#20. Kepuasan yang berbeda

804 88 22
                                    

'Dan demi apa yang kau sebut bahagia, kau tega tinggalkan luka dimana-mana'
.
.
.

Andra mulai menggila saat jalanan menuju rumah sakit dilanda kemacetan. Kabar yang diterima Andra melalui pesan singkat WA dari Pandu membuatnya meninggalkan ruangan kerja beserta pasien-pasiennya. Mengabaikan teriakan asistennya yang bingung karena Andra pergi begitu saja tanpa pesan. Demi apapun Agatha lebih penting saat ini.

Andra memukul stir dengan keras, meluapkan amarahnya yang tak lagi dapat ia kendalikan. Frustasi dengan keadaan yang sama sekali tidak membantunya. Dia sudah terjebak kemacetan lebih dari satu jam, dan sampai sekarang mobil yang ia kendarai tak bergerak sedikitpun.

Ditengah kemacetan dan emosi yang memuncak belum lagi dengan kekhawatiran yang menguasainya. Ponsel canggih miliknya berdering dengan kencang, memecah keheningan. Ada nama Bony dilayar ponselnya. Dengan sigap ia menjawab panggilan itu, berharap mendapat kabar terkini perkembangan Agatha.

"Bang, dia yang ada dibalik semua ini bang dia!" Belum sempat Andra mengeluarkan suara Bony sudah berteriak histeris dari seberang telepon.

Andra menggenggam ponselnya kencang. Dia tahu apa yang dimaksudkan oleh Bony. Sangat paham dengan kehisterisan Bony diseberang telepon sana.

"Kamu kata siapa?" Andra bertanya dalam geram. Walaupun sudah tahu jika yang dikatakan Bony adalah fakta namun ia harus tetap memastikannya. Harus ada bukti nyata bukan hanya praduga atau hipotesa saja.

"Cctv!" Jawaban pasti dari Bony membuat Andra mengerutkan dahinya heran.

Andra mematikan sambungan teleponnya dengan sepihak. Mengabaikan reaksi Bony diseberang telepon sana. Melupakan rasa khawatir dan penasaran akan kondisi Agatha saat ini.

Yang jelas ada satu hal besar yang terlintas dalam pikirannya saat mendengar jawaban singkat, padat dan jelas Bony.

"Cctv?" Andra bertanya dengan lirih, ada keraguan dalam tanyanya.

"Sejak kapan dia bertindak dengan tidak rapih?" Andra terus memutar otaknya guna menemukan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang kini memenuhi otaknya.

Perlahan jalanan mulai dipenuhi kendaraan yang berjalan stabil. Kemacetan telah terurai dengan perlahan. Mobil-mobil yang sedari tadi hanya merayap atau bahkan tak bergerak sedikitpun kini mulai meninggalkan kemacetan.

Tanpa pikir panjang, Andra mengendarai mobil dengan batas maksimal. Perasaannya kembali membuncah kala mengingat tujuan awalnya menuju rumah sakit. Menemui sang Istri terkasihnya yang mengalami kecelakaan lalu lintas, korban tabrak lari. Persetan dengan kabar mengenai dalang dari kecelakaan ini. Yang terpenting saat ini adalah Agatha, mengenai tersangka dapat dibahas nanti.

Andra tak lagi berjalan cepat, sesampainya di rumah sakit Andra langsung berlari menuju ruang rawat Agatha. Sebelumnya Bony tanpa diminta mengirimi pesan, memberi tahu di ruang mana Agatha dirawat.

Tangannya menyentuh engsel pintu dengan kasar, melihat Agatha dengan kedua mata kepalanya sendiri adalah tujuan utamanya. Matanya meredup ditengah napasnya yang memburu.

Diruangan berkelas VIP itu Andra melihat Agatha terbaring lemah ditemani kakak beradik Abraham, Pandu dan Bony. Pandu mendekat saat melihat keadaan Andra yang kacau.

"Gimana keadaan dia?" Dengan cepat Andra bertanya pada Pandu yang sedang menuntunnya. Kakinya lemas seketika saat mendapati mata Agatha yang tertutup rapat, dan lengan kanan yang seperti dililit kain.

Rankle ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang