chapter 3

1.5K 121 1
                                    

Tibalah mereka di sebuah taman hiburan populer di jakarta. Dan benar saja sosok Nadia sudah berdiri di antara gerbang masuk. Ia melambaikan tangan dengan 4 tiket di tangannya. Gerry melirik ke arah Salsa, Salsa membuang muka dan menatap abang yang tampak santai. Dari dalam mobil Salsa melihat penampilan Nadia yang glamor. Ia mengenakan celana pendek setengah paha, dengan baju casual berwarna hijau berbahan kaos, mereknya tergambar jelas dari beberapa ikon yang menempel di baju Nadia, sepatu sneaker berwarna hitam dengan plat gold dan dengan merk yang terpampang jelas, aksesoris yang lucu menggantung lembut di lehernya, kamera mahalnya turut menggantung manis di dadanya. Tas kecil berwarna coklat yang ada brand G besar di depannya, make up yang sstunning dan alis yang melengkung jelas sekali itu hasil prawatan. Salsa menghela nafas membayangkan berapa puluh juta outfit yang di pakai Nadia hanya untuk pergi ke taman hiburan.

"Tuh kan Ger, dia udah prepare tiket." Bisik abang. Merekapun sampai di depan Nadia.

"Yuk masuk."

"Kamu ngapain beli tiket..." ungkap Gerry.

"Ya gak papa biar cepet aja." Jawab Nadia. Nadia menyamakan langkah dengan Gerry dan mereka berempat berjalan beriringan. Suasana canggung mulai terasa di antara Gerry dan Salsa, sesekali mereka bertukar pandang, ingin rasanya menjelaskan sesuatu dalam fikiran Gerry namun ia tak bisa. Nadia tampak santai-santai saja, ia sudah siap dengan kamera mahalnya yang selalu ia tengteng kemana-mana. Abang bertingkah sok ceria meski sesekali ia juga mengkhawatirkan adiknya yang tak seceria biasanya.

"Mau naik apa dulu nih?" Tanya Nadia sambil mengambil foto. Gerry melirik ke arah Salsa.

"Aku mau ke toilet dulu..." ungkap Salsa. Nadia tersenyum padanya. Salsa berlalu tanpa membalas lirikan Gerry. Ia menuju toilet yang agak jauh dari mereka berdiri meskipun ia tau di sekitar merekapun ada toilet terdekat. Salsa memegang erat tas slempangnya, berusaha menguatkan hati dan perasaannya. Tak lama Gerry menarik tangannya hingga seketika Salsa yang lemas berbalik dan mereka berhadapan.

"Sorry ya Sa... tiba-tiba jadi rame-rame begini." Ungkapnya. Salsa melepas tangan Gerry.

"Hmm gak papa ko... santai aja." Seketika Gerry tersenyum lega.

"Wah aku fikir kamu marah..."

"Ngapain aku marah..." jawab Salsa sedikit ketus. Gerry menggaruk punggungnya merasakan ada yang aneh dalam diri Salsa namun ia tak bisa fahami dan jabarkan.

"Yah... aku khawatir aja."

"Lagian kitakan bukan siapa-siapa, santai aja." Jawab Salsa. Gerry mengangguk, Salsa yang kesal membalikkan tubuhnya dan melanjutkan perjalanannya menuju toilet. Namun Gerry masih tetap mengikutinya dan menyamakan langkahnya dengan Salsa.

"Toiletkan ada di deket kita berdiri tadi." Salsa berbalik dengan tatapan polos, Gerry mengangguk mencoba memahami.

"Tanyain gak ya soal Nadia? Kalo gue tanyain nanti dia geer lagi...please kak Gerry... ngomong soal Nadia... pleaseeeee!!!" Batin Salsa berbisik di antara langkah mereka yang pelan.

Suasana masih hening dan penuh kecanggungan.

"Gue cerita soal Nadia gak ya... tapi... ngapain orang dia gak nanya, nanti gue di bilang kepedean." Batin Gerry.

Salsa terhenti tiba-tiba, Gerry dengan spontan ikut berhenti.

"Kenapa?"

"Aku mau masuk ketoilet. Gak usah ikut!" Gerry yang baru menyadari ada toilet perempuan di hapannya menganggum segera.

"Oh iya..."

Salsa dengan segera masuk dan mengunci pintu. Dia memandang wajahnya di depan kaca.

Abang, Ade Jatuh Cinta...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang