KL#9: INTUISI RASAMalam ini, aku membuka laptopku dengan gusar. Entahlah, aku sedang tidak dapat menerka apa yang sebenarnya sedang aku pikirkan sekarang. Sudah hampir tengah malam, namun intuisi rasa yang melekat dalam benakku setelah bertemu kamu—dan kekasihmu membuatku tergesa-gesa untuk dapat segera menuangkannya kedalam sebuah bentuk tulisan.
Aku mengawali paragraf pertamaku sembari mengusap wajahku sesekali. Cahaya laptopku, membuat kedua bola mataku yang mulai membengkak itu sedikit terganggu. Ada perasaan bingung ketika aku diharuskan untuk mendeskripsikan kamu ketika bersamanya. Kamu terlihat bahagia, tanpa tahu bahwa ada yang sedang tersakiti dalam diam. Sejujurnya, aku tidak begitu yakin untuk menerjemahkan bahagiamu kedalam prosaku. Karena biasanya, bahagiamu adalah luka bagiku.
Aku ingin melihat kamu bahagia. Namun entah mengapa, ada bagian dari diriku yang menolak ketika aku melihat kamu bahagia bersamanya. Mungkin aku egois karena secara tidak langsung memintamu hanya bersama denganku seorang. Tapi, apakah kebahagiaan yang dapat memberikan luka pada orang lain, bukanlah suatu bentuk dari kata egois pula?
Intuisi rasa selalu menuntunku untuk mendeskripsikan kamu ke dalam berbagai macam judul prosa singkatku. Tapi entah mengapa, pada malam ini; saat dimana intuisi rasa menuntunku kembali dalam sebuah judul singkat yang harus ku kembangkan, rasanya aku mati kata—tidak dapat banyak berucap perihal kamu dan kekasihmu itu. Atau perihal kamu yang sedang berbahagia dan aku yang sedang tersakiti dalam diam.
Ada waktu yang harus aku korbankan, perasaan yang harus kurelakan, lalu kamu yang menjauh tanpa alasan. Aku benci harus menyampaikan perihal rasa ketika intuisi rasa menuntunku pada sebuah prosa singkat. Karena seharusnya kamu tahu bahwa ada beberapa hal tentang perihal rasa yang selalu aku sampaikan.
Satu, perihal rasaku adalah luka.
Dua, perihal rasaku memuat duka.
Tiga, perihal rasaku ada tanpa suka.Jika rasa adalah untaian kata bahagia, lalu perasaan apa yang sedang menggeluti diriku akhir-akhir ini?
You is the reason why i still thinking 'bout love and describe what i feel into words on this midnight.
Aku yang (kembali) terjatuh
P (12;02 a.m)
*
KAMU SEDANG MEMBACA
KIASAN LUKA [PROSA]
PoetryIni hanyalah sebuah prosa sederhana yang diangkat dari sebuah drama klasik bertema kebencian, dan dapat tersimpan rapi sebagai tulisan karena satu rasa ajaib bernama; perasaan. [isinya semacam sajak galau yang sedikit di modifikasi] © Copyright 201...