma bro Pandu sebenernya udah tau masalah kalian. Yaa secara enggak langsung kita denger pembicaraan kalian di restoran waktu itu!" Jelas Andra yang mendapat anggukan kepala dari Pandu.

"Kita lagi nunggu salah satu diantara kalian ngaku aja!" Tambah Andra dengan terkekeh.

Dimas masih terus menatap kedua sahabatnya secara bergantian, "Terus status lo sama Ale? Maksud gue gini, lo kan tunangannya lo gak ada marah sama sekali sama gue gitu Ndu? Itu muka gak ada emosinya banget perasaan gue!"

Kalimat panjang yang dilontarkan Dimas malah dibalas tawa jumawa Andra dan Pandu.

"Dengerin gue, lo harus tau kalo gue sama Ale itu dijodohin. Kita sama-sama gak bisa berpaling dari masalalu kita masing-masing! Ya istilahnya gagal move on lah!"

Rankle ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang