KL#4: DAKWAAN LUKA
Aku sudah cukup sadar bahwa luka seharusnya menjadi dorongan utama dalam proses melepaskan. Namun mengapa' rasa' selalu menenggelamkan luka bersama senja setiap harinya? Jika tersakiti adalah bagian utama dari rasa, mengapa aku harus memupuk seutas harapan untuk bahagia?
Berkali-kali luka memberikan dakwaan, berulangkali rasa terus berbicara mengenai hal-hal yang tak masuk akal; seperti kamu yang (katanya) akan berubah—atau bahkan kamu yang (katanya) akan berbalik arah dan memilihku sebagai tujuan. Logikaku tertawa berulangkali, menertawakan hati yang selama ini selalu ada dan menjadi bagian dari sebuah delusi-delusi besar. Luka, menolak kata lupa. Namun, rasa mematahkan apa yang ada.
Aku ingin bertemu,
Namun aku menghindar.
Aku rindu,
Namun aku selalu tersingkir.Satu-satu.
Poin yang selalu beradu.Aku bahkan tidak tahu apa yang sebenarnya aku inginkan. Mungkin, aku ingin kamu. Tapi luka bilang, "Kamu, ingin selalu tersakiti?" lalu aku menggeleng dengan cepat, dan hati mengambil alih dengan mudahnya, "Rasamu, bagaimana?"dua kata, namun mematahkan luka dalam waktu sepersekian detik saja.
Rasaku nyata, lain hal nya dengan rasamu yang selalu abu-abu. Rasaku sudah terlalu yakin padamu, dan rasamu sudah terkunci untuknya. Entah apa yang seharusnya aku lakukan, melangkahkan kaki untuk maju atau justru mengunci langkah untuk maju?
Karena semesta takkan pernah tahu usahaku.
Hanya aku, dan semua dakwaan lukaku.Aku yang berada pada titik keputus asaan
P. (10;30 p.m)
KAMU SEDANG MEMBACA
KIASAN LUKA [PROSA]
PoetryIni hanyalah sebuah prosa sederhana yang diangkat dari sebuah drama klasik bertema kebencian, dan dapat tersimpan rapi sebagai tulisan karena satu rasa ajaib bernama; perasaan. [isinya semacam sajak galau yang sedikit di modifikasi] © Copyright 201...