chapter 8

1.5K 133 13
                                    

Lagi-lagi di saat Salsa mulai ingin menyerah, langkahnya terhenti...iya karena kini tepat pukul 4 sore, Gerry tengah menunggu di depan gerbang sekolahnya. Salsa terpaku di tengah-tengah lalu lalang para siswa yang berhamburan keluar dari halaman sekolah. Gerry masih sibuk dengan handphonenya hingga ia belum menyadari Salsa yang terpaku memandanginya dari kejauhan. Tak lama Kania merangkulnya dari belakang, ia turut mengikuti pandangan Salsa yang tertuju pada Gerry.

"Keputusan lo ada dua, mundur atau maju!" Cetusnya tiba-tiba. Salsa menoleh hingga mereka bertatapan. "Mundur beresiko, maju apalagi Sa." Jelas Kania. Salsa tau maksud kania adalah Gerry.

"Apa gue bisa mundur? Sementara... cinta gue udah terlanjur dalam Nia." Bisik Salsa. Kania mengangkat bahunya. "Kalau gue maju... artinya cinta gue akan semakin dalam dan rasa sakit guepun akan semakin dalam..."

"Karena cinta itu ada buat menguji perasaan lo... cinta itu membahagiakan... tapi juga menyakitkan dalam waktu yang bersamaan." Jelasnya, namun belum saja Salsa memutuskan Gerry sudah menyadari kehadiaran Salsa, senyumnya yang indah membuat hati Salsa melemah. Tangannya melambai, membuat Salsa seolah menerima angin sejuk yang menyentuh wajahnya lewat senyuman teduh yang dikirim Gerry. Kania menggeleng seketika ketika ia menyadari sahabatnya tengah melongo terpesona dengan kehadiran Gerry yang menyambutnya hangat.

"Cinta.. cinta..." ledek Kania. "Tapi dia ganteng banget sih." Salsa mengabaikan Kania dan berlari menuju Gerry, seolah rindu yang ia tahan beberapa saat yang lalu ingin ia hempaskan melalui gerakan kakinya, senyumnya ia biarkan mengembang dengan alami, rasanya seperti tak berjumpa berbulan-bulan... Salsa teramat merindukan Gerry. Sangat. Hingga mereka berhadapan dengan Salsa yang terengah-engah didepan Gerry. Gerry kembali tersenyum dan dengan spontan ia membelai kepala Salsa.

"Kenapa kamu lari saat kamu bisa liat aku diem nunggu kamu?" Salsa terpana dengan perlakuan manis Gerry, sungguh itu pertama baginya, mendapati tangan hangat seorang pria membelai rambutnya dan bertanya dengan romantis.

"aku hanya ngerasa... kalau aku gak lari aku akan berubah dan gak bisa ketemu kakak lagi." Dia tertawa ringan, dan menggosok-gosokan tangannya ke rambut Salsa. Salsa kembali terpaku dengan perlakuan manis Gerry.

"Kamu bisa ketemu aku kapan aja kamu mau..." jawabnya.

"Kenapa?"

"Karena aku mengijinkanya..." Salsa tersenyum, dia beranjak dan membukakan pintu mobilnya dan Salsa masuk, Gerry masuk dan duduk di kursi kemudi. Menginjak pedal gas dan melajukan mobil perlahan.

"Aku boleh tanya gak?"

Dia menoleh dan mengangguk pelan.

"Kak Nadia itu..." Gerry tersenyum seolah bisa menebak pertanyaan Salsa.

"Nadia itu temen aku, enggak... udah kayak sodara sih." Jawabnya. Salsa menoleh menatap Gerry berharap ada penjelasan lain dari mulutnya. "Kita temenan udah lumayan lama... dia juga deket banget sama mama dan kakak aku." Jelasnya. Ada setitik harapan di hati Salsa dan tentu saja penjelasan Gerry membuatnya sangat tenang. "Kenapa?"

"Hmmm... aku sering liat Nadia posting kebersamaan kalian..." Jawab Salsa, Gerry mengangguk.

"Iya nih... dia emang ratu Instagram, kayanya gatel gitu kalo gak posting atau apalah... kalau aku sih agak gaptek juga... aku gak begitu suka main instagram atau apapun... aku lebih suka ngobrol langsung." Jelasnya. "Makannya aku justru gak tau kalo muka aku sering muncul di instagram dia."

"Aku fikir kalian pacaran." Gerry tertawa.

"Gitu ya?" Salsa mengangguk segera.

"Pantesan aku di putusin pacar aku dulu... mungkin anggapan diapun begitu." Salsa terdiam. "Emangnya salah ya kalo cowok punya tenen cewek?" Salsa terperangah, ia tak menyangka tanggapan Gerry akan begitu terhadap pertanyaan darinya. Gerry kemudian tertawa ketika ia menyadari raut wajah Salsa yang terlihat tidak enak. "Kadang aku nanya ke diri aku begitu Sa..."

Abang, Ade Jatuh Cinta...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang