KL#11: PERIHAL KATA
Terkadang, aku merasa bahwa tak ada yang spesial dari seluruh bagian dalam tulisanku. Apa bedanya aku dan mereka yang sama-sama suka mencetuskan kata? Bahkan mereka diluar sana yang sedang dilanda konflik hati mungkin sama-sama suka mengutarakan kata.
Kamu tahu? Ini bukan perihal jari jemariku yang menari diatas keyboard, frasa yang kurancang sedemikian rupa, ataupun logika yang sedang turun tangan dalam setiap ujaran manisku. Tanpa rasa, bagaimana caranya aku mendeskripsikan kamu yang selalu kuakui sebagai magis?
Begitu mudahnya kamu membuatku terpikat padamu yang sudah pernah berlaku jahat, begitu mudah pula aku menerima kamu sebagai si pembuat sendu. Hari ini, sudah hari kedua hatiku menangisi kamu yang sedang berbahagia dengan kekasihmu yang selalu kusebut dalam bagian prosaku.
Aku bodoh? Tentu. Memangnya dengan mengetikkan sesuatu pada keyboardku akan membuat kamu menoleh ke arahku? Tidak. Aku sudah tahu jawabannya, jadi kamu tak perlu menjawab apabila aku bertanya mengenai perihal kata.
Aku hanya terobsesi untuk menggambarkan sosokmu dalam sebuah bentuk kata-kata, membayangkan betapa manisnya kamu saat menjemputku untuk melakukan kencan pertama kita, atau mendeskripsikan kamu yang selalu membujukku ketika kamu melakukan sebuah kesalahan kecil.
Aku sudah bilang kan, kalau imajinasiku adalah kamu? Entahlah, aku juga tak mempunyai alasan untuk terus berada posisi yang sama—diam, dan enggan memetamorfosakan rasa.
Berbeda halnya dengan kamu yang mungkin akan tetap berada pada posisi yang sama—diam, dan mempertahankan perempuan itu kan?
Hari ini, aku begitu menyadari arti pilu. Tapi kamu, sedang menyadari apa itu bahagiamu. Dua hal yang saling bertolak belakang, lebih tepatnya semua itu salahku karena hanya aku yang merasa ya?
Lain kali, saat aku menemukan waktu evolusiku—tolong, buat aku tak berperasa pada seseorang yang tak pernah merasa seperti kamu.
Aku, jatuh, hari, ini.
P (00.05 a.m)
KAMU SEDANG MEMBACA
KIASAN LUKA [PROSA]
PoetryIni hanyalah sebuah prosa sederhana yang diangkat dari sebuah drama klasik bertema kebencian, dan dapat tersimpan rapi sebagai tulisan karena satu rasa ajaib bernama; perasaan. [isinya semacam sajak galau yang sedikit di modifikasi] © Copyright 201...