chapter 6

1.3K 121 6
                                    

Salsa menghampiri abang di kamarnya, ia mencoba mengutarakan kebahagiaan yang ia rasa lewat tindakannya pada abang. Salsa menyender manja di bahu abang yang tengah asik dengan gamenya di kursi depan ranjang. Abang tak menoleh, ia masih asik dengan stik yang ada digenggamannya.

"Abangggg..."

"Hh??" Sahutnya.

"Makasih ya, hari ini aku seneng banget!!!" Ungkap Salsa. Abang tiba-tiba menghentikan permainannya dan menoleh kearah Salsa, menatap Salsa dengan tatapan curiga.

"Seneng kenapa?" Salsa tertawa seketika, seketika itupun abang merasa kaget bukan main. "Kamu kenapa sih dek???"

"Emang kalo jatuh cinta begini ya??? Ko aku kayak orang gila?" Abang nyengir dan sedikit bergeser kebelakang. 

"Abang gak gitu... normal-normal aja deh." Jawabnya. Salsa kembali menyender pada abangnya.

"Abang, ko makin kesini Gerry makin ganteng ya?"

"Jangan terlalu cinta nanti sakit hati." Ungkap abang sambil kembali fokus pada gamenya. Salsa terdiam kembali duduk dengan posisi menyender.

"Tapi aku udah jatuh sedalam-dalamnya..." ungkapnya, kepala abang mulai terasa panas, seketika ia melepaskan stik di genggamannya dan mendesah memandang adiknya yang tampak sudah tak bisa tertolong. Dengan wajah polos Salsa memberi abang senyum manjanya.

"Jangan senyum begitu sama Gerry! Bisa dimakan bulet-bulet tuh muka!" Omelnya. Salsa memeletkan lidahnya dan berlari menjauhi abang.

Rumah Gerry...

Gerry tiba dirumah dengan wajah yang berseri-seri, mama menyambut dengah hangat diambang pintu. Namun belum saja dia masuk, ia mendengar suara tawa Nadia dengan Ginna kakaknya. Mata Gerry memandang mama seolah bertanya siapa yang ada didalam.

"Ada Nadia tuh." Kata mama tampak girang, Gerry melihat kehalaman, tidak ada mobil Nadia disana. "Nadia gak bawa mobil, dia dianter supir tadi." Jelas mama sambil melingkarkan tangannya di pungung tangan Gerry, Gerry yang sedari tadi berniat menceritakan Salsa mengurungkan niatnya karena sikap ceria mamanya. Mama menarik Gerry, melewati ruang tamu, dan ruang keluarga, tangan mama masih saja menariknya menuju ruang makan. Nadia yang asik bercerita dengan Ginna seketika berdiri menyambut Gerry. Gerry masih saja terdiam, matanya menyisir meja yang sudah penuh dengan makanan.

"Yuk makan... kita nungguin lo dari tadi." Kata Ginna. "Nadia udah repot-repot bawain semuanya hari ini." Jelas Ginna. Mama menyered Gerry untuk duduk disebelah Nadia.

"Kamu gak usah repot-repot gini Nad." Ungkap Gerry, seketika Nadia menggeleng.

"Ngga ko... lagian dirumah lagi ada acara, aku males makan disana karena temen-temen kantor papa semua, jadi aku minta bungkusin buat makan malam disini." Jelas Nadia. Gerry melirik kearah mama.

"Lain kali biar tante yang masakin aja... kalau mau makan malem bareng kesini aja gak usah bawa-bawa makanan." Tambah mama. Gerry mengedip-ngedipkan matanya seolah tidak setuju dengan pernyataan mama. Mama hanya tersenyum melihat tingkah Gerry.

"Ya gak papa tan sekali-kali lagian tante udah baik banget sama aku." Jawab Nadia. Mereka akhirnya makan dengan santai, sambil berbagi cerita, namun tetap saja Gerry diam, seperti biasa dikala Nadia hadir diantara mereka Gerry seperti tidak bisa berbuat apa-apa. Yah... sebetulnya Gerry tak menyukai kebaikan Nadia yang berlebihan. Semuanya membuat Gerry tak nyaman, membuat Gerry sering tak enak, namun apa yang bisa ia lakukan. Gerry tak mungkin mengusir Nadia atau membentaknya, karena Nadia tak pernah mengatakan apapun soal prasaannya. Bagaimana cara Gerry menolak seseorang yang tak pernah mehyatakan cinta. Terkadang dia berfikir, ah mungkin Nadia hanya berterimakasih, ah mungkin Nadia hanya menganggapnya Kakak, ah mungkin Nadia hanya tak memiliki tempat lain untuk berbagi kebahagiaan. Meski dampaknya, selama ia dekat dengan Nadia ia tak bisa mendekati wanita lain. Bahkan ia bisa putus dengan kekasihnya yang selama 4 tahun menemani Gerry. Hanya karena kesalah fahaman antara dia dan Nadia.

Abang, Ade Jatuh Cinta...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang