#5. biar hati yang memilih

966 97 4
                                    

If you love two people at the sometimes, choose the second ' 'cause if you really love the first one, you wouldn't fallen for the second  !!
.
.
.

Rehan menatap Kasih— kakak perempuan satu-satunya dengan tatapan kesal. Pasalnya kakak perempuan yang memiliki selisih umur 3 tahun dengannya ini selalu berhasil membuatnya kesal dengan segala tingkah dan ocehannya.

Seperti halnya dengan sore ini, pulang menjemput kakak perempuannya itu, Rehan kembali dibuat sibuk dengan mengantar sang kakak ke toko buku yang berada tak jauh dari restoran milik sang Papih.

Masalahnya bukan karena tidak mau mengantar, namun kericuhan yang disebabkan oleh sang kakak yang menjadi penyebab tatapan kesal seorang Rehan Rasyid mahasiswa bisnis semester akhir itu.

Saat sedang mengantri di kasir menemani Kasih. Rehan tidak menyadari wajah pucat sang kakak. Tiba-tiba tanpa dikomando tanpa aba-aba tubuh mungil Kasih ambruk begitu saja. Kepalanya menghantam salah satu sudut rak buku.

Rehan yang berada tak jauh dari tempat Kasih mengantri pun langsung membopong tubuh Kasih dengan berlari menuju parkiran.

Dan disinilah dia sekarang, berada di salah satu klinik terdekat. Menatap kesal Kasih yang sedang tertidur pulas dengan dua jahitan di jidatnya.

Usut punya usut ternyata pingsannya Kasih disebabkan karena perutnya yang kosong. Apalagi Kasih memiliki riwayat asam lambung akut. Salah makan atau tak ada asupan makan bisa berakibat fatal bagi kakak perempuan kesayangan Rehan ini.

"Seharian enggak makan, minta di ceramahin mamih si teteh!" Dengus Rehan kesal, namun tetap setia menjaga Kasih sampai terjaga dari tidur lelapnya.

"Tunggu aja sampe mamih tau lo enggak makan!" Senyum penuh kemenangan terlukis di wajah tampan Rehan.

Brak !!

Suara pintu yang dibuka secara kasar oleh wanita paruh baya berjilbab maroon. Rehan berdiri seketika, membiarkan wanita paruh baya yang tidak lain adalah sang Mami Aira tercintanya mendekat kearah putri sulungnya. Memastikan jika tak terjadi hal fatal.

Dan tepat saat sang Mamih mendekat, kelopak mata Kasih terbuka perlahan. Menampakkan kedua bola mata hitam jelaga miliknya. Sontak tangan kanannya yang bebas dari selang infus meraba kepalanya yang sakit.

"Sakit?" Tanya Mamih lembut.

Kasih mengangguk seperkian detik , matanya masih beradaptasi dengan cahaya. Kepalanya masih beradaptasi dengan rasa sakit.

"Makanya kalo udah jam makan itu makan. Jangan kerja terus yang dipikirin. Kalo udah kayak gini siapa yang repot. Cuma karena enggak makan kepala sampe di jahit. Besok-besok apa lagi yang mau di jahit? Pipi? Bibir? Mata? Semua aja biar nanti mamih sekalian bawa ketukang bordir. Biar di gambar motif sekalian!" Baik Kasih maupun Rehan meringis tertahan mendengar omelan Mamih yang seperti tak ada habisnya. Kasih sendiri menyesal menjawab pertanyaan Mamih cantiknya.

"Si Mamih doanya jelek banget masa!" Gerutu Kasih pelan yang masih terdengar jelas sampai telinga Mamih.

"Makanya biar omongan mamih enggak kejadian kamunya makan! Udah tau lambung kamu bermasalah pakek segala acara enggak makan seharian. Biar apa coba? Biar apa? Biar kurus kaya lidi iya? Kamu pikir mamih mau punya anak selidi? Apa kata orang Papihnya punya restoran dimana-mana kok anaknya ceking. Pokoknya enggak ada alesan enggak makan! Kalo udah waktunya ya harus makan! Ngerti!" Anggukan lemah penuh kengerian Kasih mengakhiri omelan tiada tara mamih.

Tak ada niat sedikitpun bagi Kasih menjawab pidato kenegaraan sang Mamih. Karena jika ia membalas satu kata saja, bakal di pastikan satu novel ini berisi nasehat penuh faedah mamih. Dan tak akan ada kisah Kasih dan Pandu.

Rankle ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang