chapter 7

1.4K 118 14
                                    

Langkah kaki Salsa terhenti didepan pagar rumahnya, ketika ia dapati Gerry tengah nyender santai pada mobil kesayangannya. Abang yang buru-buru tanpa sengaja menabrak adiknya.

"Kenapa sih dek???" Mata abang akhirnya tertuju pada sosok keren di depan mereka.

"Hhhh... keren banget!!!" Bisik Salsa, Gerry menoleh mehyadari kehadiran Salsa dan abangnya. Ia tersenyum manis dan melambai.

"Ngapain lo?" Tanya abang menghampiri Gerry.

"Gue jemput Salsa..." tegas Gerry. Abang melirik ke arah Salsa melihat reaksi yang akan ditimbulkan Salsa saat itu. Segera Salsa berlari menuju Gerry hingga abangnya tertabrak.

"Kakak jemput aku?" Mata Salsa mulai berbinar-binar kembali. Abang mendesah, antara tak rela dan harus berusaha merelakan. Gerry membuka pintu mobil, tanpa diduga hal yang sama terjadi ketika ketaman hiburan. Abang kembali mendahului masuk.

"bagus deh... jadi gue nebeng... kitakan searah." Katanya. Salsa menggigit bibir bawahnya, kesal tentu saja melihat tingkah kekanak-kanakan abang. Namun kali ini Salsa tidak tinggal diam, dia menarik abang hingga abang kembali turun.

"Kalo nebeng di belakang!" Kata Salsa ketus. Gerry tersenyum. Abang kembali naik.

"Adek... dibelakang itu lebih aman... kalo tiba-tiba Gerry ngerem gimana? Kamu mau kejedot?" Abang ngeles, Salsa menarik seat belt sebelah abang.

"Terus fungsinya seat belt tuh apa?" Rengek Salsa. Gerry dengan tenang membuka pintu belakang untuk Salsa.

"Ayo... duduk dibelakang aja." Salsa dengan malas memandang Gerry tak enak, Gerry tersenyum dan mengangguk. Dengan terpaksa Salsa mengikuti Gerry, namun tanpa diduga Gerrypun duduk disebelahnya.

"Kuncinya masih nempel di situ!" Cetus Gerry. Dengan ekspresi tak percaya abang menghela nafas karena rencananya untuk mengacaukan hubungan adiknya dengan Gerry gagal lagi.

"Eh gue tuh abangnya Salsa... masa gue yang nyupirin!"

"Ya mau gimana lagi... namanya juga nebeng." Ledek Gerry. Dengan terpaksa abang pindah ke kursi kemudi dan menjalankan mobilnya. Mata abang terus memantau di balik kaca. Sesekali ia merem mendadak atau sekedar memijat lakson ketika ia dapati Salsa dan Gerry tengah tertawa dan asik mengobrolkan hal-hal konyol.

Namun mereka tak berkutik, seolah di mobil hanya ada mereka berdua, mereka asik mengobrol sampai terkadang mereka mengacuhkan ucpan abang.

Setibanya di sekolah...

Salsa turun dengan gembira, Gerry kembali mengambil alih kemudi. Dan mereka saling melambaikan tangan. Gerry masih memandangi Salsa yang masuk ke Gerbang sekolah, hingga punggungnya lenyap. Abang memperhatikan dengan seksama tatapan mata Gerry yang seolah mengatakan segalanya.

"Kenapa harus adek gue?" Tanya abang.

"Gue gak tau... dia unik." Abang tertawa mencela alasan Gerry.

"Dikira adek gue barang antik..." gerutunya. Gerry menginjak pedal gas dan mobilpun melaju santai. "Saat di kampus banyak banget yang ngejar-ngejar lo... cantik-cantik, mahasiswa, anak orang kaya, kenapa harus adek gue? Bingung gue."

"Yang cantik banyak, yang baik banyak, yang dewasa banyak... yang unik susah." Jelas Gerry santai.

"Eh adek gue terlalu cantik buat lo... gitu maksud gue. Lo kan wajah standard gitu... ya sama yang standard juga!" Tambah abang. Gerry menyeringai, ia tau betul abang tak bermaksud menyakitinya, karena ia pun merasakan kekhawatiran yang sama ketika Ginna berpacaran atau sekedar dekat dengan lelaki.

Abang, Ade Jatuh Cinta...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang