KL5: DIBALIK CELAH JENDELA

240 13 0
                                    

       
KL#5: DIBALIK CELAH JENDELA

Percayalah bahwa ada perasaan gelisah, ketika kedua indera penglihatanku tidak menemukan sosokmu disana. Dari balik celah jendela yang sudah berdebu, aku menghela nafas dengan kecewa kemudian melangkahkan kaki untuk diam di sudut ruangan.

Kamu, mulai menjelajahi hampir sebagian besar dari otakku, beribu tanda tanya mulai muncul di benakku atas ketidakhadiranmu. Aku mulai menduga-duga—mengkhawatirkanmu yang takutnya sedang terkulai lemas di ranjang king bed milikmu. Namun, aku kembali menghela nafas kecewa, ketika sadar bahwa sosok dibalik celah jendela bukan apa-apa bagimu.

Kamu memiliki segalanya diluar sana, tanpa perlu mengintip siapa sebenarnya sosok dibalik sebuah celah jendela berdebu nan lusuh yang selalu memperhatikanmu.

            "Hah? Jangan ngaco, gue mana mungkin suka sama dia." Celah jendela, bukan hanya tempat untuk dapat memperhatikanmu secara tersembunyi, tetapi juga sebagai sebuah tameng besar untukku.

Jika hanya aku yang jatuh cinta, kamu tidak perlu tahu. Karena melihatmu dibalik celah jendela sudah begitu membahagiakan. Sebutlah aku bodoh karena tidak mempunyai hasrat untuk dapat memilikimu, namun setidaknya diriku sudah cukup tahu diri untuk sadar akan kenyataan. Biarkan aku yang tersakiti dalam diam, daripada harus mendengar kalimat penolakanmu. Cukup aku yang merasa, kamu jangan; karena akan rumit bila kamu merasakan bagaimana rasanya jadi aku.

            Untaian frase yang tersambung dalam prosaku mungkin tak selogis alasanmu mencintainya. Kamu, adalah magis yang dapat membuatku termenung di depan laptop sembari mengetikkan hal yang jauh dari kata logis. Buktinya, sampai detik ini aku masih belum menemukan selogis apa alasanku untuk mencintaimu.

Dari seseorang yang sebenarnya rapuh,

P, (10;58 p.m)

KIASAN LUKA [PROSA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang