Chapter 14

630 131 17
                                    

Sudah hampir 10 menit Salsa duduk di samping Nadia di dalam mobil, ia cukup merasa canggung di samping Nadia, dan Nadia pun begitu. Seolah mobil Nadia tak terurus banyak barang-barang yang berserakan. Hingga Salsa menemukan sepatu futsal di samping kakinya. Nadia terpaku melihat Salsa memandangi sepatu lelaki yang ada di bawah kakinya. Dengan santai Nadia memulai percakapan.

"Oh itu punya Gerry, minggu lalu dia sempet futsal aku anterin pulang, eh sepatunya ketinggalan... Dia emang pelupa." ungkap Nadia. Salsa terdiam, melirik Nadia yang tersenyum padanya.

"kalian itu sedeket apa?" tanya Salsa memberanikan diri. Nadia menerawang, ia tersenyum sambil kembali fokus ke jalan.

"Sedeket apa ya... Dia gak bisa di bilang abang juga... Tapi dia selalu bisa jadi apa yang aku butuhin." jawabnya santai. Salsa bergetar, ia menggenggam tangannya erat karena getaran itu tak tertahankan. "Dia orang yang baik, dia juga gak mungkin nyakitin kamu... Dia suka sama kamu." tambah Nadia.

Entah mengapa Salsa tak merasa ucapan Nadia membuatnya tenang. Salsa malah merasa ucapan Nadia seolah peringatan bahwa seberapa dekatpun nanti ia dengan Gerry, Nadia akan selalu menjadi bayangan bagi mereka.

" Aku gak tau pendapat aku salah atau enggak... Tapi aku gak percaya persahabatan antara laki-laki dan perempuan." timpas Salsa. Nadia tersenyum lagi-lagi ia tak terpancing dengan ungkapan Salsa.

"Aku rasa kamu bener Sa..." Jawabnya. "Berada di samping Gerry adalah hal yang harus aku lakukan, kita menghabiskan banyak kenangan sama-sama... Dia terlalu berarti untuk hanya di katakan sahabat... Tapi kayanya persahabatan ini hanya satu-satunya cara untuk mengabadikan hubungan kita." tambahnya.

Salsa menyeringai, betapa tak tahu malu Nadia di matanya.

" Aku suka sama kak Gerry... " tegas Salsa. Nadia tertawa dan mengangguk.

" Aku tahu Sa... Udah jelas ko dimata kamu... " jawab Nadia." Gerry emang populer, karena dia gak cuman ganteng tapi baik banget... Ketika dia baik sama orang dia akan melakukannya sepenuh hati." Nadia menerawang. Salsa berkaca-kaca rasanya ingin sekali mencakar wajah Nadia yang tampak tenang di tengah keresahan batinnya."Bahkan ketika ada yang mencela aku, menindas aku dia adalah orang pertama yang akan bela aku... Termasuk pas abang kamu tadi bilang aku murahan... Tinju Gerry langsung melayang." tambahnya.

Salsa melirik menatap Nadia yang masih santai meneritakan kisah menyebalkan itu.

"Dia begitu sama semua orang, aku yakin dia juga baik banget sama kamu... Kadang orang tuh salah faham loh Sa..." tambah Nadia, seolah Nadia meminta Salsa untuk tidak berharap banyak atas kebaikan Gerry. "Banyak banget cewek-cewek di kampus yang labrak aku gara-gara mereka menerima kebaikan Gerry dan kenyataannya Gerry selalu sama aku terus. Aku di bully terus tau di sosmed." Nadia tertawa sambil mengenang bagaimana ia disakiti lewat kata-kata netizen di sosial media miliknya."Tapi Gerry selalu bilang, udah biarin aja, mereka toh gak tau kita gimana... Ahhh dia selalu bisa bikin aku tenang Sa."

Sals memalingkan wajahnya menyusut air matanya yang mulai terjatuh. Ia teringat dengan larangan abang, dan kebaikan Gerry padanya.

"Kamu kenapa sa?" Nadia mempertanyakan sesuatu yang sebenarny sudah ia tahui di sudut matanya. Hatinya cukup puas melihat Salsa menitikan air mata.

"ah enggak... Aku jadi inget dia gendong aku semalem... Terus sekarang betantem sama abang... Pasti badannya pada sakit." Jawab Salsa, membalas Nadia dengan kisahnya semalam.

"Oh iya kamu jatuh ya? Gerry cerita sama aku. Kamu gak papa kan?" tanya Nadia, tampak santai dengan serangan balik yang Salsa berikan. Salsa mengangguk ragu. "santai aja gak usah di fikirin... Dia emang baiknya keterlaluan..."

Abang, Ade Jatuh Cinta...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang